Featured Post
Ekspresi Momen Estetis Dina Subono Lewat Film Pendek "Cintanya Cinta Raga "
Dina Subono, penulis cerita, sekaligus bertindak sebagai Sutradara, Penyunting Gambar dan Produser. GUGAT news.com JAKARTA Masyarakat abad ...

Sunan Jogo Kali Di Bantaran Sungai Bengawan Solo
Jual Beli Tanah Bermasalah Dengan BBWSBS
Selametan Dan Umbul Donga Di Yayasan Kasultanan Pajang
Kanjeng Sultan Joyonegoro II Gelar Selametan Sego Tumpeng Cacah 7
Hadiah Sepeda Motor Siap Didapat dari H. Puspo Wardoyo, bagi Mereka yang Rajin Shalat di Masjid Al Hijrah
Pemberian hadiah ini sendiri adalah upaya dari Puspo Wardoyo untuk mengubah perilaku dari warga di sekitarnya, untuk tekun beribadah. Sebab dengan iming-iming hadiah itu, akhirnya banyak warga yang sebelumnya akrab dengan kemaksiatan, berubah menjadi alim.
Nama Al Hijrah sendiri sengaja dipilih oleh Puspo Wardoyo untuk menandai perubahan hidup yang dijalaninya. Di mana dia telah meninggalkan kemaksiatan, dan memilih hidup di jalan Allah.
"Allah akan selalu menolong dan mengangkat derajat siapapun yang berhijrah. Dan hal itu saya rasakan sendiri, hingga jadi seperti sekarang ini," aku Puspo Wardoyo.
Puspo pun menyadari bahwa manusia memiliki sifat suka dengan materi. Karena itulah dengan kelebihan materi yang dimilikinya, dia berusaha mengubah perilaku dari warga di sekitar tempat tinggalnya, yang akrab dengan berbagai kemaksiatan. Caranya yaitu dengan iming-iming hadiah bagi yang mau berubah.
Hal itu ternyata efektif. Selain Masjid Al Hijrah menjadi begitu makmur karena memiliki banyak jamaah, perilaku negatif dari warga di sekitarnya juga mulai banyak yang berubah.
"Dulu di sekitar situ yang namanya molimo itu sudah biasa. Sampai akhirnya sekarang sudah tidak ada lagi, karena sedikit-demi sedikit mulai ditinggalkan warga," imbuh Puspo Wardoyo.
Hingga kini setidaknya sudah 18 sepeda motor yang diberikan Puspo Wardoyo kepada warga. Dan hal itu akan terus dilakukan, agar warga semakin tekun beribadah.
Purwanto, salah seorang takmir Masjid Al Hijrah menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan Puspo Wardoyo terbilang efektif. Karena saat ini Masjid Al Hijrah menjadi masjid yang begitu makmur. Di mana tiap kali digelar shalat berjamaah, seluruh shaf yang ada selalu penuh.
Adapun kriteria dari penerima hadiah tersebut adalah mereka yang paling rajin shalat berjamaah, terutama subuh. Dan untuk itu Puspo Wardoyo mempercayakan penilaiannya pada Purwanto, yang kebetulan tinggal tepat di depan masjid.
"Hadiah itu diberikan untuk mereka yang rajin shalat berjamaah, terutama subuh. Dan saya bisa tahu siapa-siapa orang yang rajin dan tidak, karena kebetulan saya diberi mandat untuk melakukan pengecekan itu," ujar Purwanto.
![]() |
H. Puspo Wardoyo |
Salah satu penerima hadiah sepeda motor adalah Tri Priyatmo Cipto Hadi, yang sehari-hari kerap didapuk sebagai imam dalam shalat berjamaah di masjid itu. Pensiunan pegawai Dinas Perdagangan Kabupaten Karanganyar ini mengaku senang, karena sepeda motor itu bisa digunakan oleh anaknya untuk kuliah.
"Saya sebenarnya sudah berencana beli motor baru untuk anak saya. Tapi Alhamdulillah malah dapat hadiah dari Pak Puspo. Semoga apa yang saya dapat ini benar-benar mendatangkan manfaat. Dan untuk Pak Puspo semoga segala amalnya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT," ucap Tri Priyatmo.
Sayembara sepeda motor memang menjadi salah satu pembeda dari Masjid Al Hijrah dengan masjid yang lain. Sebab bisa jadi tidak ada yang pernah menyangka kalau masjid dengan arsitektur snagat sederhana ini, menawarkan iming-iming yang sangat menggiurkan bagi siapa saja yang beribadah di sana.
![]() |
Masjid Al Hijrah selalu dipenuhi jaah di tiap waktu shalat |
Namun demikian sejauh ini sayembara itu masih dibatasi untuk kalangan internal warga di sekitar masjid. Karena bagaimanapun tujuan utama didirikannya masjid itu adalah untuk menghijrahkan warga di sekitarnya yang akrab dengan molimo.
Meski demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu saat juga akan meluas ke warga dari wilayah lain. Karena bagi Puspo Wardoyo yang terpenting adalah membuat orang untuk meninggalkan maksiat dan dekat dengan Allah.
Sementara di masa pandemi saat ini, serangkaian aturan ketat diterapkan oleh takmir untuk mencegah penularan Covid-19. Tentunya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Hal itu terlihat dari sebuah spanduk berwarna hijau yang terpasang di dekat pintu masjid, yang isinya terkait upaya takmir menerapkan protokol kesehatan untuk jamaah yang beribadah.
Di antara aturan itu adalah mereka yang shalat di masjid itu harus dalam kondisi sehat, lalu membawa sajadah sendiri, serta memilih surat yang pendek untuk dibacakan saat shalat.
