Featured Post

Rawon Pak De Gaul Lezatnya Sampai Menusuk Hati

 Martini, pembeli setia Soto dan Rawon Pak De Gaul yang ada di Jagalan, Jebres, Solo, masakan soto dan rawonnya menjadi rasa kebanggaan ters...

Rawon Pak De Gaul Lezatnya Sampai Menusuk Hati

Oktober 09, 2024


 Martini, pembeli setia Soto dan Rawon Pak De Gaul yang ada di Jagalan, Jebres, Solo, masakan soto dan rawonnya menjadi rasa kebanggaan tersendiri bagi Wong Solo. Lezatnya sampai ke ulu hati.

GUGAT news.com, SOLO 

Bukan tanpa alasan, jika banyak yang membicarakan lezatnya Rawon Pak De Gaul yang ada di Kampung Jagalan, Jebres, Solo. Sebenarnya di warung makan Pak De Gaul ini, banyak sekali varian menu tradisional khas Jawa Tengah, khususnya Kuliner jaman dulu alias Jadul di Kota Solo. Hanya saja, enak nya rawon di sini perlu dicicipi dulu karena beneran sampai menusuk hati puluhan bahkan ratusan pembeli yang akhirnya menjadi setia berlangganan di warung yang buka dari jam 06.00 pagi hingga sore jam 15.00 WIB.

Maksudnya hingga menusuk hati, bagaimana tidak, begitu kuah tersentuh pada lidah, fantasi rasanya sudah terus menjadi kenikmatan tersendiri. Itu baru di ujung lidah yang setelah ditelan serta masuk gurung kerongkongan, wuih rasa sensasi tersendiri termasuk hingga masuk perut, serasa sulit untuk tidak menambah porsi lagi. Sehingga tidaklah mengherankan lagi, menusuk hingga ke hati. Dampaknya, jadi ketagihan dengan rawon Pak De Gaul yang sebenarnya bernama Drajat Hari Suseno. Itulah maksud menusuk hati, doyan dan terus nambah porsi.

"Tak perlu diragukan lagi, masakan di Warung Pak De Gaul ini kesemuanya bahan, utamanya daging sapi atau ayam untuk menu lainnya bisa dipastikan lagi halal. Bukan halal lagi melainkan juga sekaligus thayibban. Sudah halal tambah Thayib, baik. Bisa jadi, lantaran itulah Warung Pak De Gaul selalu ramai dikunjungi orang dari pagi sampai sore hari. Kami benar benar halal tidak ada campuran yang haram. Bahkan di sebelah Utara merupakan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) jagalan," jelas Drajat Hari Suseno, tersenyum.

Menariknya, Warung Makan Pak De Gaul ini sudah memiliki segmen pembeli khusus tersendiri. Sehingga selalu ramai pembeli, dari pagi hari biasa di penuhi anak anak sekolah yang sarapan. Siang sedikit sekaligus hingga menjelang Rolasan atau saat jam 12 jam makan siang pegawai, giliran berdatangan ke Warung Makan Pak De Gaul. Barulah sore hari, menjelang kepulangan pegawai dinas yang ada di seputaran warung, tak jarang mampir juga.

Baik sarapan anak anak sekolah, makan siang dari puluhan karyawan hingga sore hari, untuk menunya bervariatif. Ada Rawon, Soto serta gorengan ayam dan menu tradisional khas Jawa Tengah lainnya. Untuk seporsi nasi rawon yang  lengkap dengan lalapan tauge, kemangi, jeruk nipis dan sambel terasi, cukup dibandrol Rp 15 ribu saja. Untuk menu tambahan telur asin, tinggal pembeli tambah Rp 5 ribu, sudah kenyang. Murah bukan? Murah bukan berarti murahan lho.

Saking populernya Warung Makan Pak De Gaul yang sebenarnya terkenal akan masakan Soto dan Rawonnya, sehingga tidak mengherankan lagi varian menu khas tradisional Jawa Tengah khususnya Kota Solo, semacam ayam betutu Bali atau sayuran lainnya jadi terkena imbasnya. Laris manis dan populer seperti Rawon dan soto. " Kami juga siap menerima pesanan dalam jumlah besar. Sumonggo, silakan datang saja ke Warung Makan Pak De Gaul," pungkas Drajat Hari Suseno, berpromosi. #Yani.




Usai Bangun Gapura Pintu Masuk PB X Di Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis, Beliau Wafat

Oktober 09, 2024


 Gapura pintu masuk ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Laweyan yang dibuat oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto : A.A. Yani 

GUGAT news.com, SOLO

Selesai dari membahas tentang Larung Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Pantai Parangkusumo, Bantul, Jogjakarta akan musyrik dan tidaknya, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII dari  Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kembali mengajak GUGAT news menyoal masalah Gapura Pintu Masuk PB X di Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Laweyan.

"Sebelum dibangun gapura pintu keluar masuk ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis oleh Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sekitar tahun 1938, dahulunya ruangan halaman Masjid Laweyan, masjid tertua di Solo dan peninggalan Ki Ageng Henis dengan Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Laweyan itu terpisah pagar tembok. Barulah menjadi satu setelah di pugar dan dibangun pintu gapura oleh PB X hingga saat ini," terang GPH Puger.

Ditambahkan kembali' oleh Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, saat itu untuk masuk ke area Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis, ada 5 pintu gerbang yang bisa dilewati. Pintu pertama menghadap ke arah timur, Sungai Jenes, baru yang ke dua juga ada dua pintu. Pintu yang langsung masuk ke ribuan makam keluarga Kerajaan Majapahit ahli waris Brawijaya V dan Kasultanan Pajang, Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam.

Pintu masuk yang dibangun pertama kali bersamaan dengan Masjid Laweyan (1546) menuju Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Laweyan. Foto ; A.A. Yani

Sedangkan gapura pintu masuk yang segaris lurus dengan gapura pintu pertama, sebelum nya ada semacam bangsal Paseban untuk beristirahat sebelum dan sesudahnya dari ziarah. Barulah memasuki pintu gapura ke 4, tampak ribuan pusara kuno dengan bongkahan batu hitamnya yang merupakan makam kerabat Ndalem Keraton Majapahit dan Kasultanan Pajang. Tibalah pintu terakhir yang ke 5, masuklah ke ruangan dimana Ki Ageng Henis dan kedua saudaranya Nyai Ageng Pati dan Nyai Ageng Pandanaran serta pejabat penting di jaman Pajang juga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

"Saat antara halaman Masjid Laweyan dan Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Laweyan masih dipisahkan oleh pagar tembok benteng, ada 5 pintu gapura yang bisa dilewati untuk ke Makam Ki Ageng Henis. Menjadi 6 setelah pagar tembok pemisah itu dibangun pintu gapura oleh PB X. Mungkin bisa diterjemahkan sebagai rukun Islam ada 5 dan Rukun Iman ada 6.Pada bangunan gapuranya memang juga sedikit ada perbedaan." jelas Gusti Puger.

Bangunan pintu gapura yang aslinya, dibuat sekitar tahun bersamaan dengan berdirinya Masjid Laweyan (1546) kecil,  selain tidak begitu lebar, juga sederhana bentuknya jika dibandingkan dengan Pintu Gapura Sinuhun PB X, lebih lebar dan tinggi serta banyak relief dan ornamen ukirannya, termasuk di atasnya ada semacam bangunan semen wujud mahkota raja. Untuk pintu kayu jati nya, bangunan dari PB X tampak lebih besar. Kini, peziarah lebih suka memilih jalan masuk ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis melewati Masjid Laweyan, jadi Pintu Gapura Sinuhun PB X.

