Featured Post

Empat Gunungan Pasar Tradisional Jongke Dijarah Ribuan Pengunjung

 Salah satu Gunungan sayuran dan buah-buahan yang direbut pengunjung di boyongan Pasar Jongke. Foto : Yani. GUGAT news.com SOLO. Sore itu, J...

Empat Gunungan Pasar Tradisional Jongke Dijarah Ribuan Pengunjung

Juli 26, 2024


 Salah satu Gunungan sayuran dan buah-buahan yang direbut pengunjung di boyongan Pasar Jongke. Foto : Yani.

GUGAT news.com SOLO.

Sore itu, Jumat (26/7) sekitar pukul 15.00 WIB, suasananya jalan raya Dr Rajiman yang ada di sekitar area Pasar baru Tradisional Jongke di Kalurahan Pajang, Laweyan, Solo, arus lalu lintas macet total. Bukan tanpa alasan, pasalnya sore itu ada kegiatan boyongan Pasar darurat Jongke yang ada di Jegon itu melakukan boyongan, perpindahan untuk menempati lahan baru di Pasar Tradisional Jongke, Pajang.

Bukan hanya itu saja yang semakin menjadikan macetnya lalu lintas, melainkan dari arah timur iring iringan boyongan Pasar Gembreng Kabangan menuju Pasar Tradisional Jongke kian menambah suasananya macet di depan Pasar Jongke. Apalagi dengan arak arakan adanya 4 gunungan yang nantinya bakal diperebutkan, ribuan pengunjung pun terus saja berdatangan dari berbagai Kampung di Solo.

Dan benar kenyataannya, adanya kirab boyongan ke Pasar Jongke yang turut menyertakan gunungan, sudah mulai disebutkan di halaman pasar. Dua buah gunungan buah buahan dan sayuran yang dibawa dari Pasar Darurat Jegon serta dua gunungan berisikan perkakas peralatan dapur yang seharusnya dikirab mengelilingi pasar Jongke yang baru sekaligus untuk di pamerkan di depan Walikota Surakarta Teguh Prakoso, dijarah pengunjung saat melintas tepat di halaman depan Pasar.

Tidak lebih dari 15 menit, ke empat gunungan berisikan buah buahan, sayuran serta peralatan dapur rumah tangga ludes habis diperebutkan oleh ratusan atau bahkan ribuan pengunjung yang menyemut di Pasar Tradisional Jongke, pasar termegah di Jawa Tengah, setidaknya se Soloraya. Belum sempat diperlihatkan kepada Walikota Solo, sudah ludes habis di serbu pengunjung tepat di halaman depan pasar Jongke.

Menariknya, meski berjubel saling senggolan satu dengan lainnya untuk memperebutkan isi gunungan, namun tidak ada insiden yang merugikan satu dengan lainnya. Bahkan mereka saling berbahagia, bercanda ria tertawa bersama meski berebut isi gunungan. Bahkan begitu isi gunungan habis tidak tersisa, dengan suka rela mereka# membagikan kepada pengunjung yang tidak memperoleh berkah isi gunungan. Akrab bersahabat satu dengan lainnya meski tidak saling mengenal. # Yani.






Ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Bermotor Dari Palembang

Juli 26, 2024


 Tomi Indawan (57) pemotor dari Palembang, Sumatera Selatan tiba di Masjid Laweyan, Solo. Foto : Yani 

GUGAT news.com SOLO.

Setelah tidak kurang dari 3 bulan meninggalkan kampung kelahirannya di Lahat, Palembang, Sumatera Selatan dan berkeliling pulau Jawa dengan sepeda motornya sembari melakukan ziarah ke makam leluhur dan bersejarah 

114 Tahun Wayang Wong Sriwedari

Juli 25, 2024


 Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Surakarta, Drs Aryo Widyandoko MH didampingi Didik Wibowo, Koordinator Wayang Orang Sriwedari (kiri) serta Irijal Suryanto SPd, Ketua Panitia HUT 114 Wayang Orang Sriwedari ( pakaian wayang). Foto : Yani

GUGAT news.com SOLO

Wayang Wong atau Wayang Orang Sriwedari merupakan seni pertunjukan yang menampilkan penggalangan cerita Mahabarata dan Ramayana yang dipentaskan secara naratif. Para aktor di dalam sajiannya melakukan gerakan tari, dialog dan tembang atau bernyanyi dengan dukungan musik karawitan serta dalang yang menyampaikan narasi dalam setiap adegan.

Bentuk kesenian Wayang Orang ini mengacu kepada bentuk bentuk kesenian serta nilai nilai budaya yang menjadikan bagian penting dari kebudayaan Jawa (Kayam, 1981, 92-93). Pada 1O Juli 1910 oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) X Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat diambil alihlah seni pertunjukan Wayang Wong yang semula dipentaskan di Pamedan Puro Mangkunegaran untuk mulai pertunjukan di Kebon Rojo Taman Sriwedari milik PB X.

Saat itu, Wayang Orang Sriwedari menjadi sebuah tontonan maupun tuntunan epic bagi para masyarakat yang akan sebuah hiburan pertunjukan, untuk memperingati hari kelahiran tersebut, para seniman yang berkecimpung di Wayang Orang Sriwedari membuat beberapa rangkaian acara tradisi, salah satu rangkaian acaranya yaitu Wilujengan dan pementasan.

"Dalam rangka HUT wayang orang Sriwedari ke 114 tahun, maka kami sampaikan beberapa rangkaian kegiatan yang akan diselenggarakan untuk memeriahkan acara HUT Wayang Orang Sriwedari dengan tema adalah "Tenang Semua... Saatnya Pemuda..." Demikian disampaikan Drs Aryo Widyandoko MH saat jumpa pers dengan puluhan wartawan di ruang tamu Gedung Wayang Orang Sriwedari, Kamis (25/7) siang.

