Featured Post

Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sudah Dibuka Untuk Umum

 Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sudah dibuka untuk umum, namun dilarang masuk area. Foto : Yan 1 GUGAT news.com,...

Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sudah Dibuka Untuk Umum

November 05, 2024


 Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sudah dibuka untuk umum, namun dilarang masuk area. Foto : Yan 1

GUGAT news.com, SOLO 

Begitu selesai ditinjau sampai sejauh mana revitalisasi Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat oleh Wakil Presiden Kanjeng Pangeran (KP) Gibran Rakabuming Widuro Nagoro bersama isteri pada Minggu sore (3/11), seperti apa yang telah disampaikan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPH Adp) Dipokusumo selaku Pengageng Perintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII disela-sela kunjungan Wapres ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat," Mulai sore ini Alun alun Lor sudah dibuka untuk umum."

Hanya saja, ditambahkan Gusti Dipo, panggilan akrab KGPH Adp Dipo Kusumo, memang Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat telah dibuka untuk umum, namun warga masyarakat Kota Solo khususnya sekaligus bagi seluruh pengunjung bisa jadi mungkin nantinya tidak akan diperkenankan memasuki areal rumput hijau baik yang ada di sebelah barat atau timur Pohon Beringin kurung. Pengunjung hanya diperbolehkan untuk melakukan aktifitas pada pinggir space jalan yang mengelilingi Alun alun Lor. Bisa untuk jogging atau olahraga lari.

Untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan, masih menurut penuturan Gusti Dipo, pada pintu masuk ke lapangan rumput hijau, baik dari arah selatan, barat dan utara diberikan semacam garis "police line" garis pengamanan yang dimaksudkan agar Warga masyarakat Solo serta pengunjung tidak akan nekat memasuki area lapangan rumput hijau. Kalau tidak demikian, bisa dipastikan lagi revitalisasi yang belum sepenuhnya selesai itu akan menjadikan rusaknya Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Memang warga masyarakat Kota Solo khususnya, Soloraya pada umumnya ternyata cukup menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Sebagai buktinya, meskipun bisa nekat masuk ke rumput hijau namun tidak akan dilakukan nya. Mereka merasa sudah puas berada 


Gusti Puger: Alun alun Itu Milik Dinasti Mataram Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

November 04, 2024


 Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sekarang ini bisa dipakai untuk umum, meskipun belum selesai sepenuhnya akan revitalisasi. Foto : Yan 1

GUGAT news.com, SOLO 

Ditegaskan oleh beliau Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII dari  Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, bahwa baik Alun alun Lor dan Kidul Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu bukan milik perorangan atau raja milik Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang kini bertahta melainkan milik Dinasti Mataram Islam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

" Perlu Warga masyarakat luas, Kota Solo khususnya agar mengetahui jika keberadaan baik Alun alun Lor dan Kidul Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu bukan milik Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau perseorangan raja dan keluarganya melainkan milik Dinasti Mataram Islam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari Sinuhun PB II hingga PB XIII yang bertahta ini. Jadi, kalau ada urusan semua dinasti dilibatkan. Minimal Sentana Ndalem," tegas GPH Puger.

Tanpa pamrih apalagi tendensi tertentu, lanjut Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, disini hanya perlu diluruskan, tanpa bermaksud apa-apa, lantaran kini sepertinya Keraton itu hanya ada Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang di pegang oleh beliau Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd yang akrab disapa Gusti Mung. Padahal Dinasti Mataram Islam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu banyak sekali orang-orang nya.

Artinya, masih menurut penuturan Gusti Puger, selama ini sepanjang wafatnya Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan sekaligus bertahtanya dari Sinuhun PB XIII pada tahun 2004 suasananya Keraton bukan tenang, damai sejahtera dan rukun saja melainkan selalu bermasalah dan bermasalah terus hingga tak kunjung berakhir. Selalu saja ada yang menjadi biang permasalahan. Bahkan negara melalui Pemkot Solo, sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa merukunkan Putra Putri Ndalem Sinuhun PB XII juga belum selesai.

"Sebenarnya moments kedatangan Wakil Presiden Kanjeng Pangeran (KP) Gibran Rakabuming Widuro Nagoro bersama isteri ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sebelumnya melihat langsung kondisi revitalisasi Alun alun Lor pada Minggu sore bagus sekali manakala kesemuanya Putra Putri Ndalem Sinuhun PB XII diundang, syukur Dinasti Mataram Islam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari PB II hingga PB XIII atau Sentana Ndalem yang mewakili. Bisa jadi hanya lewat Wapres islah, rujuk terwujud," harap Gusti Puger.

Gusti Puger sambil menghela nafas panjang, menambahkan mungkin tidak bisa dadakan seperti sekarang ini, pastinya perlu waktu tersendiri. Bisa jadi, kegiatan Wapres KP Gibran Rakabuming Widuro Nagoro ini merupakan awal mula dari selesainya carut marut suasana Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang tidak pernah terselesaikan. "Sekali lagi, saya tidak punya pamrih apa apa, hanya pingin sekali Dinasti minimal Putra Putri Ndalem Sinuhun PB XII bisa bertemu dan menyatu untuk kembalinya keraton Kuncoro dan Kuncoro," harap GPH Puger. # Yan 1.



Alun alun Lor dan Kidul Keraton Kasunanan Surakarta Sudah Boleh Untuk Umum

November 03, 2024


 Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Adipati (KGPH Adp) Dipo Kusumo, Pengageng Perintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII. Foto : Yani 

GUGAT news.com, SOLO

Ditemui di sela-sela kegiatan kunjungan kenegaraan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Kanjeng Pangeran (KP) Gibran Rakabuming Widuro Nagoro bersama isteri ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sebelumnya menyaksikan langsung proses hampir selesainya revitalisasi Alun alun Lor Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Adipati (KGPH Adp) Dipo Kusumo selaku Pengageng Perintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, mengungkapkan jika kegiatan Wapres merupakan tindak lanjut dari penataan kawasan keraton.

"Kunjungan Wapres KP Gibran Rakabuming Widuro Nagoro bersama isteri merupakan tindak lanjut dari penataan kawasan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai Cagar Budaya nasional. Sehingga dimulai dari Alun alun yang kini jadi semacam ruang publik space, ruang terbuka untuk kegiatan masyarakat. Dalam proses pembangunan Alun alun Surakarta, keraton dengan berbagai kegiatannya masih tetap berjalan seperti biasanya, 3 kali Grebeg, Suro, Maulud Sekaten sampai kirab dan kegiatan lainnya," terang KGPH Adp Dipo Kusumo.