" Kabarnya, Pintu Gapura Masuk ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Laweyan yang dibuat oleh beliau Sinuhun PB X itu hanya sekali di lewati oleh PB X. Begitu selesai membangun pada sekitar tahun 1938, setahun kemudian beliau Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, meninggal dunia pada 20 Februari 1939 dan dimakamkan di Pajimatan Imogiri, Bantul, Jogjakarta," tutur GPH Puger, lirih, mengenang kebesaran kakek buyutnya. #Yani.

Bacalon Wawali Solo Astrid Silaturahmi Ke Ndalem Sasana Purnomo Badran PA Tedjowulan

Oktober 08, 2024


 Astrid Widayani ( jilbab), Panembahan Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat KGPH Adp Tedjowulan dan istri. Foto : Ist

GUGAT news.com, SOLO

Bersama Kerabat Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga pengamat kebijakan publik di Solo, Kanjeng Pangeran (KP) Bambang Pradhoto Nagoro SH, berkenan untuk mengantarkan kunjungan silaturahmi Bacalon Wakil Walikota Surakarta, Astrid Widayani ke Ndalem Sasana Purnama Badran, Purwosari, untuk silaturahmi dengan beliau Kanjeng Gusti Panembahan Agung Tedjowulan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

"Sebelumnya, memang kami banyak diskusi dengan Mbak Astrid, tentang seputaran Kota Solo dan segala bentuk permasalahannya yang cukup komplek. Sehingga beliau Mbak Astrid akhirnya memiliki ide gagasan untuk bisa sowan ketemu menjalin silaturahmi dengan berbagai tokoh masyarakat, tidak terkecuali budayawan. Yah... akhirnya sepakat bertandang silaturahmi ke Ndalem KGPA Tedjowulan, di Badran," ujar KP Bambang Pradhoto Nagoro SH mengawali perbincangannya dengan GUGAT news di Kantornya, Baluwarti, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Selasa (8/10) siang.

Bisa dipastikan lagi, lanjut Kanjeng Bambang, panggilan akrab KP Bambang Pradhoto Nagoro SH, Astrid Bacalon Wakil Walikota Surakarta itu banyak menerima petuah, saran dan nasihat dari KGPA Tedjowulan, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga kader dari Partai Gerindra sekaligus seorang perwira tinggi militer. Pastinya sudah banyak makan garam, berpengalaman dalam strategi urusan berpolitik.

Menariknya, masih menurut penuturan Kanjeng Bambang, di sampaikan oleh beliau adik dari Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini, Astrid banyak memiliki kelebihan untuk tampil menjadi pemenang Pilkada Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta periode tahun 2024-2029. Bukan tanpa alasan, Astrid Widayani mumpuni di dalam segala bidang, utamanya pendidikan yang sehingga menempatkan dirinya sebagai Rektor dari sebuah Perguruan Tinggi swasta di wilayah Kabupaten Karanganyar dan pastinya masih banyak kelebihan lainnya yang dimiliki Bacalon Wakil Walikota Surakarta ini.

Meski berpendidikan tinggi dengan gelar doktor, namun penampilannya cukup bersahaja bahkan senantiasa tampak tidak wuh pekewuh, berkenan selalu  bersikap "nguwongke uwong" menghormati dengan siapapun dan pastinya andhap asor, santun dan ramah kepada orang yang sekalipun belum dikenal. Itu semuanya terbukti manakala Astrid tengah bersosialisasi di berbagai kampung di Kota Solo dengan beragam kegiatannya. " Berkenan silaturahmi kepada yang lebih tua sekaligus patuh mendengarkan wejangannya. Ini bagian modal dari pemenangan Pilkada nantinya," tegas Kanjeng Bambang.

Ditambahkan lagi oleh beliau Kanjeng Bambang, bahkan apa yang telah disampaikan oleh beliau KGPA Tedjowulan, sepertinya akan terbukti dan menjadi kenyataan, Astrid Widayani menang Pilkada Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta 2024-2029 ini. Selain banyak memiliki kelebihan yang dalam segala bidang, masih ada banyak kelebihan yang cukup menarik. Adalah satu-satunya calon pemimpin wanita di Kota Solo dan kali pertama sekaligus masih terbilang cukup muda. Ini yang akan  menarik dan membawa kelebihan tersendiri untuk dipilih nantinya.

"Dari data pemilih di Kota Solo saat ini, mayoritas didominasi kaum wanita, sehingga tidak menutup kemungkinan mereka akan berbondong-bondong untuk memilih, menenangkan Mbak Astrid. Ditambahkan lagi, Mbak Astrid rajin sekali bersosialisasi dari kampung kampung di 54 Kalurahan yang ada di Kota Solo, bahkan untuk membaur dengan wargapun Mbak Astrid tampak tidak canggung, akrab , bersahabat dan familiar," ujar KP Bambang Pradhoto Nagoro SH. #Yani.



Banyak Orang Mengatakan Labuhan Itu Musyrik. Inilah Jawaban Gusti Puger

Oktober 07, 2024


 Tampak khusyuk GKR Wandansari, GKR Indriyah, GKR Timur Rumbai saat melakukan ritual larungan atau labuhan Amangkurat Agung di Pantai Parangkusumo, Bantul, Jogjakarta.

GUGAT news,com, SOLO 

Kepada GUGAT news yang menjumpai di Bangsal Paseban, tempat untuk istirahat sebelum dan sesudah berziarah ke makam Ki Ageng Henis di Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Laweyan, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, beliau Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger menegaskan jika selama ini kegiatan ritual spiritual Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat akan gelar larungan atau labuhan ke Laut Kidul Parangkusumo, malahan jauh menghindari dari kemusyrikkan, menyekutukan Allah SWT. Senin (7/10) siang.

Selama ini, lanjut Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, banyak orang yang menafsirkan, mengartikan dan memiliki pandangan miring terhadap kegiatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dalam hal ini upacara larungan atau labuhan, membuang rambut, kuku sekaligus ageman pakaian raja,  untuk kali ini Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Bahkan yang dibuang atau dilarung serta dilabuh ke Laut Selatan itu bukan hanya busana milik Sinuhun saja, melainkan banyak yang lainnya. Selama barangnya sudah rusak dan tidak terpakai ya dibuang. Lain halnya kalau masih bisa dirawat sebagai peninggalan peradaban sejarah ya disimpan atau untuk kegiatan di museum.

Justru, malahan, masih menurut penuturan Gusti Puger, ritual larungan atau labuhan ini cara halus dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk mengambil langkah tegas dan agar supaya kesemuanya terhindar dari dosa syirik, musyrik menyekutukan Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, Allah SWT, bisa dipastikan lagi dosa besar yang tidak bisa diampuni. Sehingga dengan cara larungan, barang bekas milik Sinuhun PB XIII dibuang di laut. Hal itu dimaksudkan agar tidak diambil dan diketemukan oleh orang-orang untuk tujuan tertentu. Jimat, khususnya semacam piyandel. Keyakinan jika benda memiliki kekuatan gaib tersendiri, inilah Musyrik.