Mulai hari Kamis (25/7) langsung akan digelar Workshop tata rias wayang untuk para fotografer, bazar kulineran, live musik, pementasan regulernya rutin Wayang Orang Sriwedari. Jum'at (26/7) digelar lomba tari Srikandi Cakil, bazar kulineran, live musik dan pementasan rutin Wayang Orang Sriwedari. Acara diakhiri, Sabtu (27/7) bazar kulineran, Reog Yogo, Banyuanyar, live musik, tari anak sanggar Pratama Budaya serta pementasan HUT Wayang Orang Sriwedari dengan lakon "Panakawan Labuh (Ngruwat Nagari). #Yani.

Raden Pabelan Sungai Brojo Sungai Jenes Dan Bandar Kabanaran

Juli 25, 2024


 Sungai Jenes yang melintas di Jembatan Masjid Laweyan kini semakin menyempit dan dangkal. Foto; Yani

GUGAT news.com SOLO

Dari mulai Sungai Brojo yang ditengarai merupakan wilayah sungai yang pada saat itu berada di sekitaran berdirinya bangunan fisik Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam, panjangnya tidak lebih dari 1 Km. Dari Sungai Brojo yang ada di Kampung Pajang inilah jasad Raden Pabelan di Larung atau di hanyutkan.

Bukan tanpa alasan manakala jasad Raden Pabelan putra dari Tumenggung Mayang yang dikenal tampan rupawan sehingga banyak digandrungi, dicintai wanita se Desa Mayang. Baik gadis, janda maupun ibu ibu rumahtangga yang senantiasa menginginkan bisa berdekatan dengan Raden Pabelan untuk melakukan panasnya api asmara. Melakukan perselingkuhan.

Demi mendapati putranya Raden Pabelan sudah bertindak melampaui batas, sehingga menjadikan malu rasa hati sang ayah Tumenggung Mayang dikenal sebagai yang berwibawa, disegani serta dipercaya sepenuhnya oleh Sultan Hadiwijaya Kerajaan Pajang untuk mengemban amanah kerajaan. Malu dengan sikap perilaku buruk anaknya, diambillah pelajaran untuk anaknya Raden Pabelan.

" Maksudnya memberikan pelajaran agar bisa berubahnya etika kesopanan Pabelan terhadap wanita, namun. Kenyataannya justru semakin liar mengumbar hawa nafsunya. Diberikan nya ajian untuk bisa menembus Benteng Baluwarti Pajang dan bertemu dengan putrinya Joko Tingkir Gusti Kanjeng Ratu  (GKR) Sekar Kedhaton untuk bisa saling mengenal. Mulailah lupa janjinya dengan ayahnya Tumenggung Mayang. Habis riwayat hidup Pabelan," papar Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger.

Bisa jadi, lanjut Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat, kenyamanan saat bercinta' dengan GKR Sekar Kedhaton itu yang menjadikan lupa segalanya. Adanya bunyi Kokok ayam jantan tidaklah dihiraukan, terlambat sudah apa yang dilakukan Raden Pabelan untuk bisa keluar Istana Pajang. Sebagai akibatnya, ditangkap prajurit, diserahkan kepada Sultan Hadiwijaya yang langsung menjatuhkan sangsi, hukuman penggal lehernya.

"Dini hari itu juga, jasad Raden Pabelan dilarung untuk dihanyutkan ke Sungai Brojo hingga Tempuran Sungai Brojo, Pajang , Premulung, Sondakan dan Jenes, Laweyan terus ke arah timur hingga menempuh perjalanan jasad itu tidak kurang dari 7 km. Jasad Raden Pabelan sebelum sampai ke Sungai Bengawan Solo, nyangkrah, nyangkut yang kemudian hari tempat itu dikenal sebagai Desa Sangkrah." jelas Gusti Puger.

Sehingga, masih menurut penuturan Gusti Puger, Sungai Brojo, Premulung dan Jenes sampai Sangkrah, karena itu memiliki nilai historis yang cukup tinggi, pastinya tidak ada salahnya kalau saja pemerintah berkenan senantiasa menjaga keberadaan ke tiga sungai itu. Syukur kalau bisa dimanfaatkan sebagai sarana jalur wisata air guna mengenang akan kebesaran warisan heritage, bersejarah dari leluhur. 

Bahkan dari Sungai Jenes, Laweyan tersebut, ada peninggalan sejarah yang sangat tinggi pula dan kini mangkrak. Bandar Kabanaran peninggalan Sultan Hadiwijaya yang saat itu dipergunakan sebagai sarana pelabuhan sungai untuk sirkulasi perdagangan benang Lawe, tekstil bahan kain yang datang dari saudagar di berbagai daerah di luar Kasultanan Pajang. #Yani.

Makam Malaikatan Tempat Tirakatnya Penyuka Perjudian

Juli 24, 2024


 Tiga pusara makam yang dikenal sebagai Makam Malaikatan merupakan tempat ngalap berkah nya bagi penyuka perjudian Togel (Toto Gelap) serta judi online. Foto : Yani.

GUGAT news.com SOLO.

Makam bersejarah yang kabarnya masih ada kaitannya dengan Pangeran Haryo Penangsang, Demak dan ada di area perkampungan padat penduduk di Kabangan, Bumi, Laweyan, Solo ini, kabarnya merupakan lokasi favorit bagi pelaku spiritual yang sekaligus penyuka perjudian Togel online.

