Angkringan musik di halaman Kantor Kalurahan Sondakan, Laweyan, Solo.
GUGAT news.com SOLO
Berdasarkan Pemantauan GUGAT news di berbagai resto, angkringan bermusik di sekitaran Solo dan Sukoharjo, masih saja tampak ramai. Dari musik organ tunggal, karaokean dengan flashdisk hingga musik beneran lengkap, drum, organ, guitar dan bass. Bukan tanpa alasan mereka masih saja menggelar acara musik, pasalnya mereka itu bekerja dengan cara mengamen dari resto, wedangan satu dengan lainnya. Mereka tak pedulikan royalti musik, mereka butuh menafkahi keluarga.
"Musik dan musik jalan terus, tidak perlu pedulikan royalti. Masalah royalti sepertinya hanya urusan Jakarta yang lebih banyak tahu, toh di Jakarta bukankah lebih banyak artisnya daripada di daerah, termasuk pencipta lagu. Kami disini hanya ngamen dari hotel, restaurant bahkan wedangan atau angkringan kampung yang bisa dipastikan lagi, hasilnya pas pas an.inyik bisa setiap harinya dapur mengepul demi anak dan istri. Royalti itu urusan pejabat dan orang kaya," tegas San, vokalis di berbagai hotel, restaurant dan angkringan.
Sepertinya bukan tanpa alasan, jika apa yang disampaikan San itu sudah cukup mewakili musisi, penyanyi, pemilik hotel, restaurant, cafe dan angkringan di Kota Solo dan Sukoharjo khususnya. Bisa jadi juga ditempat daerah lainnya. Mereka tidak mau peduli dan berkenan mempedulikannya akan urusan royalti musik. Satu tekad dan tujuan, Musik tetap jalan terus royalti tidaklah perlu untuk dipedulikan. Sdelainn masih bingung dan membingungkan. Mereka ngamen terakhir untuk menyambung hidup sekaligus kebahagiaan tersendiri.
Akan halnya Mbah Prapto (80) warga Gentan, Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah itu, sebagai penikmat musik yang biasa mendatangi resto, cafe dan Angkringan untuk memenuhi keinginan tetap bisa bermusik di usia senjanya, mengaku cukup puas disayangkan keputusan pemerintah tentang royalti musik di dalam suasana negeri sedang kurang baik baik saja, rakyat dibebani dengan royalti musik. Ya sudah jadi kembali ke tempo dulu, instrumen musik saja tanpa suara syair lagu.
" Bisa jadi, nantinya akan berdampak terhadap ekonomi pemilik hotel, restaurant, cafe dan yang merakyat yaitu angkringan atau wedangan jadi sepi pembeli dan pengunjung. Sehingga sepertinya sah dan wajar saja kalau di angkringan juga wedangan tetap akan menggelar musik. Bisa karaokean, organ tunggal atau lainnya, intinya tetap harus ada suara musik. Bagaimana tidak, tiada musik angkringan yang merakyat ini akan sepi pengunjung, dampaknya dari itu semua akan ambyar, bangkrut, tutup sudah tiada lagi angkringan. Ini dampak bagi wong cilik, pengusaha hotel, restaurant, cafe bisa pula gulung tikar," tegas Mbah Prapto, tertawa. #Yani.
Thanks for reading Musik Jalan Tanpa Peduli Royalti | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »
0 Comments on Musik Jalan Tanpa Peduli Royalti
Posting Komentar