Gusti Kanjeng Ratu GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua Lembaga Dewan Adat LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, bertindak sebagai Komandan Upacara Sumpah Pemuda di Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Senin (28/10) pagi. Foto : Yani.
GUGAT news.com, SOLO
Tepat pukul 07.00 WIB, semua peserta upacara Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2024 yang digelar oleh Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd di Kori Kamandungan, sudah siap dan menempatkan posisi mereka masing-masing sesuai dengan lokasi penempatan barisan masing masing pasukan.
Tidak kurang dari 300 siswa siswi SD, SMP dan SMA se Kecamatan Pasar Kliwon, sesuai dengan lokasi dimana keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang berada di wilayah Kecamatan Pasar Kliwon, dari ratusan abdi dalem, Narpo Pandowo ibu ibu ibu keraton, prajurit keraton hingga pasukan Senopati Mataram, Perguruan Pencak Silat Setia Hati (SH) Teratai sampai Korp Musik dari KOREM Surakarta. Kesemuanya tidak kurang dari 1000 peserta upacara.
Menariknya, dari keseluruhan untuk rangkaian upacara, aba aba bukannya memakai bahasa Indonesia pada umumnya melainkan berbahasa Jawa. Hanya untuk pembacaan teks Pancasila, undang undang Dasar 1945 dan Sumpah Pemuda, menggunakan bahasa Indonesia. Termasuk sambutan dari komandan upacara yang langsung dipimpin oleh GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd.
Dalam pidatonya, Gusti Mung, panggilan akrab GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd, membeberkan sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 1945 itu tidaklah terlepas dari peranan penting Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dari masa pemerintahan Sinuhun PB X hingga Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Bukan hanya itu saja, Sinuhun PB VI pun memiliki peran serta andil yang cukup besar bersama Pangeran Diponegoro dalam berjuang mengusir penjajah Belanda.
"Selain Sinuhun PB VI membantu dana perjuangan yang sekaligus konsultan strategi peperangan kepada Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajah Belanda yang akhirnya dibuang ke Ambon dan dibunuh, juga sebelum nya adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo, terlebih dahulu yang menentang tegas penjajahan Belanda di wilayah kekuasaan Dinasti Mataram Islam. Saat itu, Panembahan Senopati, Kota Gede, Jogjakarta, Hanyokrowati, Hanyokrokusumo dan Sultan Agung Hanyokrokusumo di abad 16 sudah mrnerangi kolonial Belanda," papar Gusti Mung dalam sambutannya.
Lebih jauh, masih menurut penuturan Gusti Mung lanjutan pidatonya, dari Dinasti Mataram Islam Panembahan Senopati hingga Sultan Agung yang masih di Plered, Bantul, selanjutnya Kartasura Hadiningrat baru lah 1745 ada Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Dinasti Mataram Islam terakhir. Setelah Sinuhun PB VI banyak memerangi kaum kolonialis Belanda melalui bantuan dana perang, juga strategi berperang kepada Pangeran Diponegoro.
Dilanjutkan perjuangan Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sudah menggalang persatuan di seluruh raja raja se Nusantara, saat itu belum Indonesia, masih Nusantara. Termasuk Sumpah Pemuda ini, bagian dari buah pemikiran beliau PB X. Sebagai wujud dari itu semua, adanya Tugu Lilin Penumping merupakan bagian penyatuan tanah dan air dari seluruh penjuru Nusantara untuk akhirnya menjadi bangunan Tugu Lilin.
"Setelah perjuangan Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dilanjutkan oleh Sinuhun PB XI dan puncaknya Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat hingga akhirnya yang menjadikan monarki atau sebutan kerajaan, adalah Sinuhun PB XII lah yang pertama kali mendukung dan menyatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kepada Soekarno," tegas GKR Mung
Diakhir sambutannya, Gusti Mung menambahkan sebagai konsekuensinya, Soekarno dari pengakuan dan jasa besar Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diberikannya status Nagari Surakarta sebagai Daerah Istimewa Surakarta (DIS). " Daerah lainnya, seperti Jogjakarta, Jakarta dan Aceh, belum disebutkan sebagai daerah istimewa dan daerah khusus, pertama kali adalah Nagari Surakarta yang saat itu beribukota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat," tegas GKR Wandansari Koes Moertiyah. #Achmad.