"Sehingga bisa beberapa kali Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat melakukan Larung Agung, membuang barang barang milik Sinuhun yang sudah tidak terpakai untuk dibuang ke laut agar tidak diambil siapapun untuk kepentingan maksiat, jimat. Inilah yang kami hindari dengan maksud larungan itu, biar dibuang ke laut dan tidak ada yang bisa mengambil. Kalau perlu itu ditakut takuti agar tidak berani ambil. Misalkan, dikatakan kepada mereka jika mengambil justru kualat kena halad, sehingga tidak berani mengambilnya untuk kepentingan lain, yang kebanyakan jimat karena bekas milik raja yang diyakini mempunyai kemampuan gaib. Inilah maksudnya dibuang atau dilarung,"jelas GPH Puger.

Kalau saja diberikan, masih menurut pemaparan Gusti Puger, meski barangnya saja sudah rusak dan tidak bisa dipergunakan, mereka tetap berkenan menerima lantaran pemberian dari seorang raja. Intinya, larungan, labuhan itu membuang barang bekas milik raja yang sudah rusak dan tak bisa dipakai lagi ke laut agar tidak menjadikan jimat dan syirik. Sebenarnya bukan hanya di laut saja, boleh di buang ke sungai, ke Sungai Bengawan Solo atau dibakar saja. Hanya saja, untuk dibakar tidak bagus menurut perhitungan Jawa. Ya sudah dilarung saja.

Lebih jauh ditegaskan oleh Gusti Puger, selain barang juga makanan. Hanya saja makanan yang dibuang ke laut atau sungai, itu bukanlah makanan yang enak dimakan. Semisal dupa, kemenyan atau puluhan jenis bunga sebagai wewangian di sela-sela ulama keraton berdoa, kesemuanya itu dilarung, dilabuh dan pastinya tidak dimakan. Yang dimakan dan diminum, makanan yang selesai didoakan dan enak, layak dimakan dan diminum ya kita makan. Setelah selesai didoakan,  digelarlah umbul bujono, makan bersama. Putra Putri Ndalem, kerabat Ndalem, Sentana Ndalem dan abdi dalem.

" Sekali lagi, larungan, labuhan baik ke laut maupun ke sungai yang dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, itu justru cara halus untuk menghindar, menjauh dari perbuatan dosa besar, kemusyrikkan. Kepada pengunjung, sebaiknya cukup melihat saja itu acara kebudayaan bukan keagamaan dan tak perlu berebut labuhan. Kalau diberi makan yang enak dimakan, ya dimakan saja. Seperti belum lama ini, Gusti Mung gelar Larungan Agung Amangkurat Agung putra Sultan Agung, yang hanya berdoa dan makan. Dupa, kemenyan dan puluhan jenis bunga di buang ke laut. Intinya, larungan itu justru mencegah syirik!"tegas GPH Puger, menutup obrolan nya dengan GUGATnews. # Yani.

Hari Baik Untuk Ziarah Tilik Kubur Leluhur

Oktober 07, 2024


 Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger khusyuk berdoa di depan pusara makam isteri tercinta, RAy Puger. Foto : A.A. Yani

GUGAT news.com, SOLO

Bukan tanpa alasan, manakala beliau salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono PB (XII) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GPH Puger menegaskan jika ada hari hari baik dan pastinya bagus untuk menjalankan giat ziarah tilik kubur ke makam leluhur sekaligus dengan waktu yang tepat. Yaitu Hari Senin dan Hari Kamis, serta saatnya sebelum atau sesudah lohor.

"Kenapa hari Senin dan Kamis hari yang sangat tepat dan bagus untuk ziarah tilik ke makam kubur leluhur? Utamanya memang hari Senin, kelahiran Nabi dan pada Senin inilah Nabi Muhammad SAW melakukan puasa, lantaran pada hari ini, segala amal perbuatan orang-orang dilaporkan ke Allah SWT, sehingga saat dilaporkan Nabi dalam keadaan berpuasa. Ziarah kubur masuk dalam perbuatan baik, bagian dari mengingat kematian sehingga senantiasa menjaga amal ibadah," jelas GPH Puger.

Selain pada setiap hari Senin, Rasulullah Muhammad SAW melakukan puasa, juga dilanjutkan pada hari Kamis nya. Sehingga pastinya hari Kamis Juga bagian dari yang bagus pula untuk berkegiatan tilik kubur leluhur. Dan waktunya, sebaiknya sebelum datang saat adzan lohor dan setelah adzan lohor namun belum masuk datangnya shalat asar. Dari pagi hari jam 08.00-11.00 WIB dan Jam 13.00-15.00 WIB sebelum waktu ashar.

Sedangkan kebanyakan orang justru melakukan kegiatan ziarah kubur, biasa pada hari Jumat pagi. Malahan sudah seharusnyalah Hari Jumat dipergunakan secara khusus untuk persiapan shalat Jum'at, bukan yang lainnya. Sebab waktunya mepet dengan waktu jumatan. Dan, Jumat merupakan hari yang cukup Istimewa, di sabdakan Rasulullah SAW jika hari Jum'at adalah sebuah hari yang akan datangnya hari kiamat. Disinilah perlunya senantiasa beribadah.

"Namun, bukan berarti pada hari hari lainnya tidak diperbolehkan ziarah tilik kubur, boleh saja. Semuanya hari itu baik. Dan disini Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak pernah menyuruh apalagi memerintahkan akan Senin-Kamis saja untuk dipakai tilik kubur leluhur, melainkan keraton hanya menyarankan sebagaimana yang dahulu dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Dinasti Mataram Islam, sehingga tidaklah terlepas dari aturan agama Islam," tegas Gusti Puger.

Sumonggo, silakan saja, lanjut Gusti Puger, mau hari apa pun mau kapan waktunya untuk melakukan tilik kubur ke leluhur terserah saja, yang pasti pihak keraton hanya memberitahukan jika yang dikerjakan keraton tidak menyalahi aturan hukum Islam. Mau ditiru boleh tidak pun juga ga masalah. Pastinya, sebagai anak saleh untuk doa memanjatkan kepada leluhurnya, kapanpun dan dimanapun mampu menembus alam kubur. 

"Kalau masalah doa, tidak harus datang di area pemakaman juga tak dilarang. Dari rumah berdoa khusyuk juga diperbolehkan, berdoa di depan pusara juga tidak apa. Keraton hanya sekedar menjelaskan tentang hari dan waktu ziarah ke makam tilik kubur leluhur saja. Kembali kepada masalah krentek dan keyakinannya personil pribadi masing-masing. Sumonggo, silakan saja seenaknya hati," tutup GPH Puger. # Yani

Sondakan Segere Punya Gawe Budaya

Oktober 07, 2024


 Kantor Kalurahan Sondakan, Laweyan, Solo yang ada di jalan KH Agus Salim, Sondakan RT 02 RW 06 ini akan segera punya gawe budaya. Foto : A.A. Yani 

GUGAT news.com, SOLO 

Di sela sela usai jamaah Shalat Maghrib di masjid bersejarah yang ada di Kampung Sondakan, Masjid Frobel (1927), adalah Ir Hernot Sarwani pengrajin wayang kulit yang juga merupakan warga Kampung Sondakan, kepada GUGAT news menceritakan jika dalam waktu dekat Sondakan punya gawe budaya ( 12-16 Oktober). 

"Dalam waktu dekat ini, Kampung Sondakan banyak menggelar acara budaya. Setelah sebelumnya ramai dan meriah sekali gelaran budaya di Kampung Laweyan, dilanjutkan Fashion Batik Solo 2024, Pajang. Kini giliran kampung Sondakan punya gawe budaya pada (12-16 Oktober) dengan Tajuk Sondak Art, dilanjutkan  dengan Solo International Art Camp di Ndalem Priyo Suhartan yang ada di Jalan Perintis Kemerdekaan," terang Hernot.