"Dari cerita turun temurun orang orang tua dahulu, dikenal sebagai makam Malaikatan di karenakan memang ada dua patung malaikat yang menempel di pagar tembok makam trah keturunan Pangeran Haryo Penangsang. Sayangnya keduanya patung malaikat itu dirusak oleh Belanda. Yang satu rata dengan tanah, satunya dipenggal kepalanya," terang Saluri (60) warga yang tinggal tak jauh dari makam.

Dipenggal kepalanya oleh Belanda, lanjut Luri panggilan akrab Saluri, tidak jauh dari area Makam Hendroto yang masuk di dalamnya Makam Malaikatan ini, ada gang kecil untuk keluar masuk menuju jalan besar, Laweyan yang kini sebagai Jalan Dr Rajiman. Saat pasukan tentara Belanda melintas dsn menengok ke arah makam, mendadak jatuh dan meninggal.

Saat itu pula, masih menurut penuturan Luri, pasukan tentara Belanda langsung merangsek ke tembok Makam Malaikatan dan menghancurkan dua patung malaikat tersebut. Dampaknya, makam Malaikatan yang hanya ada 3 pusara itu porak poranda. Bahkan pelengkung pintu masuk dari arah barat dan timur, dirobohkan. Sehingga tidaklah mengherankan lagi, jika kini makam Malaikatan itu cukup angker.

Menariknya, meski dikenal angker namun merupakan lokasi andalan dan favorit bagi pelaku spiritual yang menyukai perjudian Togel online. Kabarnya banyak yang tembus nomor perjudian sesuai ngalap berkah. Termasuk Luri sendiri juga pernah menang nomor undian hingga tembus 600 ribu selesai bertemu dengan gaibnya Makam Malaikatan yang menampakkan wujud pocongan.

Ternyata apa yang disampaikan Luri, juga dialami Bawor (50), warga yang juga tinggal tidaklah jauh dari lokasi pemakaman Tumenggung Hendroto. Sering menang perjudian Togel online. Sehingga ke wingitan, serem dan angker nya Makan Malaikatan yang rindang dengan pohon beringin itu, tidak pernah digubris oleh pelaku ngalap berkah penyuka perjudian Togel. Tertarik, sumonggo, silakan berziarah.#Yani.

Diduga Ada Peninggalan Sejarah Kasultanan Pajang Di Sungai Brojo

Juli 24, 2024


 Jembatan Sidodadi Bratan, Pajang, di bawahnya ditengarai ada peninggalan sejarah Kasultanan Pajang. Foto: Yani.

GUGAT news.com SOLO 

Belakangan ini, baik di Kampung Batik Laweyan dan Kampung Pajang yang abad 15 silam pernah berdiri Kerajaan Pajang dengan Rajanya Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir itu, kini tengah marak ramai perbincangan adanya dugaan peninggalan bersejarah dari leluhur Kerajaan Pajang.

Cerita Taufik (50) warga Kampung Batik Laweyan, beberapa tahun lalu ada insiden dialami oleh temannya yang tinggal di Kampung Pajang. Saat itu, temannya tengah mencari piaraan unggas bebeknya yang hilang, mendadak ditemukan di aliran Sungai Brojo peninggalan Joko Tingkir. Lebih tepatnya berada di sebelah barat Jembatan Sidodadi sekitar 15-20 meter.

"Begitu bebeknya berhasil ditangkap di aliran arus Sungai Brojo, mendadak kedua kakinya seperti ditarik tarik ke dalam hingga menyentuh sesuatu benda keras layaknya batu. Saat itu pula dengan kedua tangan dan kakinya dipakai untuk menyibakkan pasir. Begitu diraba raba, ada semacam gambaran layaknya batu berundak," terang Taufik.

Ditambahkan Taufik, begitu ditelusuri semakin tangannya membawa gambaran seperti layaknya undak undakan untuk tangga masuk. Bisa jadi, ratusan tahun silam batu berundak tersebut merupakan semacam jalan naik untuk menuju pintu dan ruangan tertentu. Takut akan terjadi sesuatu di dalam arus air Sungai Brojo, sehingga penelusuran pun dihentikan. Hingga sekarang ini.

Waktu itu, masih menurut penuturan Taufik, dari hasil penemuan sesuatu yang diduga merupakan barang bersejarah tinggalan Joko Tingkir itu pernah dilaporkan ke Ir Alfa Bella, Ketua Forum Kampung Batik Laweyan, juga kepada ahli purbakala, namun cukup hanya ditinjau dari atas jembatan Sidodadi saja, tidak ada semacam upaya tindakan lanjut sampai saat ini.

"Tidak menutup kemungkinan, apa yang pernah dialami oleh teman saya di Kali Brojo itu  menjadikan pembelajaran tersendiri. Artinya, dilema bagi masyarakat yang telah tanpa sengaja menemukan barang cagar budaya, serba repot. Dilaporkan tidak ada tindakan serius dari yang berwenang, apalagi dibiarkan begitu saja, nanti kita semua disalahkan. Ya sudah, tidak perlu ditindaklanjuti," pungkas Taufik. # Yani.

Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat Beri Apresiasi Untuk Wong Solo

Juli 24, 2024


 Kanjeng Pangeran (KP) Dr Edhie Wirabhumi SH MH (jas putih) di sela sela Pengetan Hadeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat yang ke 289 jatuh pada 17 Syuro JE 1958. Selasa malam (24/7/2024) di Bangsal Sasana Handrawino. Foto: Yani 

GUGAT news.com SOLO 

Begitu selesai acara Pengetan Hadeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat yang ke 289 tahun di Sasana Handrawino, Kanjeng Pangeran (KP) Dr Edhie Wirabhumi SH MH, salah satu menantu Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII yang juga suami dari Gusti Kanjeng Ratu (GKR)Wandansari Koes Moertiyah yang akrab disapa Gusti Mung ini, langsung dikerubuti media.

