Featured Post
Kori Brojonolo Kidul Konon Pintu Utama Ratu Kidul Ke Keraton Kasunanan
Kori Brojonolo Kidul Konon diyakini merupakan pintu keluar masuk Ratu Kidul dari pantai selatan. Foto : Yan 1. GUGAT news.com. SOLO.

Raden Surojo : Daerah Istimewa Surakarta Yakin Bisa Terwujud
Raden Surojo, penggiat budaya yang meyakini DIS bisa terwujud. Foto : Yan
GUGAT news.com. SOLO.
Adalah Raden Surojo, penggiat budaya yang juga kerabat ndalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, mengaku dan optimis sekali jika Daerah Istimewa Surakarta (DIS) yang pada saat itu dikembalikan untuk sementara waktu oleh beliau Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kepada pemerintahan pusat yang dalam hal ini Presiden RI Ir Soekarno, sekitar tahun 1946 lantaran adanya peristiwa gegeran pamong swa praja di Solo.
Sumur Makam GKR Sekar Kedhaton Ada Di Pajang
Majelis Perindu Surga Ada Di Semanggi
Gesekan Kecil LIBERTY Diantara Devile Drumband Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Wisatawan asing pun juga turut berfoto bersama dengan Komandan Prajurit Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto : Yani
GUGAT news.com. SOLO
Gesekan insiden kecil diantara Youtuber LIBERTY dengan "orang keraton" itu terjadi di halaman Kori Kamandungan setelah berakhirnya parade Devile Drumbend Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Sabtu (21/5/2022) sekitar pukul 16.45 wib di angkringan sebelah barat Kori Brojonolo Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Baru beberapa kali tegukan LIBERTY dengan wedang tehnya, ada diantara abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang mengenakan baju batik itu menyela, "Dari YouTube LIBERTY ya, saya sering mengikuti liputannya!" Ucapan santun yang menyejukkan hati.
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19
Tak lama kemudian, ada yang turut berpartisipasi omongan, mungkin orang kepercayaan keraton yang mengaku hendak Tabayyun, namun pada kenyataannya malahan menjustifikasi alias menghakimi LIBERTY dengan beberapa pemberitaan nya yang kurang berkenan baginya. LIBERTY pun minta untuk disomasi saja kalau memang tidak suka dengan YouTube LIBERTY.
Diantaranya, LIBERTY diminta untuk mengakui jika Putra Mahkota Sinuhun Paku Buwono XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat hanya satu, tidak dua. Bukan hanya itu saja, menyoal masalah liputan LIBERTY yang dana pemerintah tak kunjung cair dengan Nara sumber nya tidak jelas. Padahal, ada narasumber dari Pengageng Parintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Adpt Dipo Kusuma. Meskipun enggan berkomentar.
Juga ada narasumber dari salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga adik kandung Sinuhun Paku Buwono XIII, beliau adalah KGPH Puger yang begitu membiarkan adanya niat baik pemerintah pusat akan membantu renovasi, revitalisasi serta perbaikan keraton. "Silakan saja, selama itu bagus bagi keraton. Untuk menguri uri, melestarikan budaya leluhur kenapa ditolak?" papar KGPH Puger, saat itu.
Menariknya lagi, saat LIBERTY ungkapkan jika ada narasumber sah sebagai Humas dari Panembahan Agung Tedjo Wulan, yaitu Bambang Pradoto Nagoro SH, justru di katakan orang luar. Padahal, jauh sekali pemahaman tentang Keraton jika "orang keraton" itu kudu dibandingkan dengan sang pengacara ini yang mengenal betul sangat banyak Lika liku keraton dengan permasalahannya.
Belum puas sampai di situ, ditantanglah LIBERTY untuk ditunjukkan bukti Panembahan Agung Tedjo Wulan mencium kaki Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Anehnya, dari beberapa abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang berbusanakan serba batik itu diam saja tanpa mengiyakan. Bahkan ada yang nyeletuk, "Lha memang saya tidak tahu...!" LIBERTY hanya bisa ucapkan Istighfar.
Yang pasti, LIBERTY dalam menyampaikan berita senantiasa memegang teguh Ke BENAR an, karena kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT bukan manusia. Inilah yang menjadikan prinsipnya LIBERTY selalu berani menyatakan yang HAK atau BENAR. Dan hanya Allah SWT yang perlu ditakuti. "Qulil Haqqo Walau Kaanna Murron.....! Sampaikan kebenaran sekalipun pahit...!" # Yan 1.