Ditambahkan Hernot, kabarnya SIAC akan mendatangkan tamu tamu wakil duta besar negara sahabat Indonesia. Sedangkan Event Napak Budaya (NBS-12) akan direncanakan berlangsung pada (17/11) mendatang event KH Samanhudi. "Sekaligus juga akan di gelar dari Dinas Pariwisata di Ndalem Priyo Suhartan Sondakan Wetan, Jalan Perintis Kemerdekaan, lengkap. Ada SIAC lanjut NBS-12," terang Hernot Sarwani.

Ditambahkan Ir Hernot Sarwani yang juga budayawan wayang kulit sekaligus seorang ustadz itu, padat sekali gelaran budaya nantinya yang diawali dari ziarah ke makam Ki Sondoko, Ki Ageng Henis, kirab budaya serta beragam tarian gambyong serta ketoprak ngampung "Kawitan Dusun Sondakan" Sholawat mocopat, Merti Sondoko hingga medar Sabdo. Bahkan ada tarian milenia Wonderland Indonesia.

Masih ada pula semacam tarian jaranan, drama musikal, Keroncong Gema LPMK. Tidak ketinggalan bagi penyuka musik cadas, akan dihadirkan "Rock In Ringin" sebagai puncak acaranya FAST BAND, SOLO JUDAS, FRANTIC dan FLASH ROCK dan pastinya tidak akan terlupakan gelar bazar UMKM pada setiap harinya (13-16/10) "Keplek Ilat Sondakan"' Meriah bukan? Datang saja nantinya ke Kantor Kalurahan Sondakan, Solo. Pasti tidaklah mengecewakan. 

"Belum selesai sampai di situ. Bulan Nopember, Kampung Sondakan juga masih punya gawe budaya. Event tahunan KH Samanhudi sekitar (17/11) yang segera disusul dengan gelar budaya dari Dinas Pariwisata Solo di Ndalem Suhartan, Sondakan Wetan," pungkas Hernot, bangga. #Yan 1.

Syech Jogo Balung Buka Pengobatan Spiritual Gratis Di Banaran

Oktober 06, 2024


 Syech Jogo Balung (kaos hitam) dengan puluhan rekan spiritualnya dari FKPPAI buka praktek pengobatan gratis di Aula Kantor Kalurahan Banaran, Grogol, Sukoharjo. Foto ; Yani

GUGAT news.com SUKOHARJO 

Selama tiga hari berturut-turut dari hari Jumat, Sabtu dan Minggu (6/10) malam sekitar pukul 21.00 WIB adalah hari terakhir Syech Jogo Balung dan tim (FKPPAI ) Forum Keluarga Paranormal Penyembuh Alternatif Indonesia, cabang Jawa Tengah menggelar acara bakti sosial dengan melakukan pengobatan massal gratis secara medis non medis di ruangan Pendopo Kantor Kalurahan Banaran, Grogol, Sukoharjo.

Kepada GUGAT news yang menjumpai di sela sela kegiatan bakti sosial, Syech Jogo Balung mengungkapkan jika selama tiga hari membuka praktek penyembuhan secara gratis bersama puluhan anggota FKPPAI, antusias pengunjung bagus sekali. Baik yang berdatangan dari wilayah Banaran sendiri juga di luar kota Soloraya juga berdatangan. Ada yang datang dari Ngawi, Jawa Timur dan Jogjakarta. "Alhamdulillah...mereka datang dan pulang dengan membawa kesembuhan."

Tidak kurang dari sekitar 100 pasien berdatangan pada setiap harinya ke Pendopo Kantor Kalurahan Banaran yang dipakai untuk praktek FKPPAI, penyembuhan yang dimulai dari pukul 15.00 WIB-21.00 WIB, hampir kesemuanya berkeluh kesah tentang sakit di seputaran nyeri tulang tulang sendi, saraf kejepit, kaki dan tangan sering kesemutan, kebas, reumatik, mata rabun. Namun ada pula yang mengeluh tentang penyakit spiritual. Sulit tidur serasa dihantui dan hati tidak tenang jika malam mulai datang.

"Alhamdulillah...FKPAAI memiliki bidang itu semuanya, dan langsung ditangani oleh ahlinya. Baik itu penyakit medis dan non medis. Misalkan tulang dan persendian langsung di tangani oleh ahli juru sembuhnya yang memang pada bidang penyakitnya. Reumatik menahun, saraf kejepit juga dipegang oleh juru sembuhnya khusus tersendiri. Jadi FKPAAI praktek pengobatan gratis ini sesuai bidang keterampilan masing masing. FKPAAI, profesional," terang Syech Jogo Balung selaku Ketua FKPAAI Jawa Tengah.

Sementara itu, Riyanti (58) warga asal Cemani, Grogol, Sukoharjo yang selesai dari pemijatan terapi pada sekitar kedua kakinya mengaku sudah mulai baikan. Lutut sudah terasa enak untuk dipakai berdirinya, termasuk berjalan serta telapak kedua kakinya juga sudah mulai terasa membaik, tidak semutan dan kebas lagi bahkan serasa enteng dipakai berjalan. "Alhamdulillah...selesai dari terapi  di seputaran telapak kaki hingga paha, semua kelihatan nyeri pada kaki mulai sembuh," ujarnya tersenyum ceria.

Lain halnya dengan Sutanto (60) yang mengaku warga Banaran, disebabkan faktor obesitas, kegemukan, sehingga tumpuan pada kaki, khususnya pada lutut terasa berat saat hendak dipakai berdiri dari tempat duduknya. Namun keluhan itu semua kini berubah menjadi kegembiraan setelah diterapi oleh juru sembuh FKPPAI. "Alhamdulillah...sudah mulai enteng untuk berjalan, namun katanya juga tetap harus bisa untuk mengurangi berat badan agar bisa lebih sehat lagi," ujarnya bangga.

"Selesai dari Kalurahan Banaran, Grogol, Sukoharjo ini, saya sudah ada semacam penawaran untuk bakti sosial di daerah Kabupaten Sragen juga dalam waktu dekat wilayah Klaten. Intinya FKPAAI siap untuk membantu sesama dalam spiritual dan kesehatan di manapun berada dan kami profesional. Meski gratis, penyembuhan kami tetap maksimal dan serius," pungkas Syech Jogo Balung. #Yani.

FBM Himbau Agar Pemkab Sukoharjo Apresiasi Tersendiri Makam Bersejarah Peninggalan Pajang. Mayang Panembahan Wana Citra

Oktober 06, 2024

Bendoro Raden Mas (BRM) Dr Kusumo Putro SH MH saat berziarah sekaligus bersih bersih di makam bersejarah peninggalan leluhur Kasultanan Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya. Mayang Panembahan Wana Citra.

GUGAT news.com SUKOHARJO 

Sebagai konsekuensinya selaku Ketua Forum Budaya Mataram (FBM) sekaligus sosok tokoh masyarakat, yang dalam hal ini generasi muda, serta Advokat cukup kandang di Kota Solo yang pastinya sangat faham akan hukum dan segala perundanganya, BRM Dr Kusumo Putro SH MH, mengaku miris, prihatin dengan menyaksikan langsung di saat berziarah ke makam Mayang Panembahan Wana Citra peninggalan sejarah leluhur agung Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam,

"Miris hati saya melihat kondisinya makam bersejarah yang ada di Kampung Sonojiwan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo dan persis di tepi Sungai Brojo yang jelas sangat memiliki nilai bersejarah itu, adalah Mayang Panembahan Wana Citra, Penasihat, konsultan ahli spiritual dan solusi segala persoalan di seputar rakyat di jaman keemasan Kerajaan Kasultanan Pajang, Sultan Hadiwijaya. Mangkrak sangatlah memprihatinkan," ujar BRM Dr Kusumo Putro SH MH, seraya mengelus dada.