" Malam ini adalah acara Pengetan Hadeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat pada 17 Syuro JE 1958 yang bertepatan dengan Selasa (23/7) pas 289 tahun. Kami terimakasih sekali atas dukungan dari berbagai pihak hingga terwujudnya acara, khususnya secara pribadi kami haturkan banyak rasa terimakasih kepada Mas Puspo Wardoyo, owners Ayam Bakar Wongsolo Grup yang sudah membantu di setiap kegiatan keraton," ujar KP Dr Edhie Wirabhumi SH MH, tersenyum.

Pastinya, bukan tanpa alasan manakala Kanjeng Edhie, sapaan akrab KP Dr Edhie Wirabhumi SH MH ini, menghaturkan rasa banyak terimakasih keraton kepada Puspo Wardoyo. Pasalnya, begitu setiap ada kegiatan yang dilakukan oleh Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat, beliau selalu berkenan untuk mendukung kegiatan budaya yang digelar oleh Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat. 

Dari Pengetan Tingalan Jumenengan Noto atau ulang tahun kenaikan tahta raja, Pengetan Hadeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat seperti malam hari ini, bantuan untuk mereka para abdi dalem di saat adanya Pandemi Covid 19, bahkan seringkali menerima silaturahmi kunjungan bertamu dengan Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun PB XII yang juga merupakan teman sekolahnya di SMA negeri 4 Solo.

"Saya banyak kenal dengan mereka para keluarga Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat, masalahnya ada beberapa Putra Putri Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII, itu teman saya di sekolah SMA Negeri 4 Solo. Diantaranya Bandono atau yang dikenal sebagai Gusti Puger setiap reuni atau acara SMA Negeri 4 Solo pasti ketemu," terang Puspo Wardoyo, beberapa waktu lalu saat reuni Akbar lintas alumni SMA Negeri 4 Solo. #Yani.

LDA Gelar Pengetan Hadeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat ke 289

Juli 23, 2024


 Meriahnya suasana Sasana Handrawino di malam Pengetan Hadeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat ke 289. Pindahnya Keraton Kartasura ke Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat (1745). Foto ; Yani.

GUGAT news.com SOLO 

Begitu selesai berjamaah di Masjid Paromosono PB III Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, satu persatu yang dimulai dari Sentana Ndalem, kerabat Ndalem serta abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang berdatangan dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah, satu persatu mulai memasuki Kori Kamandungan yang selanjutnya langsung ke Sasana Hondrowino untuk mengikuti acara Wilujengan Nagari Adeging Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat yang ke 289, Selasa malem (23/7).

Tidak kurang dari 800 mereka para Sentana Ndalem, Kerabat Ndalem serta Abdi Ndalem memenuhi ruangan Sasana Handrawino untuk melakukan Wilujengan Adeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat (Peringatan berdirinya negara Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat) mulai dengan bacaan shalawat Nabi, dzikir tahlil, tasbih dan tahmid serta takbir yang diakhiri dengan bacaan Surat Al Fatihah oleh ulama dari Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat, Raden Mas Irawan.

Sebelumnya, sebagai Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah terlebih dahulu melakukan seserahan, menyerahkan sekaligus memerintahkan dawuh kepada ulama keraton, RM Irawan guna melakukan ritual sakral dengan bacaan tahlil Wilujengan Nagari Adeging Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Suasananya malam itu di Sasana Handrawino tampak Khidmat, khusyuk dengan berbarengan melafalkan kalimat tahlil yang langsung dipimpin ulama muda Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat RM Irawan. Sementara itu suasana di halaman keraton yang diterangi dengan berbagai lampu di sekitar ratusan Pohon Sawo Manila yang usianya sudah ratusan tahun itu, semakin menambah sakral. Sehingga serasa suasana hati terbawa ke suasananya tempo dulu.

Tak lama berselang, begitu bacaan tahlil selesai dilantunkan, ratusan tamu yang memenuhi ruangan Sasana Handrawino itu pun masih dibuatnya serasa nyaman, tenang, damai sambil menikmati lezatnya suguhan Jenang Syuran atau bubur syuro sekaligus menikmati geguritan atau tembang berbahasa Jawa yang menggambarkan, mensejarahkan Hadeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat hingga paripurna Pengetan Hadeging Nagari Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat yang ke 289. 17 Syuro JE 1958 atau bertepatan 24 juli 2024. #Yani.


Ndalem Hangabehi Kini Ditinggali KGPH Adp Dipo Kusumo

Juli 23, 2024


 Ndalem Dipo Kusumo yang dahulunya  mau dipakai Hangabehi persiapan Jumeneng Noto sebagai Sinuhun Paku Buwono, namun batal dan telah ditempati oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Adipati  (KGPH Adp) Dipo Kusumo. Foto: Yani.

GUGAT news.com SOLO 

Sayangnya sore itu, Senin (22/7) GUGAT news tidak berhasil untuk menjumpai KGPH Adp Dipo Kusumo, Pengageng Perintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII, sehingga tidak bisa melukiskan dan menceritakan secara detail akan Ndalem Hangabehi yang saat ini ditinggali oleh salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII yang juga adik Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

"Assalamualaikum... apakah bisa bertemu dengan Gusti Dipo, panggilan akrab KGPH Adp Dipo Kusumo?"tanya GUGAT news kepada muda mudi yang ada di ruang tamu Ndalem Dipokusumo. "Bapak belum pulang dan masih bekerja, sudah ada janjian ketemu?"tanya remaja putri yang bisa jadi salah satu Putri dari Gusti Dipo.