Mengenal Lebih Dekat Kori Brojonolo Lor
Kori Brojonolo Lor Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
GUGAT news.com. SOLO
Kori Brojonolo Lor atau yang biasa dikenal dengan sebutan Lawang Gapit Lor merupakan pintu gerbang utama dari arah utara menuju ke halaman Kamandungan Lor atau Gerbang Cempuri, kompleks dalam keraton yang dilingkupi oleh Tembok Beteng Baluwarti.
Kori Brojonolo Lor sendiri menghubungkan ke sekitarnya area Supit Urang sekaligus ke kawasan Baluwarti. Oleh beliau sang arsitek, pembuat Kori Brojonolo Lor, Etan, Kidul dan Kulon, Sinuhun Paku Buwono III Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1782) disebut sebagai Gaya Semar Tinandu, gerbang yang memiliki atapnya trapesium seperti joglo.
Bangsal penjagaan di luar Kori Brojonolo Lor ada Bangsal Brojonolo Kiwo dan Brojonolo Tengen. Dan di dalamnya ada Bangsal Wisomarto Kiwo dan Tengen. Kesemuanya berfungsi sebagai penjagaan pengawalan dari prajurit Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Bukan hanya itu saja, di sebelah Timur atau kanan Kori Brojonolo Lor ini ada bangunan Menara lonceng jam panggung yang biasa dibunyikan pada setiap jamnya sebagai pertanda waktu. Pada kayu jati di tengah Kori Brojonolo Lor ada tempelan kulit sapi yang memiliki sengkolo atau perhitungan tahun.
Adalah bertajuk Lulang Sapi Siji atau Wolu ilang sapi siji ( kulit sapi satu atau delapan hilang sapi satu) hal itu memiliki arti, perlambang tahun Jawa dan tahun masehi. Yaitu 1708 perhitungan tahun Jawa dan 1782 perhitungan kalender tahun masehi. Saatitu bertahta sebagai Raja di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat beliau Sinuhun Paku Buwono III. #Yan 1
KGPH Puger : Raden Pabelan Pernah Dibuang Di Sungai Laweyan Oleh Jaka Tingkir
KGPH Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
GUGAT news.com. SUKOHARJO.
Saat dijumpai GUGAT news.com belum lama ini di Wedangan Manang yang berdampingan dengan Pasarean Ageng Manang, Patih PB IX Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KRA Sosronagoro (1828), Kanjeng Gusti Pangeran Haryo ,( KGPH) Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga adik kandung Sinuhun Paku Buwono XIII, menuturkan jika Raden Pabelan, putra dari Tumenggung Mayang, orang kepercayaan dari Sultan Hadiwijaya Raja Keraton Kasultanan Pajang, dibunuh dan jasadnya saat itu dilarung di Sungai Laweyan.
Sungai Laweyan Solo yang tidak jauh dari Pajang, bekas lokasi Keraton Kasultanan Pajang. Tempat dibuangnya Raden Pabelan. Foto : Yan
Sekitar abad 15 sepantaran dengan berdirinya Keraton Kasultanan Pajang, adalah Raden Pabelan putra Tumenggung Mayang yang dikenal sebagai seorang yang tampan, gagah dan berwibawa. Sehingga tak mengherankan lagi jika banyak digandrungi oleh para kaum hawa. Dari remaja putri, dewasa, ibu-ibu hingga janda. Hanya saja, ketampanan itu bukan nya dipakai untuk kemaslahatan melainkan hanya untuk menuruti nafsu birahi belaka. KGPH Puger mengisahkan.
Jembatan Sungai Laweyan yang ada di depan Masjid Laweyan (1546) masjid tertua di Solo. Foto : Yan
Lantaran tabiat buruk putranya, Raden Pabelan, kembali dikisahkan Gusti Puger panggilan akrab KGPH Puger, yang biasa mempermainkan wanita dengan perilaku habis manis sepah dibuang, menjadikan malu dan murkanya Tumenggung Mayang, pejabat di Keraton Kasultanan Pajang. Dipanggil lah sang anak untuk dinasihati agar bisa menghentikan perbuatan buruknya terhadap perempuan di Kampung Mayang.
"Bukannya berkenan dengan nasihat sang ayahandanya, melainkan menolak akan saran dan pesan bagus dari bapaknya. Sehingga saat itu pula, Tumenggung Mayang hanya berniat akan menghukum anaknya agar menyudahi tabiat buruknya, berzina. Ditantanglah Raden Pabelan akan keberaniannya untuk masuk Keraton Pajang dan menemui Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Sekar Kedhaton, Putri Ndalem Sultan Hadiwijaya yang dikenal sebagai Mas Karebet atau Jaka Tingkir. Tanpa pikir panjang lagi, disanggupi tantangan ayahnya," urai Gusti Puger.
Malam itu juga, lanjut Gusti Puger, dibekalilah sang anak oleh ayahnya sebuah ilmu kesaktian yang mana saat memasuki wilayah Keraton Kasultanan Pajang tidak seorangpun prajurit mampu melihatnya. Bahkan tembok Beteng Baluwarti pun dengan mudahnya bisa dilompati. Masuklah Raden Pabelan ke dalam Cempuri Keraton yang langsung bisa bertemu dengan Putri Ndalem Sekar Kedhaton yang sebelumnya sudah sering mendengar cerita ketampanan dan keperkasaan seorang pria Raden Pabelan. Singkatnya, bercumburayulah keduanya.
Boleh jadi, Tumenggung Mayang lupa akan persyaratan ilmu kesaktian yang diberikan kepada putranya itu harus lebur manakala dipergunakan untuk kepentingan kemaksiatan dengan mengumbar nafsunya. Sehingga naas pun terjadi, pada pagi harinya keberadaan Raden Pabelan yang berada di dalam kamar Gusti Sekar Kedhaton diketahui prajurit. Bisa dipastikan lagi, gempar lah suasana seisi dalam Keraton Kasultanan Pajang. "Saat itu pula langsung diketahui Sultan Hadiwijaya yang langsung marah seketika mendapati Raden Pabelan ada di dalam kamar putrinya. Tanpa pikir panjang lagi, ditebas lah leher Pabelan dan mati!" terang Gusti Puger.
Makanku praktis dan tidak ribet
Malam itu juga, masih menurut penuturan Gusti Puger, jasad Raden Pabelan langsung dilarung ke Sungai Laweyan yang akhirnya berhenti di daerah pinggiran Sungai Bengawan Solo. Sekarang ini, daerah tersebut dikenal sebagai Kampung Batangan, Pasar Kliwon, dan kini makam Raden Pabelan ada di area Pusat Perbelanjaan Beteng Mall. Disebut Batangan, lantaran saat itu Kyai Solo, seorang tokoh sakti yang tinggal di wilayah Desa Solo, merasa bingung saat memakamkan jenazah tak bertuan. Gampangnya, beliau Kyai Solo menyebutkan telah menguburkan Batang (Jawa) bermakna bangkai. Sehingga saat ini kampung tersebut dikenal sebagai Kampung Batangan.
Malam itu juga, ditambahkan Gusti Puger, begitu mendapati pria pujaan hatinya dibunuh oleh Sang Ayahandanya, Gusti Sekar Kedhaton pun lari keluar meninggalkan kerajaan. Tanpa arah dan tujuannya yang jelas, nasib sialpun menimpa. Setelah keluar dari keraton tanpa bisa dicegah Sultan Hadiwijaya, ayahnya, belum sebegitu jauhnya jarak dari keraton dan sampai di sekitar Tegal Keputren serta merta malam itu juga Gusti Sekar Kedhaton demi melihat di depan nya ada sumur, menceburkan dirinya ke dalam sumur, bunuh diri. "Mungkin saking lantaran murkannya Jaka Tingkir, bukannya di tolonglah putrinya untuk diangkat ke atas, melainkan malahan ditimbun tanah hingga meninggal dunia di dalam sumur yang kini masih ada di Kampung Tegal Keputren," tutup KGPH Puger. # Yan
15 Penulis Bocah Launching Buku Antologi Cerita Fabel
Tembok Beteng Gurawan Baluwarti Keraton Solo Jebol
Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang jebol
GUGAT news.com. SOLO.
Jebolnya Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang ada di sebelah selatan atau tepatnya di Kampung Gurawan, Baluwarti, Pasar Kliwon, bersamaan dengan insiden Butulan Gambuhan, Baluwarti, Pasar Kliwon. Hanya saja, yang membedakan adalah Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang ada di sebelah barat atau Kampung Gambuhan, dijebol secara paksa oleh warga setempat lantaran adanya peristiwa Banjir Solo 1966.
H. Achmadi, saksi peristiwa Banjir Solo 1966 asli warga Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Lain halnya dengan kejadian 56 tahun lalu dengan banjir bandang Kota Solo, Suasananya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat layaknya semacam menjadi telaga, danau buatan. Pasalnya, ketinggian dari Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak kurang dari 5 meter, sedangkan luapan air yang menggenangi keraton cukup tinggi, hampir 4 meter. Tak pelak, keraton pun digenangi air banjir.
"Kalau Tembok Beteng Baluwarti yang di barat atau Gambuhan, memang sengaja dijebol secara paksa oleh warga setempat tahun 1966. Kalau tidak segera dijebol, bisa jadi danau dadakan yang ada di keraton akan berkepanjangan. Lain halnya dengan insiden Butulan Gurawan ini, justru bukan hanya selebar pintu jebolnya melainkan hampir 100 meter. Tembok Beteng Baluwarti Gurawan tidak mampu lagi menahan derasnya arus air banjir," jelas H. Achmadi, warga asli warga Baluwarti.
Makanku praktis dan tidak ribet
Kepada GUGAT news yang menjumpai belum lama ini, selaku saksi peristiwa Banjir Solo 66, H. Achmadi mengungkapkan, saat itu dirinya masih muda sehingga masih kuat dalam segala hal dan menyaksikan langsung suasana Banjir Solo yang sepanjang sejarah baru terjadi saat 66 tersebut. Mengerikan, banyaknya orang-orang berlarian tunggang langgang lantaran dikepung air bah. Ditambah lagi jebolnya Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini. Dahsyat.!
Yang membedakan Butulan Gambuhan dengan Butulan Gurawan, masih menurut penuturan Achmadi, Gambuhan sepertinya diijinkan oleh beliau Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sehingga tidak perlu ditutup kembali. Sedangkan Gurawan, saat itu pernah hendak ditutup temboknya meski hanya sebatas berketinggian sekitar 2 meter, namun karena warga Gurawan merasa keberatan sehingga oleh PB XII di beri akses jalan.
Bahkan saat itu, ditambahkan Achmadi, akses jalan selebar 4 meteran itu biasa dipakai untuk keluar masuk mobil. Mungkin dirasakan kurang begitu bisa menjadikannya nyaman bagi warga Jeron Keraton Kasunanan atau kampung Baluwarti, oleh Sinuhun PB XII dipetsempit menjadi 1 meter. Sehingga hanya dikhususkan bagi pejalan kaki, pesepeda ontel dan pemotor saja, sama dengan Butulan Gambuhan.
Baik Butulan Gambuhan juga Gurawan dibuka nonstop selama 24 jam. Sebagai akses jalan keluar masuknya bagi warga Baluwarti selama 24 jam. Pastinya juga untuk jalan umum. Apalagi jika sudah waktu malam hari, mulai jam 22.00 wib bersamaan dengan ditutupnya Lawang Gapit atau ke empat Kori Brojonolo Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari arah Utara, Timur, Selatan dan Barat, kedua Butulan itu bisa dipergunakan.
"Alhamdulillah... runtuhan dari Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Gurawan ini, lantaran adanya peristiwa Banjir Solo 66 batu batanya bisa saya manfaatkan untuk membangun rumah dan tidak dipermasalahkan oleh beliau Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat waktu itu. Kebetulan kami juga keluarga abdi dalem," pungkas H. Achmadi yang rumahnya persis ada di depan Butulan Gurawan. #V1N
Sensasi Klasik Di Warung Makan Jamboel Yang Unik. Serba Kayu
Warung Jamboel Yang Serba Kayu
Tembok Beteng Gambuhan Baluwarti Keraton Solo Dijebol
Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dijebol 1966.
GUGAT news.com SOLO
Boleh jadi, sama sama di jebol oleh warga di sekitar keraton, baik itu Keraton Kartasura Hadiningrat dan juga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Hanya saja, jebolan terhadap Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kartasura Hadiningrat akhirnya kudu bermasalah dengan hukum. Namun demikian, tidaklah dengan yang dijebol oleh warga Kampung Gambuhan, Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, justru bermanfaat hingga sekarang ini.
Adalah Burhanuddin warga Krapyak, Kartasura yang telah melakukan pembuldoseran Beteng Baluwarti Keraton Kartasura Hadiningrat, dan kini berkepanjangan urusannya. Lain halnya dengan warga Gambuhan yang menjebol Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta, malahan bermanfaat hingga berkepanjangan sampai saat ini.
Peristiwanya, pada saat terjadinya insiden Banjir Solo sekitar tahun 1966, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tak ubahnya seperti sebuah danau. Tembok Beteng Baluwarti yang memiliki ketinggian hampir 6 meter, sedangkan genangan air hingga mencapai 4 meter, tenggelamlah suasananya keraton. Mendadak jadi danau.
Sehingga saat itu pula, tanpa pikir panjang lagi semua warga masyarakat Gambuhan serentak sekaligus spontan membobol Tembok Beteng Baluwarti yang hanya lebar 80 cm dengan ketinggian 180 cm, tidaklah dengan penjebolan Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kartasura Hadiningrat sepanjang 6 meter, namun tidak bermanfaat. Jauh berbeda dengan insiden Butulan Gambuhan.
Justru insiden tahun 1966 Banjir Solo dengan dijebolnya Tembok Beteng Baluwarti Gambuhan sampai saat ini berdampak manfaat. Sehingga saat itu pula, oleh Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diijinkan dan tidak dipermasalahkan. Bahkan bukan hanya itu saja, oleh Sinuhun Paku Buwono XII diperintahkan untuk tidak perlu ditutup atau diberikan pintu. Biarkan terbuka selama 24 jam.
Dampaknya, ternyata sampai saat ini masih dipergunakan untuk kepentingan bersama. Bahkan bukan hanya warga Gambuhan saja atau Kampung Baluwarti, melainkan warga Kota Solo khususnya dan Soloraya umumnya. Mengapa demikian? Begitu keempat Kori Brojonolo Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ditutup karena sudah larut malam, baik warga Baluwarti ataupun masyarakat Kota Solo masih saja bisa keluar masuk. Pastinya hanya untuk pejalan kaki, sepeda ontel dan pemotor.
Meski selama 24 jam Pintu Butulan Gambuhan selalu terbuka, bukan berarti masalah keamanan tidak terjaga. Justru tidak jauh dari lokasi Pintu Butulan, tidak saja ada semacam pos ronda Siskamling, melainkan Juga ada wedangan, angkringan yang buka dari sore hari hingga pagi dini hari. Bahkan bukan hanya Gambuhan saja, melainkan di seputar Baluwarti juga banyak dijumpai angkringan. Pastinya, suasana Beteng Baluwarti aman di sepanjang hari. #V1N
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19
.
Kampoeng Batik Laweyan Diteror Hantu...?
Masdjid Laweyan tertua di Kota Solo. Jaman keemasan Keraton Kasultanan Pajang (1546).
GUGAT news.com. SOLO.
Kampoeng Batik Laweyan, Solo, selain dikenal sebagai kampung tertua di Kota Solo, juga dikenal telah memiliki masjid tertua di Solo. Semula merupakan Padepokan Hindu milik Ki Ageng Beluk yang diberikan kepada Ki Ageng Henis, ulama besar di jaman Keraton Kasultanan Pajang. Kampung Pajang berdampingan dengan Kampung Batik Laweyan.
Selain dikenal tertua kampung dan masjidnya, juga dikenal pula sebagai kampung yang memiliki pemakaman tertua. Adalah makam Ki Ageng Henis ulama besar di jaman Keraton Kasultanan Pajang yang sekaligus merupakan cikal-bakal adanya Dinasti Mataram Islam. Dari Panembahan Senopati di Kota Gede, Hanyokrowati di Kerto, Bantul sampai Sultan Agung di Pleret Bantul dan Amangkurat II Keraton Kartasura Hadiningrat serta Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Solo.
Kali ini GUGAT news.com akan menyoroti tentang banyaknya beredar cerita misteri di seputar Kampoeng Batik Laweyan. Teror Hantu. Adalah Slamet (60) warga Kampung Keramat yang kini berjualan angkringan siang hari di Langgar Merdeka. Sebelumnya berjualan wedangan malam hari di seberang jalan Langgar Merdeka. Bukan tanpa alasan, jika Selamet lebih memilih berjualan pagi hari.
Selama berdagang pada malam hari, begitu jalan pulang dengan mendorong gerobaknya saat tiba di sebelah selatan Langgar Merdeka atau Makam Dowo, mendadak selalu dikejutkan dengan adanya suara wanita cantik sambil menepuk pundaknya. Begitu ditoleh untuk dilihat langsung, ternyata tidak ada seorangpun di antara gerobaknya. Hanya semerbak harum wewangian mewarnai suasana perjalanan mendorong gerobaknya sampai di rumah kampung Keramat.
Bukan hanya sekali dua kali saja Selamet mengalami insiden misteri tersebut, melainkan setiap hari selama berjualan Angkringan malam hari. "Bukanya saya takut, kenapa kudu takut dengan yang begitu? Takutlah hanya kepada Allah SWT. Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, pemilik seisinya dunia. Saya hanya males saja jualan angkringan malam, tidak bisa untuk istirahat dan kurang menyehatkan. Pastinya, juga sepi pembeli," jelasnya.
Lain halnya dengan pengalaman misteri yang sering dialami Nugroho (38) pengusaha daging sapi ini justru di ganggu secara gaib di rumahnya. Pasalnya, rumah yang ditinggali bersama keluarganya di jalan Tiga Negeri Laweyan, berdampingan dengan rumah " Omah Nenek" yang dikenal sangat angker tersebut. Rumah antik yang kesemuanya masih utuh meski usianya sudah ratusan tahun lalu.
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19
"Tembok kamar saya bersebelahan dengan tembok Omah Nenek, sepanjang hari meski diketuk ketuk. Karena saya tidaklah takut, ya saya balas dengan ketukan yang lebih besar. Begitu diam dan saya juga diam.....eeee...lagi lagi diketuk dengan suara yang lebih keras. Kadang malahan kami sekeluarga jadi tertawa sendiri. Oh ya, Omah Nenek ini sepi kosong tiada penghuni. Paling ada satu penjaga rumah itu," terang Groho panggilan akrab Nugroho.
Ada lagi pengusaha batik yang biasa dijumpai di Masjid Laweyan. Biasanya ada di saat Salat Subuh bahkan terkadang siang hari bersamaan dengan waktu Salat Lohor. Wujud seorang kakek dengan menggunakan busana ulama Jawa. Artinya, berbusanakan surban putih, kemeja lurik serta kain batik sarung. Kalau di dalam masjid tanpa menggunakan alas kaki. Sedangkan di luar masjid, biasa menggunakan Bakiak kayu jati sendal Jawa. Mungkinkah itu wujud dari Ulama Besar Keraton Pajang, Ki Ageng Henis?
Lain halnya dengan Handiman (62) warga Sidoluhur Laweyan ini, mengaku juga pernah melihat sesosok kakek tua di depan rumahnya. Artinya, di depan rumah kosong yang ada di depan rumah tinggal nya. Padahal, saat itu suasananya cukup ramai, masalah nya rumah kosong tersebut dipergunakan warga Kampung Laweyan untuk lapangan bermain PING PONG alias tenis meja.
"Saat itu Suasananya cukup ramai untuk latihan PING PONG, pas disitu di belakang ruangan yang masih kosong dan ditumbuhi semak semak belukar serta rerumputan ilalang, mendadak muncul sosok kakek tua yang menatap tajam mata kemerahannya. Padahal, waktu itu belum begitu larut malam. Sekitar jam 23.00 wib. Dasar bukan penakut, ya malahan saya lempar dengan batu saja. Mendadak hilang. Suasana PING PONG pun jadi meriah,"jelasnya.
Sebenarnya bukanlah hanya mereka, Selamet, Nugroho dan Handiman belaka yang mengalami kejadian misteri di kampungnya, melainkan banyak warga Kampung Batik Laweyan menjumpai kejadian TEROR HANTU di Kampoeng Batik Laweyan. Bahkan ada juga menimpa orang lain dari warga Laweyan. Setidaknya ada dua orang pekerja Gojek penumpang maupun pesanan makanan.
Penasaran akan ceritanya? Bisa datang langsung ke Kampung Kulineran Laweyan. Bisa sambil makan dan minum di lokasi tersebut sekaligus bertanya kepada mereka pedagang kulinernya tentang angkernya TOILET WISATA mewah yang selalu tertutup pintunya itu. Termasuk juga perlu melihat langsung keramat nya pemakaman Kampung Keramat serta Makam Keteng. # V1K
Makanku praktis dan tidak ribet
Bantuan Keraton Kasunanan Dari Pemerintah Pusat Kok Tak Segera Cair....?
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang telah berusia 277 tahun.
GUGAT news.com. SOLO.
Boleh jadi, tampak megah dan mewah kondisi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari bangunan luarnya. Namun demikian, cukup memprihatinkan Suasananya bangunan yang ada di dalamnya. Sehingga perlu adanya segera upaya untuk renovasi, revitalisasi serta perbaikan beberapa bangunan yang memang perlu mendapatkan perhatian khusus tersendiri.
KGPH Adpt Dipo Kusuma Pengageng Parintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sinuhun PB XIII
Setidaknya ada sekitar 12 sampai 13 bangunan yang minta segera diperbaiki mumpung belum roboh pastinya. Pasalnya, tidak sedikit bangunan yang saat ini sudah ditopang dengan beberapa bambu ataupun kayu berukuran besar serta pipa pipa besi. Dimaksudkan, agar bangunan bersejarah sangat tinggi itu tidak segera roboh.
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19
Ada yang di dalam Tembok Beteng Cempuri Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, diantaranya Panggung Songgo Buwono, Ndalem Keputren serta Keraton Kulon. Sedangkan yang berada di luar Tembok Beteng Cempuri, namun masih berada di dalam Tembok Beteng Baluwarti Keraton, ada Ndalem Sasono Mulyo, Kandang Kereta juga Ndalem Kepatihan yang rencananya akan dibangun di bekas Sekolah SMEA Saraswati, timur dari Gondorasan.
Sedangkan yang berada di luar Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, ada di antaranya seputar Alun alun Lor, Bangsal Perkapalan di depan Masjid Agung Keraton, serta di sebelah Timur Alun alun Lor. Setidaknya yang kini menjadi pasar cinderamata kacamata, batu permata dan tosan aji. Dari kedua sisi kanan-kiri Alun alun Lor ini mulai tampak kumuh.
Untuk bagian dari Alun alun Kidul, diantaranya bangunan Gerbang Kereta Jenazah Sinuhun Paku Buwono X berikut gerbong kereta api yang biasa dipakai pesiar. Selain itu, juga bagian kandang Kebo Bule yang ada di selatan Alkid serta yang ada di Sitihinggil Kidul. Termasuk Sitihinggil Kidul ini juga perlu segera dibenahi, sebelum pastinya rusak berkepanjangan.
Saat dikonfirmasi masalah ini, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, menjawab singkat. "Silakan saja, selama itu semua bertujuan baik demi Kuncoro nya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Saya pribadi tidak ada masalah, kenapa kudu ditolak?" tanya nya.
KGPH Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun PB XII yang adik kandung PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Sedangkan selaku Pengageng Parintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sinuhun Paku Buwono XIII, beliau KGPH Adpt Dipo Kusuma, saat dikonfirmasi di sela sela kegiatan Devile Drumband Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, serasa keberatan dengan pertanyaan seputar dana bantuan pemerintah pusat. "Sudahlah, bicara soal lainnya saja!" pinta Gusti Dipo panggilan akrab KGPH Adpt Dipo Kusuma.
Lain halnya dengan jawaban Kanjeng Pangeran (KP) Bambang Pradoto Nagoro SH, selaku Humas dari Maha Menteri Panembahan Agung Tedjo Wulan, "Sekitar 7 bulan lalu, saya mengantar utusan dari pemerintah pusat yang hendak memberikan bantuan untuk renovasi, revitalisasi serta perbaikan keraton, malahan ditolak dan diminta keluar keraton oleh Gusti Dipo. Termasuk keponakannya sendiri, Gusti Putri, Putri Ndalem Panembahan Agung Tedjo Wulan. Ya sudah, saya keluar. Kini, saya malahan jadi tidak tahu perkembangannya," jelas KP Bambang Pradoto Nagoro SH. #Yan 1.
KP Bambang Pradoto Nagoro SH selaku Humas dari Maha Menteri Panembahan Agung Tedjo Wulan.