Kembali ditegaskan oleh beliau Gusti Dipo, panggilan akrab KGPH Adp Dipo Kusumo, sekarang ini Alun alun sudah dibuka sehingga masyarakat diharapkan bisa memberikan semacam saran dan masukan. Memang, untuk revitalisasi sepenuhnya belum selesai, masih terus saja bertahap. Namun karena sudah di buka untuk umum, silakan bagi warga masyarakat bisa menggunakan semacam untuk berolahraga di sepanjang Alun alun yang juga sudah disiapkan tempatnya.

Untuk masalah kegiatan keraton yang berkaitan dengan ritual adat baik itu Grebeg Besar Iedul Adha juga Iedul Fitri serta Maulidan Sekaten serta Kirab dari malam 1 Syuro, masih dipertimbangkan semuanya. Pasalnya, menyangkut masalah keberadaan tanaman rumput. Hal ini masih perlu kajian tersendiri, sedangkan dari pihak pemerintah Kota Surakarta sudah menyerahkan kepada Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sehingga diharapkan perlunya kerjasama. 

Keraton sendiri, masih menurut penuturan Gusti Dipo, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sendiri memiliki semacam 3 konsensus, yaitu adanya Pelestarian sekaligus untuk Pengembangan serta Inovasi baru. Pasti perlunya saling melibatkan bersama dinas terkait, sepertinya kepariwisataan dan lainnya. Tidak terkecuali juga Alun alun Kidul yang kini juga sudah dibuka untuk umum dan butuh semacam saran dan masukan dari masyarakat sehingga diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.

 "Akan halnya dengan Alun alun Kidul, kini sudah dibuka untuk umum meski masih suasana revitalisasi. Sehingga diharapkan adanya saran dan masukan dari masyarakat diharapkan agar nantinya bermanfaat. UMKM Alkid yang tidak semuanya bisa tertampung akan dicarikan solusinya seperti perlunya ada pembekalan ilmu kuliner terlebih dahulu. Bagaimana berjualan secara bersih dan higienis," pungkas KGPH Adp Dipo Kusumo. #Yani.

Kenapa LDA Juga Gelar Wilujengan Nagari Mahesa Lawung? Ini jawaban KP Edhie Wirabhumi,

November 03, 2024


 Kanjeng Pangeran (KP) Dr Edhie Wirabhumi SH MH Konsultan Hukum Lembaga Dewan Adat (LDA,) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang menyataksn perlunya LDA juga Gelar Wilujengan Nagari Mahesa Lawung.

GUGAT news.com, SOLO 

Dikonfirmasi disela-sela selesai dari kegiatan ritual sakral Wilujengan Nagari Mahesa Lawung, Kamis Legi (31/10) siang, kenapa wilujengan tidak perlu dibarengkan dengan yang dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII, KP Dr Edhie Wirabhumi SH MH menjawab singkat,"Mereka belum legowo, belum bisa menerima secara sepenuhnya keputusan hukum tertinggi di Indonesia dari Mahkamah Agung (MA)."

"Mereka belum bisa menerima secara seutuhnya akan apa yang telah menjadi dan ditetapkan oleh pemerintah melalui putusan hukum dari Mahkamah Agung (MA) jika yang sah itu putusan hukum MA tentang Bebadan yang juga dibuat oleh Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd, selaku Pengageng Sasana Wilopo serta Ketua LDA. Kenapa melanggar putusan MA yang jelas telah membatalkan bentukan Bebadan tahun 2017," ujar KP Dr Edhie Wirabhumi SH MH.

Malahan kalau menggunakan Bebadan tahun 2017, lanjut Kanjeng Wirabhumi justru sudah melanggar dari aturan yang telah ditetapkan oleh MA. Sehingga harus kembali kepada putusan MA dengan bentukan Bebadan tahun 2004. Termasuk dari bagian telah menyalahi aturan MA sehingga merupakan bagian dari perbuatan melawan Hukum dan menjadi batal secara hukum, sehingga harus kembali menggunakan aturan Bebadan tahun 2004.

Sebagai warga negara yang baik dan taat kepada aturan hukum pemerintah yang telah ditetapkan MA, semuanya harus konsekuen tunduk dan patuh akan hukum negara. Kalau saja masih nekat menggunakan Bebadan tahun 2017 berarti bagian dari wujud nyata merupakan tindakan menyalahkannya kedudukan sekaligus kewenangan. 

"Dan kami menggelar wilujengan nagari Mahesa Lawung pada setiap tahunnya itu bukan tanpa alasan, bahkan LDA senantiasa konsisten dengan gelaran budaya yang dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sesuai dengan pakem nya, pastinya tidak menyalahi aturan yang sudah dibuat dan telah ditetapkan oleh leluhur," tegas Kanjeng Wirabhumi.

Seperti kali ini, ditambahkan Kanjeng Wirabhumi, wilujengan nagari Mahesa Lawung, LDA memang sengaja untuk mengambil waktunya lebih pagi dari biasanya tahun tahun sebelumnya. Mengingat kondisi tengah musim hujan, agar urutan ritual spiritualnya bisa terjalanj semuanya. Karena wilujengan nagari Mahesa Lawung ini cukup penting. Doa keselamatan, masyarakat, bangsa dan negara. Termasuk untuk pejabat. #Yani.

Mitos Pisang Kembar Untuk Perjodohan..?

November 02, 2024


 Pisang kembar, pisang dempet atau Pisang jodoh. Benarkah membawa dampak bertemu jodoh? Hanya kuasa Ilahi yang mengetahuinya. Foto; Yani

GUGAT news.com, SUKOHARJO 

Sepertinya tanpa sengaja saat GUGAT news menemukan buah buahan berjenis Pisang Ambon dan unik ini. 2 buah pisang gandeng, dempet menjadi satu. Kabarnya, kalau kebanyakan orang Jawa menyebutnya sebagai pisang jodoh. Dan bagi yang memakannya akan mendatangkan berkah tersendiri, rejeki jodoh. 

Saat GUGAT news konfirmasikan kepada beliau budayawan yang juga salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, tersenyum sebelum menjawabnya, "Ah itu hanya guyon maton saja, bercandanya orang kuno yang akhirnya menjadi mitos. Sama sekali tidak ada pengaruhnya dsn tetap enak dimakan."

Lebih jauh Gusti Puger panggilan akrab GPH Puger, menerangkan sebenarnya sama sekali tidak ada dampaknya apa apa dengan makan buah apa saja yang kebetulan bentuknya dobel, kembar, dempet, jodoh karena 2 menjadi 1. Hanya saja, lantaran kebanyakan orang-orang Jawa Jaman dahulu sering kotak Katik gatuk entuk, menggandeng gandeng kan ya jadinya begitu.