Tak berapa lama kemudian, GUGAT pun mohon ijin, pamit keluar dari teras Ndalem Dipo Kusumo. Saat bertanya tanya kepada para muda mudi di ruangan tamu yang cukup besar itu, tampak beberapa lukisan berukuran besar yang memperlihatkan sosok Sinuhun Paku Buwono XII serta pernak pernik semacam barang antik tersusun rapi di rak tamu.

Yang jelas, dahulunya saat bertemu dengan Gusti Dipo di sekitar halaman Kori Kamandungan, diceritakan jika rumah itu dikenal sebagai Lojen atau Loji rumah mewah di jaman keraton yang diperuntukkan kepada Hangabehi yang dipersiapkan Jumeneng Noto sebagai Raja Sinuhun Paku Buwono. Dibangun bersamaan dengan Ndalem Sasana Mulya sekitar awal abad 18 jaman Sinuhun PB IV.

Berarsitekturkan perpaduan antara gaya eropa Belanda dengan ukiran kayu jati khas Jawa, Solo khususnya. Lahan bangunan lebih tinggi dari Ndalem Sasana Mulya, sehingga ada beberapa tangga semen naik menuju teras Ndalem. Dari sini ada semacam 3 pintu masuk menuju ruang tamu berukuran besar sekali.

Khusus untuk pintu kayu jati berukiran khas Jawa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan berukuran besar serta tinggi menggambarkan rumah atau Ndalem tersebut bisa dipastikan lagi milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Ratusan tahun silam, bisa jadi kalau bukan rumah milik pedagang atau saudagar Batik Laweyan, Solo yang serba besar, berukiran kayu jati, pastinya milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Di Kota Solo, sepertinya hanya di Kampung Batik Laweyan lah hingga sekarang ini yang masih banyak dijumpai rumah rumah kuno dan antik. Bukan tanpa alasan, keberadaan Kampung Laweyan ini lebih tua dari berdirinya Dinasti Mataram Islam Panembahan Senopati Kota Gede ( 1601) Bahkan Kampung Laweyan juga lebih tua dari Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam. #Yani.


Ndalem Sasana Mulya Segera Dipakai Pernikahan Cucu PB XII

Juli 22, 2024


 Ndalem Sasana Mulya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tengah direvitalisasi, diperbaiki dengan dana swadaya pribadi keluarga besar Lembaga Dewan Adat (LDA)Foto : Yani

GUGAT news.com SOLO

Beberapa hari lalu, kepada GUGAT news yang menjumpai di ruang kerjanya di Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, menantu Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Surakarta Hadiningrat yang juga suami dari Gusti Kanjeng Ratu  (GKR) Wandansari Koes Moertiyah yang akrab disapa Gusti Mung ini, Kanjeng Pangeran (KP) Dr Edhie Wirabhumi SH MH, menegasikan jika biaya perbaikan Ndalem Sasana Mulya bukan dari pemerintah melainkan dari pribadi keluarga.

"Kami patungan untuk mendanai perbaikan Ndalem Sasana Mulya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, utamanya Gusti Mung sebagai Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) yang gerakannya senantiasa peduli dengan keberadaan keraton, sehingga Gusti Mung mempelopori untuk patungan Putra Putri Ndalem Sinuhun PB XII. Alhamdulillah...pada berkenan dan hampir selesai," terang KP Dr Edhie Wirabhumi SH MH.

Lebih dari setengah tahun, saat itu kondisi Ndalem Sasana Mulya memprihatinkan dan mangkrak sampai di beri police line, garis pengaman dari kepolisian setelah akhir Desember 2023, sekitar dua hari dari hari Natal, kota Solo dilanda hujan lebat dengan disertai tiupan angin kencang. Dampaknya, beberapa bangunan, pohon di jalanan tumbang tanpa terkecuali Ndalem Sasana Mulya Keraton Kasunanan.

Ambles pada cungkup Joglo nya yang hampir roboh ke lantai, untungnya masih ada penyangga tiang Saka Guru kayu kayu jati berukuran besar sehingga mampu mendongkrak bangunan Joglo yang usianya sudah ratusan tahun silam di bangun jaman Sinuhun PB IV awal tahun 1800 an. Sepertinya, sebelum insiden itu terjadi, sebenarnya pada sisi barat juga mulai tampak di ganjal dengan besi.

Dalam kesempatan yang lain, saat GUGAT news bertemu dengan Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger di Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis, Laweyan, beliau bercerita bilamana biaya perbaikan Ndalem Sasana Mulya itu swadaya pribadi keluarga, utamanya Gusti Mung dengan LDA nya yang paling peduli terhadap kondisi keraton. Sehingga Gusti Mung lah yang menjadi pionir dalam perbaikan Ndalem Sasana Mulya.

"Insyaallah...nanti bulan September, Ndalem Sasana Mulya selesai dari perbaikan yang selanjutnya bisa dipakai untuk hajat pernikahan cucunya Sinuhun PB XII, salah satu anak dari Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Madu Kusuma, adik kandung saya juga adik kandung Sinuhun PB XIII. Memang dahulunya Ndalem Sasana Mulya PB IV ini biasa diperuntukkan hajat pertemuan besar, misalnya pernikahan. Makanya September ini di pakai gawe oleh Gusti Madu," tutup GPH Puger sambil menambahkan silakan saja kalau GUGAT news mau hadir. #Yani.

Destinasi Wisata Air Bandar Kabanaran Dinantikan Warga Laweyan dan Banaran

Juli 22, 2024


 Situs Bandar Kabanaran membelah Desa Banaran, Sukoharjo dan Kampung Laweyan Solo. Foto : Yani

GUGAT news.com SUKOHARJO 

Subur (50) saat di temui di sekitar bekas Waduk Kabanaran yang kini menjadi food court, kulineran, mengaku senang sekali jika Mas Gibran Rakabuming Raka yang akan menjadi Wakil Presiden dan Pak Jokowi yang masih menjabat Presiden, berkenan mewujudkan Situs Bandar Kabanaran kembali menjadi layaknya bandar atau pelabuhan seperti tempo dulu, dijaman keemasan Kerajaan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam.