Sedangkan untuk pelaksanaan shalat Jumat, di masa pandemi ini takmir membatasi hanya khusus untuk warga setempat. Sehingga di tiap waktu shalat Jumat, jalanan di depan masjid ditutup, untuk mencegah adanya warga luar ikut bergabung.
Para takmir di masjid ini memang tegas dalam menerapkan aturan. Karena bagaimanapun mereka juga mendapat insentif tersendiri dari Puspo Wardoyo untuk menjaga Masjid Al Hijrah. Yang menurut Puspo hal itu adalah bagian dari upayanya untuk memakmurkan masjid.
"Memakmurkan masjid itu tidak hanya dari aspek religinya, di mana membuat banyak jamaah yang datang. Tapi lebih dari itu kita juga harus memakmurkan warga di sekitarnya juga. Karena bagaimana mereka bisa tekun beribadah, kalau masih dipusingkan dengan kesulitan ekonomi. Maka dari itu ekonomi mereka juga harus dibangkitkan," tandas Puspo Wardoyo sembari menambahkan bahwa pihaknya juga memberikan modal usaha untuk warga, agar mereka bisa menjadi seorang wirausahawan. //Yan1
Madjid Al Hijrah Wongsolo Selalu Berbagi Berkah
BBWSBS Harus Segera Tindak Tegas Bangunan Permanen Di Bantaran Sungai Gembongan
Jembatan Gembongan yang ada di depan Heritage bekas pabrik tembakau peninggalan Belanda. Foto: Yani.
GUGAT news.com SUKOHARJO.
Setelah Sungai Mendungan yang ada di wilayah Desa Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, disorot oleh warga setempat yang malahan akan melakukan aksi manakala dari pihak yang berkompeten dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) tidak segera membersihkan, menghilangkan adanya bangunan permanen di sepanjang bantaran Sungai Jenes Mendungan belum usai, kini giliran warga masyarakat Gembongan, Kartasura, Sukoharjo, menyoal.
Bahkan Sungai Jenes yang melintasi Kampung Singopuran, Gembongan dan Gobayan yang masih merupakan wilayah Kecamatan Kartasura ini ternyata lebih parah. Sehingga tidaklah mengherankan lagi, jika Sungai Mendungan terdampak banjir manakala hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Boyolali. Bagaimana tidak? Dari Desa Singopuran, Gobayan hingga Mendungan, Pabelan yang berbatasan dengan Kota Solo terkena imbasnya, banjir!
"Alhamdulillah...kami tidak terkena banjir, karena l rumah tinggal kami cukup jauh dari Bantaran Sungai Jenes Gembongan. Pastinya, yang ada di bantaran Singopuran, Gobayan hingga Mendungan kena banjir dari akibat pendangkalan sekaligus penyempitan area sungai yang banyak dibangun bangunan permanen di sepanjang bantaran," ujar salah seorang warga Gobayan yang keberatan disebutkan namanya.
Sepertinya apa yang dikatakan warga Gobayan itu benar adanya. Artinya, bukan hanya berdampak banjir saja melainkan berimbas kemacetan jalan di atas jembatan peninggalan sejarah Belanda, Jembatan Gembongan yang menuju ke Pabrik bekas tembakau yang kini merupakan sarana wisata sejarah, HERITAGE. "Bisa jadi BBWSBS bekerja sama dengan pemerintah sekaligus pemilik Heritage untuk merevitalisasi Jembatan Gembongan agar tidak menimbulkan kemacetan serta penataan bangunan di bantaran," kembali warga masyarakat Gobayan mengusulkan.
Berkaitan dengan menjamurnya bangunan permanen di daerah Pabelan Kartasura. Ketua DPRD Sukoharjo, Wawan Pribadi bereaksi keras atas persoalan tersebut.
"BBWS ini kantornya di wilayah Sukoharjo, tetapi persoalan di Sukoharjo ini banyak sekali yang tidak terselesaikan. Mulai dari rumah warga yang hilang tergerus arus hingga bangunan permanen menjamur di bantaran sungai," ujar Wawan Pribadi.
Keraton Surakarta Hadiningrat Destinasi Wisata di Kota Solo
Seharusnya persoalan itu mestinya menjadi prioritas untuk segera diselesaikan. Masalah nya ada potensi ancaman banjir yang terjadi akibat penyempitan sungai pada setiap musim penghujan. "Kalau persoalan ini tidak diselesiakan dan diatasi, mau sampai kapan? Mestinya BBWSBS bertindak tegas, jangan hanya survai, peninjauan namun tidak ada realisasi pembenahan," tegasnya.
Masih menurut penuturan politisi PDIP ini, masyarakat tahunya persoalan itu adalah ranah Pemkab Sukoharjo. Padahal, persoalan di bantaran sungai utamanya BBWS Bengawan Solo adalah wilayah dari Balai Besar.
Puro Mangkunegaran Destinasi Wisata di Kota Solo
"Contohnya kemarin di Dalangan, di sana sudah 12 tahun dan sudah dilaporkan sampai akhirnya rumah hanyut. Tetapi mana tindakan dari BBWS? Ini lo yang mestinya yang menjadi prioritas, diselesaikan," tandasnya.
Sehingga dalam hal ini kalau ada yang mengatakan, jika BBWS Bengawan Solo payah dan lamban dalam hal menjawab aduan warga masyarakat berkaitan banjir, mestinya BBWS bisa menjadikan sebagai bahan evaluasi sekaligus bukti tindakan yang nyata. ":Memang urusan BBWSBS itu cukup banyak pastinya, tentu juga ada skala prioritas untuk diutamakan penanganannya," tandasnya. #Yani.
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini
Gaduh Soal Pajak, Artis Senior Yati Surachman Gundah Tagihan Pajak
Yati Surachman