Memang, masih menurut penuturan Gusti Puger, ada yang kebetulan saja mengkonsumsi buah dempet akhirnya menjadi kenyataan, banyak rejeki dsn bertemu jodohnya. Pastinya itu hanya kebetulan saja, masalahnya, nasib, jodoh, rejeki termasuk kematian semua di tangan kuasa Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, Allah SWT. Mutlak kuasa ada di tangan Nya, manusia hanya bisa berusaha Allah SWT sebagai penentu Nya.

Kembali ke masalah keyakinan atau kepercayaan tentang buah apa saja atau khususnya Pisang Ambon Kembar itu,  sama sekali tidak ada kaitannya dengan berkah rejeki apalagi jodoh, itu hanya MITOS belaka sama sekali bukan fakta.
Menariknya, orang tua Jawa pada jaman dahulu seringkali kalau tidak berkenan lantaran janggal dan tabu atau pamali, dianggapnya keramat ada "sesuatunya" yang berkaitan dengan kepercayaan.

"Disini saya sebagai orang Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang pastinya berbudaya Jawa, sekali lagi saya tegaskan tidak ada kaitannya berkah dan rejeki apalagi jodoh, kalau akhirnya ketemu jodoh ya itu kebetulan saja. Pastinya rejeki termasuk jodoh, merupakan kuasa Ilahi. Tidak perlu takut, was was untuk makan buah apa saja yang kembar. Pastinya rejeki perut jadi kenyang dan menyehatkan," pungkas GPH Puger, tersenyum. #Yani.

Deklarasi TEBAS Siap Menangkan Teguh-Bambang Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta 2024-2029

November 01, 2024


Sang Deklarator Teguh Bambang Adil Sejahtera (TEBAS) yang juga advokat kondang di Kota Solo ini, BRM Dr Kusumo Putro SH MH kerahkan 131 elemen masyarakat Kota Solo untuk pemenangan Bacalon Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta periode 2024-2029. Teguh Prakoso-Bambang "GAGE' Nugroho. Foto: Yani.

GUGAT news.com, SOLO

Boleh jadi, apa yang telah dilakukan oleh BRM Dr Kusumo Putro SH MH, advokat kondang di Kota Solo ini, yang juga merupakan politisi, budayawan, pegiat sosial yang akrab dan banyak dikenal dengan mereka para wong cilik, dengan mengerahkan ribuan massa yang tergabung dalam 131 elemen masyarakat di Kota Solo, itu bagian keseriusan sekaligus kepeduliannya dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung Bacalon Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta. Teguh Prakoso dan Bambang "GAGE'' Nugroho periode 2024-2029 dan MENANG.

Kesemuanya itu dibuktikan oleh BRM Dr Kusumo Putro SH MH dengan ikrar serta tekat untuk nyawiji bersama Deklarasi TEBAS (Teguh Bambang Adil Sejahtera) yang diikuti oleh ribuan massa hingga berdatangan dari Kota Solo untuk memenuhi halaman sekaligus Gedung Pertemuan bersejarah miliknya dari Puro Mangkunegaran Solo, Hotel Dana, Jum'at siang (1/11). Tidak tanggung tanggung apa yang dilakukan oleh beliau Bendoro Raden Mas Kusumo demi kemenangan Pilkada Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta periode 2024-2029. Teguh Prakoso dan Bambang "GAGE'' Nugroho. Ratusan elemen masyarakat di gandeng untuk memenangkan Teguh Bambang.

Menariknya, apa yang menjadi gagasan sekaligus usulan dari Ndoro Kusumo, sapaan akrab BRM Dr Kusumo Putro SH MH, di penuhi serta akan dijalankan oleh Teguh Bambang jika keduanya nanti terpilih dan menang Pilkada Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta 2024-2029. Gagasan serta ide bagus dari Ndoro Kusumo itu memang cukup relevan untuk dikerjakan. Realita sekali. Diantaranya, Menyoal bidang kesehatan, pendidikan, olahraga, budaya dan seni serta kesejahteraan akan perumahan ekonomis hingga hukum sekaligus profesionalisme dalam pelayanan pemerintah-masyarakat.

"Sebagai wujud dukungan kami, tidak kurang dari 131 elemen masyarakat yang ada di Kota Solo, kami persatu kan dalam wadah TEBAS (Teguh Bambang Adil Sejahtera) yang nyawiji, bersatu bersama sekaligus bertekad untuk berusaha semaksimal mungkin agar Pak Teguh Bambang memimpin Kota Solo sebagai Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta 2024-2029. Semoga nantinya Pak Teguh dan Pak Bambang bisa konsekuensinya dalam memenuhi amanah menjalankan tugas,"pesan BRM Dr Kusumo Putro SH MH. #Achmad Yani



LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Juga Gelar Mahesa Lawung

November 01, 2024


 Untuk LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, doa wilujengan nagari Mahesa Lawung berada di Sasana Sumewa Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto : Yani

GUGAT news.com SOLO 

Selain lebih pagi gelaran acara untuk Wilujengan Nagari Mahesa Lawung ke Alas Kerendhawahana 15 km ke arah Utara Kerston Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sudah masuk wilayah Kabupaten Karanganyar, sepertinya yang dilakukan oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dalam hal ini dipimpin langsung oleh beliau Gusti Kanjeng Ratu ,(GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd, lebih lengkap.

Tepat pukul 08.00 WIB, setelah selesai didoakan ulama LDA, Kanjeng Mas Irawan di Bangsal Sasana Sumewa Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang saat itu dipimpin langsung oleh beliau Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd selaku Ketua LDA. Sebelumnya ritual lengkap wilujengan nagari Mahesa Lawung sudah dimulai doa dzikir tahlil di Gondorasan, dapur miliknya keraton yang khusus untuk dipakai memasak sesajian.

Selesai dari Gondorasan, masih ada acara ritual sakral di dalam keraton ada di dalam Bangsal Maligi. Barulah sesaji utama wilujengan nagari Mahesa Lawung yang berupa potongan kepala kerbau dan sesajian lainnya di keluarkan dari Kori Kamandungsn terus menuju Kori Brojonolo, langsung masuk Sitihinggil Lor dan berakhir di Bangsal Sasana Sumewa Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk kembali didoakan bersama sekaligus serah pasrah kepada Kanjeng Mad Irawan.