Bukan tanpa alasan, jika Ndoro Kusumo sapaan akrab BRM Dr Kusumo Putro SH MH itu mengaku miris dan prihatin. Bagaimana tidak, melihat langsung dari kondisi ubin pusara makam yang mulai tampak pecah disana sini, genteng juga melorot pecah sehingga bolong lantaran kayu kayu penyangga cungkup makam mulai rapuh di makan usia. Pagar rubuh. Sedihnya lagi, senantiasa terus tertimpa air hujan  langsung sekaligus dari genangan banjir air Sungai Brojo di saat meluap. Bisa dipastikan lagi, adanya tumpukan sampah menggenang di area makam Mayang Panembahan Wana Citra.

Selaku Ketua FBM, tentu Ndoro Kusumo berhak untuk menghimbau dalam hal kebaikan bersama diantara warga masyarakat dan pemerintah. Khususnya Dinas Pariwisata Sukoharjo sekaligus Pemkab Sukoharjo, sumonggo, silakan diuri- uri, dilestarikan, dirawat akan peninggalan heritage bersejarah makam leluhur tokoh masyarakat sekaligus penasihat raja di jaman kemasyhuranya Kasultanan Pajang. Perlunya apresiasi dan perhatian khusus tersendiri, agar tidaklah menyesal di kemudian hari. Peninggalan sejarah mangkrak tak terurus.

Makam Mayang Panembahan Wana Citra, lanjut Ndoro Kusumo, bisa jadi merupakan bagian sejarah tersendiri untuk Kabupaten Sukoharjo. Kampung Laweyan di Kota Solo, juga sudah ratusan tahun terkenal dengan adanya Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis, ulama besar di jaman keemasan Kerajaan Kasultanan Pajang. Tidaklah menutup kemungkinan, kalau ditilik sejarahnya dari adanya Makam Mayang Panembahan Wana Citra, nantinya bisa menjadikan destinasi wisata sejarah dan religi tersendiri seperti halnya dengan Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis Laweyan.

Kalau dilihat sejarahnya, masih menurut penuturan Ndoro Kusumo, keberadaan Makam Mayang Panembahan Wana Citra ini bisa masuk dalam kategori Cagar Budaya yang harus dilestarikan, dijaga, pastinya apresiasi khusus hingga perlunya renovasinya dari peninggalan sejarah yang tampaknya akan rusak dan roboh kalau saja tidak disegerakan sikap untuk mengambil tindakan tegas, positif akan penyelamatan situs peninggalan sejarah. Pastinya, perlu adanya saling koordinasi dari Lurah, Camat, Bupati dan yang berkompeten dalam Cagar Budaya.

"Sesuai amanah Undang-undang (UU) nomor 11 tahun 2010, baik dimulai dari tingkat pemerintahan pusat hingga daerah hukumnya wajib dalam rangka melestarikan situs Cagar Budaya di seluruh tanah air. Sehingga dalam.hal ini pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan yang juga berkompeten wajib melaksanakan sesuai amanat UU Nomor 11 tahun 2010, merawat dan menjaga kelestarian peninggalan heritage bersejarah. Untuk kali ini, Makam Mayang Panembahan Wana Citra di belakang petilasan Keraton Kasultanan Pajang," tegas BRM Dr Kusumo Putro SH MH. #Yani.


 

Solo Batik Fashion 2024 Kurang Menarik Untuk Dinikmati Wong Cilik

Oktober 05, 2024


 Puluhan sponsor dari berbagai instansi pemerintah dan swasta dukung Solo Batik Fashion 2024 di halaman Pasar Tradisional Jongke, Pajang, Laweyan, Solo. Foto : A.A. Yani.

GUGAT news.com SOLO 

Sepertinya cukup disayangkan, Gelaran Akbar bertajuk Solo Batik Fashion 2024 yang digelar di halaman Pasar Tradisional Jongke, Pajang, Laweyan sepertinya kurang bermasyarakat. Bagaimana tidak, acara yang sudah ditunggu tunggu warga di sekitar area Pasar Tradisional Jongke harus kecewa. Bagaimana tidak, untuk masuknya harus ada undangan khusus tersendiri dari panitia.

Padahal, mereka datang berbondong-bondong dari Kampung Laweyan, Pajang, Sondakan, Bumi dan Purwosari yang tidaklah jauh dari lokasi Pasar Tradisional Jongke, harus gigit jari. Tanpa undangen dari panitia, jangan harapkan bisa masuk dengan leluasa menyaksikan lenggak-lenggok peragaan peragawati pamer tubuh dengan bulatan busana batik.

Dari informasi beberapa warga masyarakat kampung sekitar lokasi Pasar Tradisional Jongke yang harus menelan pil pahit, kecewa lantaran tidak membawa undangan tiket masuk khususnya dari panitia, GUGAT news mencoba untuk membuktikan, ternyata benar dan fakta. Harus membawa tiket undangan. Bahkan ID Card wartawan resmi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) tunjukkan juga tetap ditolak.

Yah...sudah balik kanan saja, keluar dari lokasi yang suasananya memang benar tampak indah, megah dan wah, serta ekseklusif sehingga serasanya kurang pantas jika dihadiri mereka orang orang pinggiran dari sekitar Pasar Tradisional Jongke, kecuali pejabat Kalurahan. Kalau tidak langsung pulang, yah kalau masih berkenan berdesak-desakan bisa nonton dari jarak jauh seberang jalan berdiri di atas trotoar.

Sebagai konsekuensinya, emosional di saat menyaksikan wanita wanita cantik dan pria tampan tengah berlaga dengan indahnya berjalan di atas catwalk, harus berhenti sejenak manakala melintas mobil berukuran besar, semacam bus dan truk boks. Termasuk terhalang pula layar lebar yang dipandang dari kejauhan saat melintas mobil berukuran besar. 

Memang begitulah suasana fashion busana apapun, tidak diperuntukkan dan gratis bagi masyarakat pinggiran. Dikhususkan bagi mereka orang orang penting, pengusaha, pejabat dan pastinya orang berduit. Apalagi emak emak di kampung yang sudah jarikan, dan ber uban jangan harap ada tempat untuk bisa melihat' lenggak-lenggok wanita cantik juga pria tampan di atas panggung mewah dan wah itu. #Yani.


Miris Heritage Masjid Laweyan Mulai Terkikis

Oktober 05, 2024


 Masjid Laweyan, Solo, (1546) tampak masih megah dan wah dari depan. Sayangnya nilai historis ratusan tahun silam sudah banyak dirubah. Foto: Yani

GUGAT news.com SOLO 

Belum lama ini, GUGAT news mencoba berkeinginan sekali untuk melakukan semacam investigasi langsung dengan yang berkompeten dalam kepengurusan di Masjid Laweyan, masjid tertua di Kota Solo dan merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15, semasa ulama besar Ki Ageng Henis. Sayangnya banyak menemui kendala.