Setidaknya, lanjut Subur yang juga memiliki usaha wedangan di Bekas Waduk Kabanaran, Situs Bandar Kabanaran bisa diubah menjadi sarana destinasi wisata air yang nantinya bisa melibatkan Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo. Khususnya Kampung Batik Laweyan serta Kalurahan Banaran bisa masalah UMKM nya. Bukan hanya masalah wisata batik saja, namun juga ada wisata air.

'"Pastinya akan lebih cepat kalau semuanya itu dilakukan oleh Mas Gibran dan Pak Jokowi, karena banyak melibatkan berbagai sektor, pariwisata, agraria, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), baik kota Solo, Kabupaten Sukoharjo serta Propinsi Jawa Tengah. Insyaallah kalau Pak Jokowi dan Mas Gibran cukup mudah menyelesaikan masalah itu," urai Subur yang diiyakan oleh ibu ibu yang tinggal di bantaran Sungai Jenes, Sungainya Bandar Kabanaran.

Sepertinya apa yang disampaikan uneg-uneg Subur tersebut bukan tanpa alasan dan sepertinya juga patut diapresiasi, diperhitungkan sekaligus diperhatikan. Bahkan sebelum Subur dan emak emak bantaran Sungai Jenes yang ada di sekitar Situs Bandar Kabanaran mengeluhkan hal itu, lebih dahulu Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sudah mengatakan itu semua kepada Presiden Jokowi dan Mas Gibran Rakabuming Raka.

" Nggih pak, iya pak, kami sangat senang sekaligus bangga sekali dengan apa yang diusahakan GPH Puger serta Pak Subur yang berkenan memperjuangkan kembalinya heritage bersejarah peninggalan leluhur. Pastinya, kami sangat bersyukur sekali jika Bandar Kabanaran benar menjadi destinasi wisata air. Siapa tahu menjadikan berkah rejeki tersendiri bagi kami wong cilik yang tinggal di bantaran sungai," ujar Asih (60) yang kepingin bisa jualan di destinasi wisata air Situs Bandar Kabanaran. #Yani.

Gusti Puger : Pusara Makam PB II Ada Di Solo Jasadnya Di Makam Imogiri Jogjakarta

Juli 21, 2024


 Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto : Yani

GUGAT news.com SOLO.

Dikonfirmasi masalah seputar maraknya omongan yang beredar di sekitar Kampung Batik Laweyan menyoal akan kebenarannya cerita jika pusara makam Sinuhun Paku Buwono (PB) II Keraton Kartasura Hadiningrat yang setelah 4 tahun kepindahannya ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1745-1749) meninggal dan pernah dimakamkan tak jauh dari Makam Ki Ageng Henis Laweyan, cikal bakal berdirinya Dinasti Mataram Islam, GPH Puger membenarkannya.

"Memang benar ada pusara makam Sinuhun PB II yang meninggal di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat setelah 4 tahun membangun Keraton Kasunanan dan pindah dari Kartasura Hadiningrat dan di makamkan di sebelah timur atau kanan dari Makam Ki Ageng Henis Laweyan, cikal bakal berdirinya Dinasti Mataram Islam Kotagede, Plered dan Kerto yang semuanya di Bantul hingga Kartasura dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat," terang GPH Puger.

Ditambahkan Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII dan sekaligus adik kandung Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sekarang ini bertahta, yang ada di Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis, Laweyan itu tinggal pusara saja, sedangkan jasadnya dipindahkan untuk dimakamkan di Pajimatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta bersama raja raja dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Saat itu, masih menurut penuturan Gusti Puger, disebabkan suasananya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat belum kondusif, masih adanya konflik sesama saudara sehingga dikuburkan di Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis. Begitu suasananya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mulai berangsur angsur rukun, jauh dari konflik, sekitar awal abad 18 an, jasad Sinuhun PB II dipindahkan ke Pajimatan Imogiri, Bantul.

"Waktu masih kecil, saya sering diajak ibunda ke Makam Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis ini, dan pernah diceritakan oleh Eyang Penewu, juru kunci makam Ki Ageng Henis yang masih merupakan trah kerabat Ndalem dari Sinuhun PB III, bilamana beliau Eyang Sinuhun PB II masih biasa lenggahan, duduk di depan pintu masuk ke 3 menuju Pasareyan Ndalem Ki Ageng. Sebagai orang Jawa, dengan cara duduk tangan menyembah di depan pintu ke 3 mengucapkan salam ziarah kubur baru berjalan masuk Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis juga bekas pusara makam PB II," terang GPH Puger.

Biar nantinya peziarah tidak salah, tepat di depan pusara makam Sinuhun PB II yang bertuliskan dengan prasasti huruf Jawa "Ingkang Sinuhun Paku Buwono II" nantinya bisa diberikan tulisan dengan huruf  abjad pada umumnya juga di depan pusara bekas makan Sinuhun PB II Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sudah bukan Keraton Kartasura Hadiningrat. # Yani.


BRM Dr Kusumo Putro SH MH Terharu Menerima Ribuan Dukungan BST

Juli 20, 2024


          BRM Dr Kusumo Putro SH MH 

GUGAT news.com SOLO

Tidak kurang 200 dari 5000 an anggota Banteng Solo Tengah yang merupakan sayap gerakan terbesar dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangannya (PDIP) di Kota Solo telah memenuhi ruangan Resto Markas yang ada di parkiran atas Terminal Tirtonadi Solo, Jum'at (19/7) malam. Suasananya yang cukup meriah itu menjadikan rasa syukur, hari tersendiri di hati Bacalon Wakil Walikota Solo BRM Dr Kusumo Putro SH MH.