Bisa jadi, inilah peristiwa yang membedakan dalam ritual wilujengan nagari Mahesa Lawung diantara Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Gusti Mung, panggilan akrab GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd, sepertinya LDA lebih tertib dan runut. Untuk pembawaan sesaji khususnya potongan kepala kerbau saja yang membedakan. 

Potongan kepala kerbau yang oleh Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dibawa khusus oleh mobil truk dari BRIMOB sekaligus mereka para abdi dalem pengusungnya dikawal ketat oleh beberapa orang anggota BRIMOB hingga ke area lokasi Alas Kerendhawahana, Karanganyar. Namun lain halnya dengan yang dilakukan oleh LDA Gusti Mung, cukup hanya diangkut potongan kepala kerbau itu dengan mobil pickup. 

Khususnya untuk Sentana Ndalem, Kerabat Ndalem serta abdi dalem yang bertugas membawa baki sesajian, dengan mengendarai mobil bus malam. Bagi yang membawa mobil sendiri, diperkenankan mengikuti fi belakang mobil pengawalan Polresta Surakarta. Sedangkan Gusti Mung yang nantinya masih memimpin ritual sakral di altar Pohon Beringin Putih, lebih dahulu dengan mobil pribadi termasuk GKR Indriyah. 

Menariknya, apa yang sebelumnya sudah diperhitungkan oleh Gusti Mung sama sekali tidak meleset. Meski bersamaan harinya namun berselisih jam-nya, tidaklah terjadi "benturan" di lokasi. "Kami sudah perhitungkan secara cermat, ritual pagi di keraton langsung kami segera berangkatkan. Sebenarnya LDA sudah berkoordinasi dengan pihak Sinuhun PB XIII, tapi beliau sepertinya kurang berkenan, ya sudah kami jalani pagi pagi. Dsn ... Alhamdulillah semua berjalan lancar,"pungkas GKR Wandansari Koes Moertiyah. #Yanj.

Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Gelar Wilujengan Nagari Mahesa Lawung

November 01, 2024


 Sesaji Wilujengan Nagari Mahesa Lawung Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat,  berupa Potongan Kepala Kerbau dan sesajian lainnya di doakan terlebih dahulu oleh ulama di Sitihinggil Lor. Foto : Achmad.

GUGAT news.com SOLO

Sebelum wilujengan nagari Mahesa Lawung dilakukannya oleh beliau Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat melalui Dawuh Ndalem Pengageng Perintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Adipati (KGPH Adp) Dipo Kusumo, telah dilakukan terlebih dahulu oleh LDA (Lembaga Dewan Adat) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dalam hal ini, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd selaku ketua.

Untuk masalah hari, baik dari Sinuhun PB XIII dengan LDA sama, jatuh pada Hari Kamis (31/10). Hanya selisih waktunya saja, untuk Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang langsung dipimpin oleh beliau KGPH Adp Dipo Kusumo. Baik dikeluarkannya dari Keraton menuju Sitihinggil Lor untuk didoakan terlebih dahulu hingga pemberangkatan sesajian wilujengan nagari Mahesa Lawung dengan potongan kepala kerbau sebagai sesaji utama.

Selesai Didoakan oleh ulama keraton yang tidak lebih selama satu jam, dengan diawali pasukan bergodo Devile Drumband Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat prajurit keraton, tepat pukul 09.00 WIB mulai meninggalkan Sitihinggil Lor. Iring iringan pembawa sesaji dengan senantiasa mengumandangkan bacaan Shalawat Nabi, mulai memasuki Sasana Sumewa Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sebelumnya dipergunakan LDA untuk doa wilujengan nagari Mahesa Lawung.

Begitu iring iringan sesajian yang diawali oleh potongan kepala kerbau yang terbungkus kain mori putih, disusul puluhan sesajian caos dahar lainnya yang akan dibawa menuju Alas Kerendhawahana, 15 km ke arah utara dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sudah masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Khususnya sesajian dari kepala kerbau, ditanam. Di sekitar Pohon Beringin Putih. Sedangkan dupa kemenyan ditaruh pada punden Beringin Putih. 

Untuk nasi gurih, dipakai sebagai bagian dari bancaan kembul bujono, makan bersama sama. Dari Putra Putri Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII serta Putri Ndalem Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sentana Ndalem, Kerabat Ndalem hingga abdi dalem. Pastinya, usai kembali didoakan di altar Pohon Beringin Putih. Selain Pengageng Perintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat KGPH Adp Dipo Kusumo, salah satu Putra Ndalem Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, hadir putri ndalem lainnya.

Ada GKR Alit, Putri Ndalem Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang tertua, kakak dari Sinuhun PB XIII, Gusti Ras, Gusti Rahma serta GKR Timur Rumbai dan GKR Dewi yang keduanya merupakan Putri Ndalem Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Kabarnya,meski harinya berbarengan saat Wilujengan Nagari Mahesa Lawung Sinuhun PB XIII dengan LDA pada Kamis Legi 31 Oktober namun jamnya hanya berselisih 1 jam, sehingga tidak ada waktu "benturan"   saat tiba di lokasi Alas Kerendhawahana. Begitu LDA selesai, mobil truck dari BRIMOB berpenumpang abdi dalem pembawa sesaji potongan kepala kerbau Mahesa Lawung tiba di lokasi. Sehingga hanya berpapasan dengan iring iringan mobil LDA dan Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta. # Yani.

Gusti Mung ; Puspo Wardoyo Itu Sering Bantu Kegiatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Oktober 31, 2024


 Puspo Wardoyo owners Ayam Bakar Wongsolo Grup, founder Makanku serta pemilik destinasi wisata Kali Pepe Land yang peduli dengan budaya kegiatan keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto : Yani 

GUGAT news.cpm SOLO

Dikatakan oleh beliau Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, bahwa Puspo Wardoyo yang merupakan pengusaha nasional kuliner dan owners Ayam Bakar Wongsolo Grup, founder Makanku serta pemilik destinasi wisata Kali Pepe Land itu orangnya sangat peduli dengan budaya. Apalagi kegiatan budaya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat," jelas GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd.

Bukan tanpa alasan, jika beliau Gusti Mung, panggilan akrab GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd itu, mengatakan demikian, pasalnya sudah beberapa kali kegiatan budaya yang diselenggarakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, selalu dibantu dengan pemberian sejumlah dana. Baik yang diselenggarakan oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII maupun LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, selalu disuport masalah dana yang tidak begitu kecil.

