MAKN Di Era Revolusi Industri 4.0 Dan Perlunya Memulai Revolusi Industri 5.0

Juni 24, 2020
Rabu, 24 Juni 2020


Kanjeng Pangeran (KP) Edhie Wirabhumi saat melakukan telekonferensi dengan puluhan anggota MAKN. Foto : Dokumen Pribadi.
-------------------------------------------------
GUGAT86.com. SURAKARTA. 
 Revolusi Industri yang terjadi sejak abad ke-19 kini makin  menunjukkan perkembangan pesat, yang merubah tatanan kehidupan masyarakat di muka bumi dalam  berbagai aspek kehidupan manusia, dari bidang budaya, struktur sosial, sistem perekonomian, sistem politik, sampai pada banyak hal lainnya.
2.  Sejak beberapa tahun belakangan terasakan bahwa kemajuan iptek yang seharusnya dapat dinikmati masyarakat di berbagai penjuru dunia ternyata tidak selalu menguntungkan mereka, terutama masyarakat kelas bawah yg mengalami keterbatasan untuk berkembang maju menjadi insan  produktif untuk  meraih nilai-tambah ekonomi maupun nilai-tambah sosial budaya bagi dirinya.
3. Revolusi industri berkelanjutan dan menciptakan masalah baru. Albert Einstein, tokoh besar  dalam kemajuan ilmu yang ia sendiri berkali-kali menjadi pionirnya,  sempat gelisah (1950) karena kemahiran itu  menjadikan manusia sebagai budak dari lingkungan teknologinya, lebih celaka lagi manusia menciptakan yang dapat memusnahkan sesama manusia. 
Saat ini kita mengenal apa kita sebut sebagai _creative destruction_ (kreativitas yang menghancurkan capaian kemajuan yang sebelumnya) ataupun yang kita sebagai _innovative disruption_ (kekacauan atau kerusakan yang inovatif). Para ilmuwan di dunia mulai membahas permasalahan ini.
4. Intinya: kemajuan-kemajuan iptekkom dan digitalisasi yang diciptakan demi kemaslahatan manusia di dunia, ternyata menghambat manusia sendiri utk melaksanakan tugas alamiahnya sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna (sebagai _Khalifatullah)_.
5. Teknologi robotik dihasilkan oleh kecanggihan otak manusia utk menggantikan keterbatasan kemampuan manusia yang hanya robot bisa melaksanakannya sebagai ganti dari  peran manusia demi melindungi keselamatan dirinya. Namun dengan  ciptaan-ciptaan teknologi robotik canggihnya itu, ada sisi humanisme yang  tidak dapat tergantikan oleh kreasi-kreasi canggih robotik, antara lain yang berkaitan dengan faktor psikologis, yaitu  tentang  sifat manusia berupa kepekaan, sebagai sarana membangun  kepedulian, rasa kasih-sayang, empati, _compassion_, untuk memenuhi kebutuhan batin manusia yang tak terditeksi oleh teknologi robotik. 
6. Teknologi digital sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupan masa kini dan di masa depan, namun   manusia tidak seharusnya mereduksi harkat-martabat dirinya sebagai _Khalifatullah_, artinya manusia  tidak menjadikan dirinya sebagai budaknya robot. 
Dari satu sisi,  kemajuan teknologi,  dalam wujud _creative destruction_ ataupun _innovative disruption_, dorongan semangat kapitalisme untuk terus meningkatkan peran rakusnya sebagai _rent-seeker_ eksploitatif yang mengabaikan humanisme harus dihalangi dengan resistensi terhadap penindasan kspitalistik itu. Oleh karena itu kita harus mengangkat peran Negara untuk melindungi segenap warga negaranya. Kita perlu mengangkat peran baru bagi ILO untuk melindungi buruh internasional  dari _technological joblessness_ (pengangguran akibat kemajuan teknologi).
Manusia perlu menyadari hakekat eksistensialismenya sebagai pencipta karya-karya  seni-budaya adiluhung. Manusia akan kehilangan jadi-dirinya manakala jari-jari tangannya hanya menekan tombol-tombol mekanik (Schumacher, 1973).
Manusia tetap mempertahankan peran humanistiknya sebagai mahluk-sosial, untuk saling hidup  bahagia, saling hidup dalam kedamaian _(coexistence)_,  sadar akan tugasnya sebagai mahluk Tuhan untuk tidak membuat kerusakan di muka  bumi.
7. Pengalaman kita ketika terjadinya pandemi Covid-19 , ketika dilakukan _lockdown_, foto satelit bumi yang tadinya penuh warna kuning dan merah, kini didominasi hijau dan biru. Udara lebih segar, dan ini dapat mempengaruhi manusia untuk hidup lebih baik dari masa sebelumnya. Kerusakan terhadap atmosfer dan ozon itu adalah akibat dari _the limits to growth_   yang dilampaui oleh kaum  kapitalis (Club of Rome 1972), bahkan _limits to  growth_  telah lebih dilampaui pula menjadi _beyond the limits_  (Club of Rome 1992). Karena itu keseimbangan antara kemajuan iptekkom dan kemampuan manusia untuk  melanggengkan tugas kehidupannya  untuk senantiasa kreatif  menciptakan  karya-karya adiluhung yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kebudayaan dan  peradaban manusia, harus dilakukan  sebagai kewajiban memuliakan kehidupan, pada hari ini ke depan. 
Kita harus menata kehidupan _new normal_ berdasarkan  tugas humanistik manusia, menciptakan kebahagiaan hidup bersama.
8. Oleh karena itu kita (Indonesia) harus secepatnya bergabung dengan Revolusi Industri 5.0 yang lebih mengangkat dan memperhatikan peran sentral manusia untuk menghindari proses dehumanisasi.  Ada  pendapat yang kuat di kalangan beberapa akademisi agar Revolusi Industri 4.0 tidak dibiarkan mencapai puncak kematangannya untuk melakukan  destruksi kreatif dan disrupsi  inovatifnya dengan ganas. 
Mari kita mengedepankan  Revolusi Industri 5.0 yang lebih _human centered_, tidak kapitalistik ekploitatif, dengan  melindungi hak-hak asasi kaum buruh dari _joblessness_ akibat maraknya Revolusi Industri 4.0.
9. Revolusi Industri 4.0 harus dirubah visinya, dalam rangka mendukung terbentuknya _Human Centered Society._ "The Internet of Things" harus menjadi dasar kearifan baru untuk membuka berbagai peluang bagi manusia dan kemanusiaan. Dengan kata lain, transformasi ini harus mengarahkan manusia untuk meniti kehidupan yang lebih mulia dan bermakna. Dr Proses dehumanisasi harus dihindarkan. 
10. Proses Revolusi Industri 5.0 harus segera dilaksanakan dan berkelanjutan karena Revolusi Industri 5.0 itu didisain untuk memberikan pilihan-pilihan yang mampu memanusiakan manusia. 
Indonesia sebagai negara dengan ekologi yang kaya dan penduduk yang multikultural, yang budaya sukubangsanya telah melahirkan begitu banyak kearifan lokal dan kreasi-kreasi adiuhung serta inovasi yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya sifat dehumanisasi manusia, perlu mendukung Revolusi Industri 5.0. 