Ketika bertemu dengan Marbot atau muadzin sekaligus kepala rumah tangga masjid bernama Rofik, sudah mulai tampak kurang bersahabat, ditanya soal adanya tumpukan batu alam berwarna kehitaman, dijawabnya singkat untuk dipasang biar suasana ruangan utama ber AC semakin sejuk. Dikonfirmasi masalah perijinan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), seakan keberatan menjawabnya. GUGAT news pun langsung melihat ruangan utama yang sudah sebagian tertutup batu alam temboknya.

Menariknya lagi, ada sekitar 4 jendela kayu jati berukuran besar besar peninggalan renovasi Sinuhun Paku Buwono (PB) X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pun harus ditutup dengan semenan batu bata merah. Total, jendela tidak kelihatan lagi tertutup rapat tembok batu alam hitam yang sudah mengelilingi bangunan ruangan utama Masjid Laweyan. Bisa dipastikan lagi, heritage bersejarah peninggalan leluhur Joko Tingkir habis tertutup batu alam.

Bukan jawaban bersahabat oleh pengurus harian Sutanto, melainkan sebuah kemarahan. Untung nya di Pendopo Masjid Laweyan saat itu hadir Ir Alfa Bella, tokoh masyarakat setempat Kampung Batik Laweyan sekaligus BPCB dari Sukoharjo, sehingga kemarahan Sutanto bisa sedikit diredam. Alfa Bella pun juga sempat terkaget kaget, lantaran belum ada surat perijinan dari BPCB atau instansi terkait di Solo. Tiada kesepakatan yang berbuah solusi baik, kami pun bubar jalan meninggalkan masjid.

Untuk lebih jelasnya, GUGAT news berusaha bertemu dengan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Adipati (KGPH Adp) Dipokusumo, salah satu Putra Ndalem Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang ditulis di susunan pengurus Masjid Laweyan sebagai dewan penasihat. Gusti Dipo panggilan akrab KGPH Adp Dipo Kusumo, pin kaget dengan pertanyaan GUGAT news seputar renovasi Masjid Laweyan yang belum mengantongi ijin dari BPCB.

"Saya sering lho bertemu di PMI Solo dengan Iqbal ketua umum pengurus di Masjid Laweyan. Sayangnya, Iqbal tidak pernah bercerita tentang pemasangan batu alam di ruang utama. Ya sudah mau bagaimana lagi kalau sudah terpasang, tinggal kita minta untuk mengurus perijinan. Sumonggo, silakan tidak perlu dibawa ke ranah hukum meski nilai historis mulai terkikis. Pastinya cukup disayangkan!"ujar Gusti Dipo, prihatin.

Ternyata apa yang menjadikan sikap Sutanto pun banyak disayangkan anak anak muda Kampung Batik Laweyan, hanya saja nasi sudah menjadi bubur, terlanjur hancur terkikis nilai sejarah Masjid Laweyan yang tertua di Kota Solo itu. Memprihatinkan, jelas pastinya.  Sepertinya papan dari BPCB yang mungkin dibersamakan dipasang di pintu masuk Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis tidak begitu diindahkan. Sehingga nekat saja merenovasi masjid tanpa alasan yang benar.

Berdasarkan investigasi GUGAT news dengan beberapa tokoh masyarakat di Kampung Batik Laweyan, ternyata Masjid Laweyan telah banyak mulai terkikis nilai historis nya. Miris bukan? Mungkin ini terjadi sebelum masuk BPCB sebelum tahun 2012. Kali pertama, tangga naik ke halaman masjid berupa perosotan sepeda telah dihancurkan. Pagar yang semula ada dua kayu jati balok, juga hilang digantikan besi tempa milenia.

Belum cukup disitu, jalan samping yang semula berupa pintu, kini ditutup dipindahkan ke timur dengan merobohkan bangunan tembok pagar. Kolah tempat air wudhu yang biasa diambil dengan tangan atau gayung sudah dihilangkan diganti dengan kran besi. Tidak terkecuali dengan lantai ubin tegel yang sudah diganti keramik putih. Bisa jadi, masih banyak lagi yang lainnya mengalami renovasi. Nah, miris bukan dengan kondisinya peninggalan sejarah mulai terkikis dan berubah menjadi milenia. #A.A. Yani.

Gusti Puger Tanggapi Santai Kehadiran Bacalon Gubernur Ahmad Luthfi Ke Keraton

Oktober 05, 2024


 Komjen Pol Akhmad Luthfi saat kunjungan silaturahmi ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang langsung diterima Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah bersama suami Kanjeng Pangeran (KP) Dr Edhie Wirabhumi SH MH. Foto : Yani.

GUGAT news.com SOLO

Menanggapi kunjungan silaturahmi Bacalon Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol Akhmad Luthfi ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang langsung diterima GKR Wandansari Koes Moertiyah yang akrab disapa Gusti Mung dan suami KP Dr Edhie Wirabhumi SH MH serta salah satu Putri Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GKR Timur Rumbai, ditanggapi santai saja oleh Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger.

Selain merupakan salah satu Putra Ndalem Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GPH Puger juga merupakan kakak kandung dari Gusti Mung yang sepertinya tampak dingin dingin saja, santai dengan adanya kehadiran Komjen Pol Akhmad Luthfi bersama tim suksesnya Bacalon Gubernur Jawa Tengah ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat belum lama ini.

"Ya sumonggo, silakan saja memang dahulunya sebelum konsisten dengan kondisi keraton, adik saya Gusti Mung ini dikenal sebagai politisi yang duduk di DPR RI, sehingga sah dan wajar saja kalau saatnya Pilkada ini, beliau kembali muncul namanya, meski tidak terjun sepenuhnya ke kancah perpolitikan. Ya Paling dimintai semacam dukungan. Mungkin demikian pula dengan Pak Luthfi. Sepenuhnya saya tidak tahu maksud dan tujuan pertemuan itu," jelas Gusti Puger, tersenyum.

Sebagai budayawan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, lanjut Gusti Puger, dirinya tidak pernah terjun langsung ke dunia perpolitikan di tanah air, sehingga lebih memilih fokus berkegiatan di seputaran budaya. Sesuai dengan AD/ART masalah keberadaan PAKASA (Paguyuban Kawula Keraton Solo) yang dibuat oleh Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sekitar tahun 1931, aturan nya jelas, PAKASA tidsk berpolitik. "Ini Gusti Mung juga tahu," ujar Gusti Puger singkat.

Bahkan kabarnya, masih menurut penuturan Gusti Puger, selain Bacalon Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol Akhmad Luthfi, juga akan ada kunjungan silaturahmi dari Bacalon lainnya. Jenderal Andika Perkasa dalam waktu dekat ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. ' Untuk ini, saya tidak tahu kunjungan akan ke mana, LDA Gusti Mung atau Sinuhun PB XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kalau saya, santai saja karena tidak bersangkutan. Sumonggo, silakan saja yang berkepentingan!" kembali Gusti Puger menegaskan.

Bukan tanpa alasan, jika beliau Gusti Puger mengatakan demikian. Pasalnya, dari semenjak tahun 2016 hingga sekarang ini, dirinya untuk sementara waktu lebih memilih tinggal di luar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk kegiatan lain yang tetap saja seputar kegiatan budaya. Dari pembicaraan seminar hingga pertemuan dengan mahasiswa Universitas dari berbagai Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia.  "Tutorial budaya, sehingga lupa berpolitik," pungkas GPH Puger tersenyum santai. #A.A. Yani.