"Alhamdulillah... terimakasih sekali Pak Puspo Wardoyo, Pemilik Ayam Bakar Wongsolo Grup yang selalu dan terus memperhatikan kegiatan kami, budaya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan senantiasa tulus ikhlas memberikan support dana. Yang belum lama ini support dana untuk Bentangan Merah Putih 1000 meter dan upacara Sumpah Pemuda," terang Gusti Mung.

Tepat sekali adanya' support dana Pak Puspo Wardoyo bersamaan kegiatan Upacara Sumpah Pemuda yang dilanjutkan Bentangan Merah Putih sepanjang 1000 meter. Karena kegiatan ini banyak melibatkan orang sekaligus lokasi pembentangan bendera merah putih. Dimulai dari wilayah Jenawi, Karanganyar, lanjut ke Makam Pangeran Samudra, Kemukus, Sragen. Barulah masuk ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Setelah Upacara Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober di Halaman Kori Kamandungan dengan peserta ribuan orang, pagi itu tepat pukul 08.00 WIB langsung pembentangan bendera merah putih sepanjang 1000 meter mengelilingi Benteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sekitar pukul 10.00 WIB selesai pembentangan bendera merah putih langsung kain 1000 meter merah putih di bawa ke Bekas Keraton Kartasura Hadiningrat. Selesai dari Bekas Peninggalan Keraton Kartasura Hadiningrat perjalanan di lanjutkan ke Klaten.

Dari Candi Untoroyono, Pedan, Klaten, selesai, perjalanan bendera merah putih dilanjutkan menuju ke daerah Sleman, Yogyakarta, di Makam Syekh Jumadil Kubro. Sampailah pada tujuan akhir, pembentangan bendera merah putih sepanjang 1000 meter sekaligus untuk dicuci pencucian ke Laut Kidul, Pantai Parangkusumo, Bantul, Jogjakarta. Sebelumnya digelar ritual sakral di area Cempuri Parangkusumo.

"Alhamdulillah...sekali lagi kami matur nuwun, terimakasih atas atensinya Pak Puspo Wardoyo terhadap kebudayaan, terutama kebudayaan  dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang selama ini terus dibantu dana. Semoga Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, Allah SWT yang akan membalas nantinya akan kebaikan dari Pak Puspo Wardoyo. Dimudahkan segala urusan dan dilimpahkan barokahnya. Selalu dalam Rahmad Nya. Aamiin." tutut GKR Wandansari Koes Moertiyah. #Yani.

Isteri Selir Sinuhun PB X Diberikan Kepada Sahabatnya Pengusaha Cina

Oktober 30, 2024


 RA Siem Lan yang makamnya ada di Pemakaman kuno Sondakan, Laweyan, Solo, kabarnya merupakan isteri Selir dari Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang telah diberikan kepada sahabatnya Pengusaha Cina. Foto : Yani.

GUGAT news.com, SOLO 

Dari hasil investigasi GUGAT news, di sekitar pemakaman umum dan kuno di Kampung Batik Sondakan, Laweyan, mereka para bapak yang bertugas untuk mengumpulkan sampah se Kalurahan Sondakan tengah ramai membicarakan keberadaan makam RA Siem Lan dari berbagai versi. Akhirnya datang Pak Bejo (50) juru kunci makam kuno Yang tinggal di sekitar makam dari semenjak lahir.

"Kalau dari cerita kedua orang tua saya yang memang tinggal di sekitar area makam dan dari kecilnya,  pemakaman kuno Sondakan, pada makam RA Siem Lan yang tertanggal pada batu nisan nya 20 April 1917 itu bukanlah makam dari seorang lelaki keturunan Tionghoa atau Cina, melainkan terkubur jasad seorang wanita keturunan Jawa yang berparas cantik. Ceritanya, bagian dari salah satu isteri Selir Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat," jelas Bejo.

Konon kabarnya, lanjut Bejo, RA Siem Lan sang isteri Selir yang cantik itu ternyata disukai oleh salah satu dari sahabatnya Sinuhun Paku Buwono (PB) X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari lingkungan pengusaha kaya yang keturunan Cina. Pastinya, setelah sebelumnya adanya diskusi pembicaraan panjang lebar, barulah diberikan salah satu selirnya kepada sahabat nya. Itu. Ceritanya, Sinuhun PB X ini banyak memiliki isteri Selir.

Singkatnya, begitu resmi dinikahi oleh pengusaha keturunan Tionghoa itu, diboyong lah bekas isteri Selir Sinuhun PB X ke rumah sang pengusaha keturunan Tionghoa itu menjalani kehidupan berumahtangga seperti pada umumnya. Termasuk nama selir itu telah berubah menjadi nama suaminya Siem Lan. Hiduplah kedua nya sebagai pasangan suami-istri yang berkecukupan di sebuah kampung di Kota Solo.

Hanya saja, Solo nya di daerah mana tidak pernah disebutkan, mungkin Kampung Sudiroprajan, kampung pecinan di Solo. Bukan tanpa alasan untuk disebutkan tinggal di Solo. Pasalnya, sebelum beliau wafat Raden Ayu Siem Lan itu pernah berwasiat, jika nantinya telah meninggal dunia minta untuk dimakamkan jarak di tengah tengah di antara Keraton Kartasura Hadiningrat dengan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Yaitu Desa Sondakan, seperti yang sekarang ini makan RA Siem Lan dikuburan pada 20 April 1917.

"Kalau dirunut dari cerita turun temurun orang orang tua dahulu di Kampung Sondakan, makam RA Siem Lan ada kaitannya dengan Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, bisa jadi benar. Karena jaman nya semasa bertahtanya PB X. Justeru kalau dikaitkan dengan kepindahan Boyong Kedhaton Kartasura Hadiningrat Sinuhun PB II Ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1745) tak ada korelasinya. Bukan masnya," jelas Ir Hernot Sarwani yang diiyakan banyak orang yang tengah bicara di samping makam RA Siem Lan.

Kesemuanya tidak terlepas dari prasasti yang tercatat di pusara makam RA Siem Lan (20-4-1917). Sedangkan PB II Keraton Kartasura Hadiningrat sekitar tahy1745. Lebih 200 tahun selisihnya. Sehingga tidaklah mengherankan lagi, jika makan RA Siem Lan ini banyak diziarahi oleh mereka para warga masyarakat keturunan Tionghoa dari Jakarta, Surabaya dan lebih banyak dari Kampung Sudiroprajan, Solo. Kampung Pecinan di Solo. Bisa jadi, mereka para ahli warisnya yang bertebaran di seluruh Indonesia. Setidaknya, bagian darah Ningrat Bangsawan. #Yani.




Benarkah Kyai Sondoko Singoprodjo Cikal Bakal Kampung Sondakan...?