Sehingga tidaklah mengherankan lagi, jika malam itu suara dari sambutan yang disampaikan oleh BRM Dr Kusumo Putro SH MH selaku praktisi hukum, pegiat sosial sekaligus pegiat budaya dan politisi senior kader PDIP Solo ini, tersendat sendat menahan rasa haru atas digelarnya deklarasi dukungan sekaligus siap memenangkan maju Bacalon Wakil Walikota Surakarta periode tahun 2024-2029 dari Banteng Solo Tengah (BST), Bambang bersama ratusan militan BST.

"Allahuakbar... Allahuakbar... Allahuakbar...saut suara lantang dari Kanjeng Kusumo, sapaan akrab BRM Dr Kusumo Putro SH MH menyahut apa yang ditakbirkan oleh seseorang anggota BST sehingga memecahkan suasana keheningan malam di Resto Markas, Tirtonadi. Dan tidaklah lama kemudian, Kanjeng Kusumo pun tampak terharu dengan suara tersendat sendat untuk membuka ucapan sambutannya.

"Alhamdulillah...dan matur nuwun, terimakasih sekali atas dukungan dari saudara saudara ku BST yang merupakan sayap gerakan terbesar di Solo dari PDIP yang memiliki pendukung tidak kurang dari 5000 anggota dari 15 Kordinator Wilayah (Korwil) di 5 Kecamatan di Kota Solo yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk maju Pilkada Wakil Walikota Surakarta 2024-2029," ujar Kanjeng Kusumo.

Di kalangan wong cilik, nama besar Bangsawan yang Dermawan sekaligus Ningrat yang Merakyat itu, berjanji akan senantiasa mengutamakan kepentingan wong cilik, warga arus bawah. Dan dirinya juga berjanji akan siap diminta mengundurkan diri dari Wakil Walikota Surakarta jika nantinya mendapatkan rekomendasi dari PDIP dan terpilih, lantas mengabaikan kepentingan rakyat. 

Dalam kesempatan itu, Kanjeng Kusumo mengemukakan 6 program unggulannya dari mulai nanti akan menjadikan Solo kota seni dan budaya, Solo kota sarjana, Solo kota UMKM, Solo Kota Olahraga, Turunkan Angka Kemiskinan hingga perlunya Peningkatan Kualitas Kesehatan. Kanjeng Kusumo merasa Prihatin dari ke 6 program unggulannya itu sampai saat ini belum terwujud di Kota Solo.

Sehingga Kanjeng Kusumo nantinya jika menjadi Wakil Walikota Surakarta, akan mewujudkan apa yang menjadikan prioritas unggulan majunya sebagai Bacalon Wakil Walikota Surakarta periode tahun 2024-2029. Dari mulai dibangunnya gedung kesenian dan budaya, menjadikan satu rumah satu sarana sekaligus membentuk pula UMKM yang macet kembali diberdayakan.

"Fasilitas olahraga dari yang sudah ada, akan kita kembangkan lagi menjadi yang lebih baik serta perlunya kita tekan angka kemiskinannya yang masih tinggi di Kota Solo ini. Tidak terkecuali peningkatan kualitas kesehatan dari beberapa rumah sakit yang sudah ada, kita benahi dan kembangkan lagi secara lebih profesional. Kalau jadi Wakil Walikota Surakarta nantinya saya tidak bisa memenuhinya, saya siap mundur," janjinya BRM Dr Kusumo Putro SH MH, serius. #Yani.

GPH Puger : Kulit Di Kori Brojonolo Lor Bukan Kulit Manusia

Juli 19, 2024


 Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat . Foto : Yani.

GUGAT news.com SUKOHARJO.

Ditegaskan oleh beliau Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga merupakan adik kandung Sinuhun PB XIII, bilamana adanya kulit yang tertempel pada dempel pintu kayu jati bagian atas Kori Brojonolo Lor itu bukan dari kulit tubuh' manusia melainkan dari asli kulit sapi.

"Sebenarnya bukan hanya Kori Brojonolo Lor saja yang dipasangi sayatan kulit sapi melainkan Kori Brojonolo Wetan, Kidul juga Kulon. Hanya saja yang masih menempel di Kori Brojonolo Lor, ketiganya Kori itu sudah terlepas. Semuanya itu hanya merupakan memet, tetenger tahun pembuatannya saja, semacam sengkalan tahun," terang GPH Puger.

Ditambahkan Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, sengkalan di Kori Brojonolo Lor yang digambarkan kulit sapi itu, "Walulang Sapi Salogo" yang menandakan bahwa tahun berdirinya Kori Brojonolo Lor pada tahun 1782. Sekali lagi biar tidak hoax, itu bukan kulit orang namun benar benar blebekan sayatan kulit sapi.

Memang, masih menurut penuturan Gusti Puger, dahulunya hingga sekarang ini senantiasa beredar cerita turun temurun dari mereka para orangtua, jika kulit yang dipasang pada kayu dempel pintu Kori Brojonolo Lor itu terbuat dari kulit manusia. Sobekan kulit perut yang disayat dari tubuh pethut atau pencuri sakti Sandiman sang pembuat onar di keraton saat berkuasa bertahtanya Sinuhun PB III. Hal itu tidak benar, bukan kulit orang tapi kulit sapi.