Ziarah Ke Makam Panembahan Wana Citra Penasihat Joko Tingkir

Oktober 04, 2024


 Pusara makam Mayang Panembahan Wana Citra, Penasihat, konsultan ahli spiritual dan segala persoalan dari jaman Kerajaan Pajang Joko Tingkir Abad 15 silam. Foto : Ist.

GUGAT news.com SUKOHARJO.

Diterangkan kepada GUGAT news oleh salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB ) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, beliau adalah Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger disela-sela kegiatan Hari Batik Nasional di Kampung Batik Laweyan, Solo, jika di belakang petilasan Keraton Kasultanan Pajang, di daerah Kampung Sonojiwan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, ada peninggalan sejarah berupa makam kuno.

"Di pemakaman umum Kampung Sonojiwan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, tepatnya di belakangnya petilasan Keraton Kasultanan Pajang, Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam, ada peninggalan sejarah berupa makam Mayang Panembahan Wana Citra. Itu yang saya baca dari ejaan tulisan Jawa yang ada di pusara batu hitam berundak, bersusun 7, Pitu lungan atau pertolongan," jelas GPH Puger.

Ditambahkan Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, budayawan dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini, kalau ditilik dari namanya Mayang, selain nama Desa Mayang saat itu dan tak jauh dari Kerajaan Pajang, bisa jadi berasal atau tinggal di Desa Mayang. Bisa pula, ada dan berkaitan persaudaraan dengan  Tumenggung Mayang, kepercayaan Sultan Hadiwijaya. Panembahan, merupakan sesebutan penasihat, paranporo, tempat bertanya sekalian solusinya atau ahli spiritual dan semacamnya, sehingga banyak dimintai pertolongan.

Untuk Wana yang berarti hutan atau Alas, bagian dari penguasaan hutan di sekitar Mayang. Dahulunya di sekitar Kerajaan Pajang masih banyak ditemui pohon pohon berukuran besar seperti hutan. Sedangkan untuk Sebutan Citra, lanjut Gusti Puger, bermakna karakteristik, sikap, Budi pekerti yang baik, Akhlakul Karimah. Sehingga disebutkanlah sebagai orang yang biasa diminta pertolongan lantaran kedekatannya penghambaannya dengan Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, Allah SWT. Sehingga doanya kepada siapapun selalu terkabulkan.

Dari sebutan namanya, kembali ditegaskan oleh Gusti Puger, beliau pada saat termasyhurnya Kerajaan Sultan Hadiwijaya, Kasultanan Pajang, dimungkinkan menjadi paranporo, tempat untuk bertanya bagi banyak orang untuk memecahkan segala permasalahannya serta solusi terbaik sekaligus penasihat raja, Sultan Hadiwijaya Kerajaan Pajang yang tinggal di sekitar keraton. Sehingga di kebumikan di area sekitar Kerajaan Pajang.

"Sayangnya, kurang begitu terawat sehingga banyak tumbuh rumput rumput liar, rumput kering serta tumpukan sampah plastik. Karena ada di tepi Sungai Brojo peninggalan Joko Tingkir, mungkin saja sampah itu berasal dari endapan saat banjir di setiap kali hujan mengguyur. Sumonggo, bagi yang berkenan menguri-uri, melestarikan makam leluhur Mayang Panembahan Wana Citra akan membawa berkah tersendiri. Bagus sekali bagi peziarah yang memiliki profesi konsultan hukum, pengacara atau advokat," pungkas Gusti Puger, serius. #A.A.Yani.

Batik Al Qur'an Hanya Ada 1 Di Dunia Di Laweyan Solo

Oktober 04, 2024


 Owners Al Qur'an Batik sekaligus pemilik Butik Mahkota yang ada di Kampung Laweyan, Solo. Foto : Yani

GUGAT news.com SOLO.

Ditemui di ruang kerjanya, Muhammad Taufan Wicaksana pemilik Batik Mahkota yang ada di Kampung Laweyan, Solo, sekaligus juga owners dari Batik Al Qur'an yang kabarnya ada dan merupakan kali pertama di dunia, pastinya di Tanah air Indonesia mengungkapkan "Alhamdulillah....Batik Mahkota mampu selesaikan Batik Al Qur'an selama 4.5 tahun,"tutur Taufan panggilan akrab Muhammad Taufiq Wicaksana mengawali ceritanya.

Semula, lanjut Taufan, dari Bapaknya Ir Alfa Bella akan kepemilikan Al Qur'an yang kabarnya berasal dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan dan disamping tulisan atau ayat ayat Alquran itu bergambarkan semacam lukisan batik yang sangat bagus dan indah pastinya. Dari situlah, terilhami benak ini akan perlunya Mushaf Al Qur'an dibuat batik. "Saat itu pula, kami langsung berkoordinasi, diskusi dengan beberapa Kyai dan Ustadz. Alhamdulillah... terjadilah seperti saat ini, Pertama kali di dunia adanya Al Qur'an Batik di Laweyan," ujar Taufan bangga.

Persiapan panjang pun segera dimulai, yang pada saat itu tahun 2016 bulan Ramadhan dan selesai sudah pada pertengahan tahun 2021, selama 4.5 tahun selesai total menjadi Batik Al Qur'an berukuran cukup besar. Panjang 115 cm dan lebar 90 cm. Dengan banyak menghabiskan kain katun tidak kurang dari 500 lembar sekaligus 50 kg malam atau lilin. "Khususnya untuk pembatikan hanya dilakukan oleh 1 orang tim ahli dari Batik Mahkota," jelas Taufan.

Namun, masih menurut penuturan Taufan, untuk penjiplakan huruf huruf Al Qur'an ada dilakukan dari tim divisi penjiplakan, termasuk divisi ada pula tentang pewarnaan yang kesemuanya dikawal oleh quality control tersendiri. Sehingga bisa dipastikan lagi banyak memakan waktu, begitu dikoreksi quality control dan salah, harus diganti kain katunnya lagi. "Alhamdulillah. tak banyak menemui kesalahan dan kendala begitu berarti."

Sepertinya wajarlah jika harus banyak menghabiskan kain katun, sekaligus lilin atau malam. Karena selain kain katun akan diganti disaat ada kesalahan serta Al Qur'an batik berikutnya motif hiasan di sampingnya, dibatik hanya pada satu permukaan dan bukan bolak balik seperti Al Qur'an ditulis di kertas. Kalau dibatik bolak balik halaman nya akan rusak, Lantara kain katun tembus dengan malam atau lilin. Sehinggaer tulisan huruf Arab nya tidak bisa terbaca.

Adakah yang tertarik untuk memilikinya dan membeli, buru buru Taufan segera menjawab," Banyak sekali, bahkan bukan hanya datang dari seluruh tanah air, melainkan tidak sedikit datang dari luar negeri yang berkeinginan untuk memilikinya. Hanya saja, kami belum bisa untuk membuka harga dan belum berniat menjual. Nanti saja bisa dikondisikan kalau serius akan membeli. Datang saja ke Mahkota Batik, Laweyan, Solo," pungkas Taufan. #Yani.

Menangis Di Pusara Makam Ki Ageng Henis

Oktober 04, 2024


 Satu dari 5 pintu masuk ke Makam atau Pasareyan Ndalem Kyai Ageng Henis Laweyan. Foto : A.A. Yani

GUGAT news.com SOLO 

Malam itu, Kamis (3/10) dinihari sekitar pukul 00.30 WIB, bukannya sepi akan kedatangan pengunjung yang saling berdatangan dari berbagai daerah di Soloraya bahkan Semarang, Jogjakarta, Surabaya hingga Jakarta melainkan semakin ramai memenuhi ruangan Paseban, peninggalan Sultan Hadiwijaya Kerajaan Pajang abad 15 silam, tempat beristirahat sebelum masuk ke makam Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis.