Oktober 30, 2024


 Makam Kyai Sondoko Singoprodjo yang ada di Pemakaman kuno Kampung Batik Sondakan, Laweyan, Solo, ini kabarnya merupakan Cikal Bakal adanya Kampung Sondakan. Foto: Yani.

GUGAT news.com, SOLO 

Ditegaskan budayawan Kampung Batik Sondakan, Laweyan, Solo yang juga ahli pembibitan tanaman ini, Ir Hernot Sarwani, banyak ragamnya dan versi tentang sejarah cikal bakal berdirinya Kampung Batik Sondakan. Ada yang mengatakan hampir sepantaran dengan Kampung Batik Laweyan di jaman Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam.

Namun, ada pula yang mengatakan jika keberadaan Kampung Batik Sondakan, bersamaan dengan peristiwa Boyong Kedhaton Kartasura Hadiningrat menuju ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1745). Kepindahan Sinuhun Paku Buwono PB II Keraton Kartasura Hadiningrat menuju Desa Solo, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, begitu melewati Sungai Jenes yang ada di Jongke, berhenti sejenak untuk beristirahat.

"Bahkan Cikal Bakal adanya Kampung Sondakan yang berkaitan dengan Sinuhun PB II Keraton Kartasura Hadiningrat itu sudah pernah dipentaskan dalam ketoprak kolosal ya juga di Kampung Batik Sondakan. Justru untuk versi yang berkaitan dengan jaman Kerajaan Kasultanan Pajang dan hampir bersamaan dengan Kampung Batik Laweyan yang dikenal tertua di Kota Solo, malahan tak pernah Untuk dimunculkan," terang Hernot Sarwani.

Saat itu, lanjut Hernot Sarwani, begitu perjalanan Boyong Kedhaton Kartasura Sinuhun PB II beristirahat, dilihatnya oleh Kyai Sondoko Singoprodjo yang langsung sigap untuk menjamu dengan air dengan kelapa. Sehingga puluhan bahkan ratusan degan kelapa disiapkan untuk Sinuhun PB II dan pengikutnya. Perjalanan pun menuju Desa Solo, segera dilanjutkan manakala Sinuhun PB II selesai meminum air degan suguhan dari Kyai Sondoko Singoprodjo.

Tak lama kemudian, masih menurut penuturan Ir Hernot Sarwani yang mahir bertani dan membuat kerajinan wayang kulit di rumahnya itu, dipanggil Kyai Sondoko Singoprodjo untuk datang ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat guna menerima hadiah gelar kekancingan, pangkat dari keraton sebagai Bekel yang sekaligus menerima amanah untuk menjadikan namanya Sondoko menjadi nama Kampung Sondakan, dimana Kyai Sondoko Singoprodjo bertempat tinggal.

"Memang ada versi lainnya jika keberadaan Kampung Sondakan, kecamatan Laweyan itu berkaitan dengan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam. Bukan tanpa alasan, masalahnya ada banyak bukti dari peninggalan sejarah di Sondakan di jaman Kerajaan Kasultanan Pajang. Semisal Kyai Putih di Kampung Mutihan juga pekerja buruh batik Laweyan itu kebanyakan dari Sondakan. Sumonggo saja mau pilih versi yang mana?"papar Ir Hernot Sarwani, tersenyum. #Achmad

Petilasan Keraton Kasultanan Pajang Gelar Haul

Oktober 30, 2024


 Bacaan Shalawat dikumandangkan di Petilasan Kasultanan Pajang yang ada di Desa Sonojiwan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo untuk bagian dari ritual Haul Sultan Hadiwijaya, Joko Tingkir yang kali pertama di selenggarakan. Selasa (29/10) malam. Foto : Yani 

GUGAT news, com SUKOHARJO 

Malem itu, di Petilasan Kasultanan Pajang tampak tidak seperti biasanya, ramai dengan pengunjung yang hendak tirakatan ngalap berkah, berharap berkah dari Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad Allah SWT, melalui doa doa yang dipanjatkan di area peninggalan sejarah leluhur Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya, melainkan ramai dengan suasananya Haul Sultan Hadiwijaya yang digelar baru kali pertama.

" Kami tidak tahu sepenuhnya acara yang berlangsung malam hari ini di Petilasan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam. Itu sepertinya kegiatan yang digelar oleh anak anak muda Makamhaji yang melibatkan pendana penyuka budaya sekaligus pegiat budaya. Meski baru kali pertama di gelar, namun cukup ramai, meriah,' ujar pemuda aktifis Masjid Sonojiwan yang keberatan disebutkan namanya.

Untuk diketahui, selain di Kampung Sonojiwan itu ada Petilasan Kasultanan Pajang atau yang populer dengan sebutan Gumuk, dan merupakan petilasan Gedung Senjata Sultan Hadiwijaya, ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah untuk ngalap berkah, namun juga ada bangunan kecil dari peninggalan KRA Suradi yang kini disebut sebagai peninggalan Keraton Kasultanan Pajang dan pada saat ini masih  ada peninggalan berupa Masjid Agung Sonojiwan.

Berdasarkan pemantauan GUGAT news, malam itu memang cukup meriah dengan adanya Haul Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir, setidaknya ada ratusan tamu yang hadir memenuhi halaman Petilasan Kasultanan Pajang dengan beberapa kegiatan di atas panggung berukuran besar tersebut. Sebelum acara dimulai, ada penyerahan sedekah kepada 30 anak anak yatim oleh panitia.

Dilanjutkan dengan gelaran tabuhan musik Hadrah sekaligus bersamaan dengan dikumandangkannya bacaan shalawat Nabi Muhammad SAW. Tampak pengunjung yang memenuhi halaman Petilasan Kasultanan Pajang, emak emak berbaur dengan bapak yang duduk secara lesehan di gelaran tikar. Sedangkan ada puluhan dari mereka anak anak muda pesilat dari Pagar Nusa, Kera Sakti, perguruan pencak silat SH Terate berdiri berkeliling sebagai pagar pengamanan. 

Sebelum bacaan shalawat Nabi Muhammad SAW di kumandangkan lagi, ada semacam pesan dan petuah oleh Habib Doreng yang mengulas tentang kebesaran Sultan Hadiwijaya sekaligus banyak sekali berjasa dengan syi'ar Islam nya di berbagai daerah di Nusantara. Waktu itu Indonesia belum ada, sedangkan berdirinya Kerajaan Pajang sekitar tahun 1568. Abad 15 silam.