"Dahulunya memang banyak beredar cerita demikian, namun setelah saya kaji dari beberapa buku keraton, kulit yang dipasang di dempel pintu Kori Brojonolo Lor itu kulit sapi bukan kulit manusia. Memang insiden pethut, maling sakti itu benar kejadiannya saat berkuasanya Sinuhun PB III dan beliaulah sendiri yang berhasil menangkapnya sekaligus menjatuhkan hukuman mati untuk Sandiman pencuri sakti pembuat onar penduduk keraton," jelas Gusti Puger.

Ceritanya memang perampok sakti Sandiman saat itu benar-benar sakti mandraguna, sehingga sangat ditakuti masyarakat di sekitar keraton. Konsekuensinya sebagai raja yang melihat masyarakat nya ketakutan lantaran ulah maling sakti, turun tangan lah Sinuhun PB III untuk menangkap sekaligus memberikan hukuman. Akhirnya dengan matinya Sandiman, kawula, warga masyarakat Nagari Surakarta yang saat itu ibukotanya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kembali aman, tenteram dan selalu rukun. #Yani.

Gara Gara "Giyanti" Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Pecah

Juli 18, 2024


 Di bawah pohon beringin inilah penandatanganan perjanjian Giyanti dilakukan oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) III, Mangkubumi yang dibantu VOC setelah selesai melakukan pemberontakan dan meminta bagian dari wilayah kekuasaan Sinuhun PB III Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1755). Foto: Yani.

GUGAT news.com KARANGANYAR 

Dikonfirmasi masalah seputar adanya perjanjian Giyanti, Kamis (18/8) sambil diskusi siang hari di Wedangan Plengeh, Laweyan, Solo, bersama tokoh tokoh masyarakat kampung batik Laweyan, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger menegaskan, jika banyak keuntungan diperoleh Kompeni VOC sang pengadu domba serta Pangeran Mangkubumi yang merupakan paman sendiri dari Sinuhun PB III Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, banyak diuntungkan.

"Setengah dari wilayah kekuasaan Sinuhun PB III Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari Sungai Opak yang ada di sebelah barat dari Candi Prambanan karena tekanan VOC dan pemberontakan Pangeran Mangkubumi harus diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi. Sedangkan Sungai Opak ke timur masih menjadi wilayah kekuasaan PB III. Sehingga Mataram Islam pecah menjadi dua setelah dari sepeninggalan Sultan Agung Hanyokrokusumo 

GPH Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga adik kandung PB XIII. Foto : Yani.

Saat berada di Keraton Kartasura, lanjut Gusti Puger panggilan akrab GPH Puger, dan sebagai Rajanya Sinuhun PB I memiliki putra mahkota yang akhirnya menjadi Sinuhun PB II Keraton Kartasura Hadiningrat. Selain itu, Sinuhun PB I juga memiliki putra dari garwa ampil atau selir yaitu Mangkubumi. Sehingga PB II dengan Mangkubumi itu kakak' beradik, termasuk RM Said yang di kemudian hari dikenal sebagai Mangkunegara I itu bersaudara.

Pindahlah ke Solo atau Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1745) setelah porak poranda nya Keraton Kartasura Hadiningrat dari adanya gegeran Pecinan Mas Garrndi (1743). Ngedatonlah Sinuhun PB II di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan wafat pula di keraton yang langsung kekuasaan diambil alih Sinuhun PB III Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Disinilah kali pertama Mangkubumi mulai menjalankan aksi buruknya.

"Bekerja sama dengan RM Said dan mendapatkan bantuan dari VOC Belanda, mulailah mengadakan perlawanan terhadap kewibawaan dan Sinuhun PB III. Dikeroyok Mangkubumi sang paman, kerabat Ndalem RM Said dibantu VOC Belanda, menyerahkan PB III dengan segala konsekuensinya aturan VOC Belanda. Terjadilah perjanjian Giyanti di Karanganyar (1755). Pecahlah Dinasti Mataram Islam terakhir, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat harus memberikan setengah wilayah dari kekuasaan nya diberikan Mangkubumi yang akhirnya menjadi Kasultanan Jogjakarta Hadiningrat dengan rajanya Sultan Hamengku Buwono (HB) I," terang Gusti Puger.

VOC Belanda, masih menurut penuturan Gusti Puger, banyak sekali diuntungkan lantaran siasat adu domba nya, mengadu PB III dengan Pangeran Mangkubumi yang juga dibantu RM Said. Diantaranya, PB III harus mau mengampuni para bupati yang membangkang membantu VOC menerangi keraton, lahan tanah di Pantura yang dikuasai VOC tidak boleh diminta lagi termasuk sebagian tanah di Madura. 

Disinilah setelah berakhirnya Dinasti Mataram Islam dari kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo, tegas Gusti Puger, Jawa terpecah belah menjadi dua kerajaan. Kasunanan Surakarta Hadiningrat Dinasti Mataram Islam dan Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat. Belum selesai dari insiden itu semuanya, 1757 giliran Raden Mas Said yang akhirnya juga minta jatah kepada Sinuhun PB III dengan perjanjian Salatiga.

"Dengan lahan tanah perdikan sedikit pemberian Sinuhun PB III Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, di wilayah Solo Utara serta Wonogiri dan Karanganyar berkat perjanjian Salatiga yang kembali dibantu VOC dan Mangkubumi, RM Said mendirikan Kadipaten Mangkunegaran dengan bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I. Juga Paku Alam Jogjakarta. Sehingga Dinasti Mataram Islam terakhir yaitu Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kasultanan Jogjakarta, Pakualaman Yogyakarta serta Mangkunegaran itu merupakan bagian dari Dinasti Mataram Islam Kasunanan Surakarta Hadiningrat," urai GPH Puger, tentang sejarah Dinasti Mataram Islam. #Yani.