Malam dinihari itu juga, GUGAT news mencoba untuk melakukan semacam pendekatan untuk bisa melakukan wawancara dengan salah satu, syukur beberapa pengunjung yang berkenan ngobrol seputar maksud dan tujuannya berziarah dini hari ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis. Adalah Ki Ageng Henis, kakek dari pendiri Dinasti Mataram Islam, Panembahan Senopati, salah satu Putra dari Ki Ageng Pemanahan dengan Nyai Sabinah.

Adalah Bawor (50) salah satu warga dari Kampung Kabangan, Bumi, Laweyan, Solo yang setiap Kamis malam dinihari selalu berjalan kaki dari rumahnya untuk melakukan tirakatan, ziarah ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis. Sebelum masuk makam leluhur Agung sebagai cikal bakal berdirinya Dinasti Mataram Islam, terlebih dahulu ambil air wudhu dan melakukan shalat Sunnah dua rekaat, tahiyatul masjid barulah masuk ke area Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis.

"Kalau saya pribadi, memang setiap Kamis malam dinihari hari jalan kaki dari rumah ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis. Selain mendoakan leluhur leluhur agung yang sumare, dikuburkan di Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis, saya banyak belajar sejarah dari mereka peziarah tentang siapa Ki Ageng Henis. Kalau masalah hajat, saya sudah minta setelah selesai dari Tahiyatul Masjid di Masjid Laweyan," ujar Bawor yang berjalan kaki tidak kurang 2 km dari rumah ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis.

Akan halnya dengan Ghufron (52) yang mengaku datang dari Demak bersama rombongannya yang pesertanya hampir kesemuanya berprofesi sebagai seorang juru sembuh atau semacam konsultan spiritual Jawa, sering datang ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis itu memang ada maksud dan tujuannya masing-masing. Intinya, mencharger atau mengisi kembali bobot spiritual yang akhirnya mempunyai kapasitas lebih ilmu spiritualnya, dampaknya akan laris manis kedatangan tamu.

"Memang dari diantara kami selaku spiritual, bisa sampai menangis nangis saat berziarah ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis. Kalau masalah yang itu, pastinya pribadi mereka masing-masing yang tahu, kenapa harus sampai begitu terharu dan menangis. Sebenarnya bukan hanya dari para spiritualis saja, juga tak sedikit yang dilakukan mereka peziarah sampai menangis di tengah keheningan malam di Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis. Mungkin karena saking khusyuknya ya saat berdoa di depan pusara makam Ki Ageng Henis atau lainnya," jelas Ghufron, tersenyum.

GUGAT news malam dinihari itu berusaha untuk bisa bertanya kepada salah seorang peziarah yang menangis saat berdoa di depan pusara makam Ki Ageng Henis. Adalah Nugroho (45) asal Semarang yang masih aktif berdinas di TNI mengaku sampai bisa menangis saat berziarah ke Pasareyan Ndalem Ki Ageng Henis, lantaran mengenang akan kebesaran beliau saat berjuang untuk menegakkan keadilan sekaligus kebenaran Islam di Pajang sekitar nya. Sehingga tak mengherankan lagi, Ki Ageng Henis melahirkan raja raja Dinasti Mataram Islam. #Yani.

Siti Hinggil Lor Lebih Mewah Dari Siti Hinggil Kidul Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Oktober 03, 2024


 Sitihinggil Lor (utara) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tampak wah dan mewah jika dibandingkan dengan Sitihinggil Kidul yang kini tampak kumuh. Foto: Yani

GUGAT news.com SOLO 

Sepertinya apa yang telah disampaikan oleh beliau Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, benar dan menjadikan fakta kenyataannya. "Sitihinggil Lor lebih gagah dari pada Sitihinggil Kidul yang tampak kumuh," urai GPH Puger mengawali kisah penuturan sejarah Sitihinggil keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat baik yang ada di lor atau Kidul (selatan)

Dijelaskan Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger jika siti itu bermakna tanah sedangkan Hinggil berarti Tinggi. Sehingga arti keseluruhan menjadi tanah tinggi yang ada berdekatan dengan Alun alun Lor juga kidul. Sebelum adanya revitalisasi hingga sekarang ini, kondisi Siti Hinggil Kidul tampak kumuh, kotor dan berbau. Bisa dimaklumi, lantaran dipergunakan sebagai kandang Kebo Bule untuk sementara waktu.

"Karena kondisi tanah duwur atau tinggi, sehingga pada saat itu dipakai semacam untuk lokasi pengintaian sekaligus penembakan terhadap musuh Belanda yang datang serta untuk sarana benteng pertahanan. Baik Sitihinggil Lor juga Kidul, sehingga di tempatkan ada beberapa senjata meriam. Itu ratusan tahun silam. Semoga saja nantinya Sitihinggil setelah Direvitalisasi akan tampak wah, mewah dan gagah sehingga tidak kumuh lagi,"harap Gusti Puger.

Setidaknya, lanjut Gusti Puger, akan tampak wibawa dan cakraknya, gagah tak lagi kumuh , kotor dan berbau meski tidak seluas bangunan Sitihinggil Lor , namun tampak kembali bersinar. Selain lebih luas lahan tanahnya, sehingga tidaklah mengherankan lagi jika ada beberapa ruangan yang ada di area Sitihinggil Lor. Termasuk ada sekitar 9 meriam artileri juga bekas lokasi pemakaman Ki Gede Solo yang kini dipindahkan ke sekitar Mloyokusuman, timur Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Bahkan masalah keberadaan senjata artileri meriam, masih menurut penuturan Gusti Puger, di Sitihinggil Kidul paling hanya tinggal ada 2 dan salah satunya dipinjam oleh Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah. Tidak demikian dengan Sitihinggil Lor, selain ada 9 meriam yang bisa disentuh dan dilihat langsung, ada satu meriam yang pantang dilihat langsung apalagi disentuh oleh sembarang orang kalau tidak ingin kena walad atau celaka. Yaitu Meriam Nyai Setomi.

Keberadaan Meriam Nyai Setomi ini tertutup rapat di ruang kaca yang masih diselimuti kain berwarna putih. Kabarnya, pasangannya Kyai Setomo terawat rapi di Gedung Museum Jakarta yang dahulunya dipakai oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo saat berperang melawan VOC Belanda di Batavia atau kini Jakarta. Biasanya pada bulan Maulud saat bersamaan dengan dikeluarkannya Gamelan Sekaten Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Meriam Nyai Setomi dijamasi, dibersihkan.

"Selain di Sitihinggil Lor ada sejumlah meriam dan bekas makam Ki Gede Solo serta Meriam Nyai Setomi juga ada ruangan untuk menyimpan gamelan serta ruang Sitihinggil Lor yang cukup luas itu sehingga biasa dipakai acara pementasan kegiatan budaya. Ada pula Bangsal untuk peristirahatan serta ruangan yang saat itu saya pakai siaran radio budaya musik keroncong khususnya. Untuk sementara ini Kerti Projo Radio belum siaran lagi."pungkas GPH Puger sambil menambahkan Sitihinggil Lor lebih sejuk udaranya karena banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang dan berukuran besar. #Yani.