"Saya tidak terima jika Sultan Hadiwijaya, Joko Tingkir yang seoarang raja besar dan penyampai Wahyu Ilahi dan bahkan kalau dirunut beliau masih  memiliki keturunan dari Rasulullah Muhammad SAW, Kok dilecehkan dengan syair lagu "Joko Tingkir Ngombe Dawet" rasanya kalau bisa ketemu akan saya tampar mulutnya," tegas Habib Doreng yang langsung meminta hadirin pengunjung untuk bershalawat. # Yani.




Kebesaran Jasa Ki Ageng Beluk Laweyan Terabaikan

Oktober 29, 2024


 Jembatan Laweyan di atas Sungai Jenes yang menghubungkan Kampung Batik Laweyan menuju bekas peninggalan Ki Ageng Henis, Masjid Laweyan, Pajang. Masjid Tertua di Kota Solo (1546). Foto : Yani.

GUGAT news.com, SOLO

Ditegaskan oleh beliau Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, bisa jadi kalau saja tidak ada peranan penting dan jasa pastinya dari Ki Ageng Beluk, mungkin adanya Dinasti Mataram Islam tidak akan terwujud. Termasuk peninggalan Masjid Laweyan, masjid tertua di Kota Solo. Dan pastinya masih banyak sejarah lainnya.

Artinya, keberadaan Ki Ageng Beluk jauh lebih dahulu ada di Kampung Laweyan, kampung tertua di Kota Solo. Adalah Ki Ageng Beluk dang pemilik dari  Pure yang kala itu dipergunakan sebagai padepokan sekaligus tempat peribadatan bagi umat pemeluk agama Hindu. Adalah Bedinde Ki Ageng Beluk, Tokoh petinggi umat beragama Hindu di pinggiran Kampung Laweyan atau sebelah barat dari Sungai Jenes yang akhirnya dikenal sebagai Kampung Pajang.

Datanglah Ki Ageng Henis, Ulama Besar yang diutus Sunan Kudus dari Demak Bintoro untuk mendampingi saat itu Mas Karebet atau Joko Tingkir, karena pada waktu itu belum bergelar Sultan Hadiwijaya Kerajaan Kasultanan Pajang pun juga belum berdiri. Dimaksud untuk menghindari dari adanya ancaman akan adanya pembunuh Arya Penangsang kepada Joko Tingkir. Singkatnya dari adanya sering bertemu diantara kedua tokoh Islam dan Hindu itu Ki Ageng Henis dan Ki Ageng Beluk, menjadikan tertariknya Ki Ageng Beluk untuk memeluk Agama Islam.

" Begitu memeluk Islam, yang semula Pure untuk peribadatan Hindu sekaligus padepokan milik dari Ki Ageng Beluk, secara tulus ikhlas diberikannya kepada sahabat muslimnya Ki Ageng Henis untuk dipakai sebagai sarana rumah ibadah. Berdirilah Masjid Ki Ageng Henis (1546) dari bekas Pure rumah peribadatan Hindu. Dan berganti nama Masjid Laweyan, setelah banyak mengalami renovasi dari PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat," terang GPH Puger.

Sehingga dalam.hal ini,lanjut Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, perlunya juga memberikan applaus, apresiasi perhatian tersendiri terhadap keberadaan makam Ki Ageng Beluk yang justru berada di luar area makam dari Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis yang merupakan cagar budaya, di Laweyan. Sedangkan nilai historis, sejarah dari keberadaan serta jasa besar Ki Ageng Beluk tampak seperti terabaikan, jarang disentuh publik dan sepi peziarah. "Ini cukuplah memprihatinkan!"tandas Gusti Puger, prihatin.

Padahal, tidak bisa dipungkiri manakala keberadaan berdiri dan adanya madjid tertua di Kota Solo, ya masjid Laweyan itu merupakan bagian hibah dari Ki Ageng Beluk kepada Ki Ageng Henis. Boleh jadi, tanpa rasa ketulusan ikhlas hati dari seorang Ki Ageng Beluk, warga masyarakat Kota Solo, Kampung Laweyan khususnya tidak akan pernah memiliki masjid yang sangatlah bisa untuk di banggakan. 

Masjid Laweyan itu bukan hanya tertua di Solo melainkan juga di Yogyakarta, ya Masjid Laweyan itu, pasalnya jika harus dibandingkan Masjid Kotagede yang  dibangun oleh Panembahan Senopati, pendiri Dinasti Mataram Islam, di area Kotagede itu,  sedangkan masa kecil Panembahan Senopati yang bernama Danang Sutawijaya, pastinya belum menjadi raja hidup dan tinggal bersama orangtuanya Ki Ageng Pemanahan di Laweyan dan biasa shalat di Masjid Ki Ageng Henis saat itu yang selanjutnya berganti nama menjadi Masjid Laweyan hingga kini. #Achmad.


Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Bentangkan 1000 Meter Merah Putih Keliling Keraton

Oktober 29, 2024


 Bendera Merah Putih sepanjang 1000 meter Kelilingi Benteng Cempuri dari Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang masih ada di dalam Benteng Baluwarti kembali lagi di halaman Kori Kamandungan, pada Senin 28 Oktober 2024. Pagi hingga siang hari. Foto : Achmad.

GUGAT news.com, SOLO.

Pagi itu, suasana  lain tampak mewarnai Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang tidaklah seperti biasanya. Usai dikumandangkan adzan sekaligus jamaah shalat subuh di Masjid Paromosono PB III, hiruk pikuk lalu lalang puluhan orang berdatangan dari berbagai daerah di Soloraya, utamanya datang dari wilayah Kabupaten Karanganyar. Ya ratusan orang itu hendak ikut melaksanakan upacara kebangsaan Sumpah Pemuda di halaman Kamandungan.

Seiring berjalannya waktu hingga mendekati pukul 07.00 WIB, bukan hanya ratusan orang melainkan ribuan orang mulai memenuhi area halaman Kamandungan. Bahkan, bukan hanya itu saja, mereka langsung menempati ruangan yang sudah disiapkan oleh panitia Upacara Hari Sumpah Pemuda yang digelar oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Dari beragam usia siswa-siswi SD, SMP dan SMA se Kecamatan Pasar Kliwon, sesuai dengan keberadaan lokasi letak nya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dan ada  tidak kurang dari 300 murid. Ditambah dari kelompok abdi dalem, Sentana Ndalem, Kerabat Ndalem serta Narpo Pandowo, ibu ibu keraton, para bergodo prajurit keraton, komunitas Senopati Mataram, pencak silat binaan Keraton, SH Terate. Hanya dari Korp Musik KOREM Surakarta lah yang begitu selesai upacara, tidak turut mengikuti Bentangan Merah Putih sepanjang 1000 meter mengelilingi Benteng Cempuri Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Begitu pasukan Korp Musik dari KOREM Surakarta selesai menjalankan tugasnya dalam mengiringi kegiatan Upacara Hari Sumpah Pemuda dan langsung pulang menuju ke  markas. Dsn tidaklah lama kemudian muncullah dari Sitihinggil Lor beberapa orang perwakilan yang membawa Bendera Merah Putih, sehingga acara Bentang Bendera Merah Putih Sang Ratih Sribuwana sepanjang 1001 meter pun dimulai. Tepat waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB.

Dari Halaman Kamandungan langsung berjalan lurus ke arah timur hingga Ndalem Kapugeran mentok Pusdik top TNI AD, berbelok ke kanan melewati Museum Keraton terus berjalan ke arah selatan hingga Kantor Kalurahan Baluwarti. Ribuan orang yang bertugas membentangkan bendera merah putih sepanjang berkeliling Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dari mereka yang sebelumnya sudah mengikuti upacara Sumpah Pemuda, kecuali Korp Musik KOREM Surakarta.

Kantor Kalurahan Baluwarti terus lurus berjalan ke arah barat sampai sudut Ndalem Brotokusuman. Dari Ndalem Brotokusuman selanjutnya berjalan lurus ke arah Utara hingga sudut bekas Ndalem Mangkubumi, Mangkuyudan. Dan selanjutnya bejalan lurus ke arah timur lagi hingga berakhir di depan Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang merupakan start dan finish.

Berdasarkan pemantauan GUGAT news yang mengikutinya dari start di depan Kori Kamandungan dan kembali berakhir di depan Kori Kamandungan, jarak yang ditempuh berkeliling Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu ada sekitar 1.400 meter. Tepat menghabiskan waktu tidak lebih dari 1 jam. Langsung saja, saat selesai berkeliling dengan membentangkan Bendera Merah Putih sepanjang Baluwarti, ribuan orang itupun diistirahatkan di halaman Kamandungan untuk sekaligus menikmati makanan dan minuman yang di sediakan oleh LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat bersama Gusti Mung. #Achmad.

Gusti Mung Dengan LDA nya Gelar Upacara Sumpah Pemuda

Oktober 28, 2024


 Gusti Kanjeng Ratu GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua Lembaga Dewan Adat LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, bertindak sebagai Komandan Upacara Sumpah Pemuda di Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Senin (28/10) pagi. Foto : Yani.

GUGAT news.com, SOLO 

Tepat pukul 07.00 WIB, semua peserta upacara Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2024 yang digelar oleh Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah MPd di Kori Kamandungan, sudah siap dan menempatkan posisi mereka masing-masing sesuai dengan lokasi penempatan barisan masing masing pasukan.

Tidak kurang dari 300 siswa siswi SD, SMP dan SMA se Kecamatan Pasar Kliwon, sesuai dengan lokasi dimana keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang berada di wilayah Kecamatan Pasar Kliwon, dari ratusan abdi dalem,  Narpo Pandowo ibu ibu ibu keraton, prajurit keraton hingga pasukan Senopati Mataram, Perguruan Pencak Silat Setia Hati (SH) Teratai sampai Korp Musik dari KOREM Surakarta. Kesemuanya tidak kurang dari 1000 peserta upacara.

Menariknya, dari keseluruhan untuk rangkaian upacara, aba aba bukannya memakai bahasa Indonesia pada umumnya melainkan berbahasa Jawa. Hanya untuk pembacaan teks Pancasila, undang undang Dasar 1945 dan Sumpah Pemuda, menggunakan bahasa Indonesia. Termasuk sambutan dari komandan upacara yang langsung dipimpin oleh GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd.

Dalam pidatonya, Gusti Mung, panggilan akrab GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd, membeberkan sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 1945 itu tidaklah terlepas dari peranan penting Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dari masa pemerintahan Sinuhun PB X hingga Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Bukan hanya itu saja, Sinuhun PB VI pun memiliki peran serta andil yang cukup besar bersama Pangeran Diponegoro dalam berjuang mengusir penjajah Belanda.

"Selain Sinuhun PB VI membantu dana perjuangan yang sekaligus konsultan strategi peperangan kepada Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajah Belanda yang akhirnya dibuang ke Ambon dan dibunuh, juga sebelum nya adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo, terlebih dahulu yang menentang tegas penjajahan Belanda di wilayah kekuasaan Dinasti Mataram Islam. Saat itu, Panembahan Senopati, Kota Gede, Jogjakarta, Hanyokrowati, Hanyokrokusumo dan Sultan Agung Hanyokrokusumo di abad 16 sudah mrnerangi kolonial Belanda," papar Gusti Mung dalam sambutannya.

Lebih jauh, masih menurut penuturan Gusti Mung lanjutan pidatonya, dari Dinasti Mataram Islam Panembahan Senopati hingga Sultan Agung yang masih di Plered, Bantul, selanjutnya Kartasura Hadiningrat baru lah 1745 ada Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Dinasti Mataram Islam terakhir. Setelah Sinuhun PB VI banyak memerangi kaum kolonialis Belanda melalui bantuan dana perang, juga strategi berperang kepada Pangeran Diponegoro.

Dilanjutkan perjuangan Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sudah menggalang persatuan di seluruh raja raja se Nusantara, saat itu belum Indonesia, masih Nusantara. Termasuk Sumpah Pemuda ini, bagian dari buah pemikiran beliau PB X. Sebagai wujud dari itu semua, adanya Tugu Lilin Penumping merupakan bagian penyatuan tanah dan air dari seluruh penjuru Nusantara untuk akhirnya menjadi bangunan Tugu Lilin.

"Setelah perjuangan Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dilanjutkan oleh Sinuhun PB XI dan puncaknya Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat hingga akhirnya yang menjadikan monarki atau sebutan kerajaan, adalah Sinuhun PB XII lah yang pertama kali mendukung dan menyatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kepada Soekarno," tegas GKR Mung 

Diakhir sambutannya, Gusti Mung menambahkan sebagai konsekuensinya, Soekarno dari pengakuan dan jasa besar Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diberikannya status Nagari Surakarta sebagai Daerah Istimewa Surakarta (DIS). " Daerah lainnya, seperti Jogjakarta, Jakarta dan Aceh, belum disebutkan sebagai daerah istimewa dan daerah khusus, pertama kali adalah Nagari Surakarta yang saat itu beribukota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat," tegas GKR Wandansari Koes Moertiyah. #Achmad.