Demikian disampaikan dalam siaran persnya oleh tamu kehormatan yang juga Ketua Umum Persatuan Keluarga Putra Putri Perintis Kemerdekaan Indonesia, Prof dr Meutia Hatta.


Peranan Majelis Adat Keraton Nusantara (MAKN)

1. MAKN sebagai organisasi yang berkaitan dengan upaya menjaga, merawat dan memperkaya  _(nguri-uri_) eksistensi dan  peranan Majelis Adat Keraton Nusantara utk pemajuan kebudayaan dan peradaban tinggi bagi Bangsa Indonesia,  harus tetap tangguh dan  produktif serta inovatif berkarya. 

 Menjelang peringatan 75 tahun kemerdekaan Indonesia di tahun 2020 ini,  insan-insan keraton yang secara turun-temurun  akrab dengan karya-karya adiluhung yang sudah  dihasilkan sejak masa lalu, baik sebelum kemerdekaan Indonesia, maupun di era kemerdekaan saat ini, harus menjadi pionir untuk kemajuan dan pengembangan serta memperkaya kreasi-kreasi masing-masing  keraton, mengikuti tuntutan-tuntutan perkembangan mutakhir.

KESIMPULAN

1. Pada hakikatnya peranan kebudayaan dan peradaban adalah memurnikan usaha memanusiakan manusia. Pembangunan di samping harus kita lihat sebagai upaya berkelanjutan untuk memperluas kapabilitas manusia _(expansion of people's capability)_, proses mencerdaskan kehidupan bangsa (tidak sekedar mencerdaskan otak bangsa) menuju kesadaran akan harga diri dan kemartabatan (dignity). Pembangunan adalah juga berintikan proses humanisasi - proses membangun manusia seutuhnya menjadi manusia mulia.
2. Peranan  untuk pemajuan kebudayaan dan peradaban  dari Majelis Aadat Keraton Nusantara  (MAKN) ini perlu dikaitkan dengan tuntutan Revolusi Industri 5.0 yang bersifat  _human-centered society_, sehingga tidak kehilangan sifat tradisionalnya, namun sekaligus mampu mengakomodasi kemutakhiran. Artinya MAKN perlu menanamkan pada para anggotanya suatu komitmen nasionalnya sebagai _agent of development_ dan _agent of modernization_  untuk membangun manusia mulia tersebut,  yang merupakan Bangsa Indonesia.

Kesimpulan yang disampaikan KP Edhy Wirabhumi, selaku tuan rumah dalam penyelenggaraan telekonferensi HBH MAKN Silaturahmi Dan Diskusi Eksistensi  MAKN Di Era Revolusi Industri .4.0. "Semoga dengan memperkuat silaturahmi, MAKN semakin jaya di Era tatanan kenormalan baru paska Pandemi Covid-19," harap KP Edhy Wirabhumi di ruang kerjanya, Kamandungan. Minggu (21/6/2020) malam. # V1N/Yan 1.

-----081325995968-----



Thanks for reading MAKN Di Era Revolusi Industri 4.0 Dan Perlunya Memulai Revolusi Industri 5.0 | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS