Ngopeni Anak Macan : Jokowi, Muis Zulhas

Maret 06, 2023
Senin, 06 Maret 2023


Oleh :
Abdul Halim
(Jurnalis Muslim)


Pribahasa Jawa  "Ngopeni Anak Macan", bermakna  "Memelihara Anak Harimau." Ketika masih kecil anak Harimau yg ditinggal induknya di hutan dipelihara dengan baik seperti memelihara anaknya sendiri. Namun setelah besar, justru Harimau itu memakan dirinya sendiri. Dasar Harimau binatang buas dan berdarah panas. 

Ngopeni Anak Macan memang pernah terjadi dalam sejarah para Raja atau Sultan di Jawa. Seperti  yg dilakukan Panembahan Senopati (Danang Sutowijoyo) terhadap Sultan Hadiwijaya dari Kasultanan Pajang, yg akhirnya berhasil mendirikan Kasultanan Mataram Islam di Yogyakarta. Padahal Sutowijoyo (wafat 1601 M) yg merupakan putra Ki Ageng Pamanahan (Kyai Gede Selo, wafat 1584 M) adalah anak angkat Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir), dimana Joko Tingkir adalah menantu Sultan Trenggono dari Kasultanan Demak. Namun akhirnya Panembahan Senopati berhasil mengalahkan Sultan Hadiwijaya dan mendirikan Kasultanan Mataram Islam di Yogyakarta (1586 M). 


Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini 

Memang benar apa yg pernah dikatakan Ahli Sejarah Inggris, Arnold Tonybe, bahwa Sejarah memang akan selalu terulang. Pada zaman modern sekarang ini, sejarah itu terulang pada Jokowi terhadap Megawati, Muhaimin Iskandar (Muis) terhadap Gus Dur dan Zulkifli Hasan (Zulhas) terhadap Amien Rais. Ketiga Negarawan dan Guru Bangsa itu seperti dikhianati para muridnya sendiri yg dididik dan dibesarkannya dalam dunia politik nasional. 

JOKOWI-MEGAWATI

Megawati merasa dikhianati Jokowi yg ingin merebut kursi Ketua Umum DPP PDIP dari dirinya sekaligus menyingkirkan Putri Mahkotanya Puan Maharani untuk digantirkan Ganjar Pranowo sebagai Capres  dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang.


        Makanku Praktis dan tidak ribet 

Tidak hanya ingin menyingkirkan Mega dan Puan, Jokowi dan Ganjar juga akan melikuidasi Trah Sukarno dari PDIP jika Jokowi berhasil menjadi Ketua Umum PDIP dan Ganjar Presiden RI. Duet maut dua politisi kawakan itu diprediksi akan berhasil menyingkirkan Mega dan Puan dari Kepemimpinan PDIP. Padahal PDIP yg didirikan Mega pasca runtuhnya Orde Baru (1998), adalah kelanjutan dari PNI yg didirikan Sukarno (1927).

Benarlah apa yg pernah dikatakan Mega, bahwa Jokowi yg sekarang menjabat Presiden RI untuk periode keduanya, tidak ada apa apanya tanpa PDIP. Adapun yg dimaksudkan Mega adalah tanpa dukungan dirinya, Jokowi akan tetap menjadi Bakul Mebel di Kota Solo. Tidak mungkin Jokowi akan menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI dan Presiden RI tanpa dukungan dan sokongan politik dari Mega dan PDIP. Itulah akhlaknya Jokowi terhadap Suhu Politiknya yg telah membesarkannya, Megawati. Habis Manis Sepah Dibuang, Ditulung Malah Mentung !


Demi kekuasaan dan Dinasti Politiknya, Jokowi diam-diam ingin mengkudeta Mega melalui para penghianat di dalam PDIP sendiri.
Sehingga dapat diibaratkan, selama ini Mega telah memelihara Anak Macan, setelah besar justru memakan dirinya sendiri. Air susu dibalas air tuba.

MUIS - GUS DUR

Setali tiga uang dengan Jokowi. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Muis) yg telah dibesarkan Gus Dur sejak masih  mahasiswa di Yogyakarta, juga menghianati suhu politiknya itu sampai Presiden RI Keempat itu wafat pada 30 Desember 2009 dalam umur 69 tahun . Padahal Gus Dur lah sebagai Deklarator PKB yg menunjuknya menjadi Sekjen dan Matori Abdul Djalil sebagai Ketum PKB  yg pertama (1998).


Kali Pepe Land Destinasi Wisata di Desa Banaran Gagaksipat Ngemplak Boyolali 

Padahal sewaktu pertama hijrah ke Jakarta sehabis menyelesaikan kuliahnya di UGM dan IAIN Sunan Kalijaga, Muis diopeni Gus Dur di rumahnya. Semuanya itu berkat kebaikan hati Gus Dur yg masih punya hubungan kerabat dimana Muis sebagai keponakannya. Sebagai Ketum PBNU, Negarawan sekaligus politisi kawakan, di rumah itulah Muis bersama Saifullah Yusuf digembleng Gus Dur. Rupanya Gus Dur sudah punya firasat, kedua tokoh muda NU itu akan menjadi pemimpin masa depan bangsa dan negara. 

Namun yg diluar perhitungannya, Muis justru akan menjadi lawan politiknya di tubuh PKB dikemudian hari. Bahkan Muis sebagai Ketum PKB berani memecat Gus Dur dari Ketua Dewan Syuro PKB pada Muktamar Ancol 2008. Seandainya tanpa dukungan kekuasaan Presiden SBY waktu itu, mustahil Muis akan berhasil memenangkan pertarungan melawan Gus Dur dalam dualisme kepemimpinan PKB. Sampai Gus Dur wafat (2009), Muis belum meminta maaf kepada Gus Dur. Inilah yg menjadi pokok persoalan berlanjut sampai sekarang antara Muis vs Yenny Wahid, putri Gus Dur. Dapat diibaratkan, Gus Dur Ngopeni Anak Macan di dalam rumahnya sendiri dan di dalam partai yg didirikannya.

ZULHAS - AMIEN RAIS

Sebagaimana Jokowi dan Muis, Zulhas juga berkhianat terhadap Suhu Politiknya yg telah membesarkannya dalam PAN dan dunia politik Nasional, Amien Rais. Saking akrabnya hubungan antara guru dan murid, sampai keduanya berbesanan pada tahun 2011 lalu, Ahmad Mumtaz Rais dengan Futri Zulya Savitri dan sekarang mempunyai dua putra.


Keraton Surakarta Hadiningrat Destinasi Wisata di Kota Solo 

Namun ketika Zulhas berhasil menyingkirkan Amien Rais dari PAN dan menjadi Ketum PAN periode kedua 2020-2025 dengan backing kekuasaan rezim Jokowi, maka Amien Rais terpaksa keluar dari partai yg didirikannya dengan susah payah dan mendirikan Partai Ummat. Ternyata keluarnya Amien Rais dari PAN diikuti dengan bubarnya rumah tangga Futri dan Mumtaz. Apakah itu kebetulan atau ada faktor lainnya, kita tidak mengetahuinya. Tetapi yg jelas, Zulhas berusaha untuk merecalli anak anak Amien Rais yg masih aktif di PAN, apakah sebagai Pengurus DPP PAN atau anggota DPRD FPAN. Jadi sebenarnya Amien Rais telah Ngopeni Anak Macan. Setelah besar justru memakan dirinya sendiri bahkan anak anaknya.

Adapun perbedaan  antara Megawati, Gus Dur dan Amien Rais adalah, kalau Muis dan Zulhas berhasil menyingkirkan Suhu Politiknya Gus Dur dan Amien Rais; sedangkan Jokowi sampai sekarang belum berhasil mendepak Mega dari kursi Ketum PDIP dan Puan dari Balon Capres PDIP untuk digantikan Ganjar Pranowo.


Maka benarlah apa yg pernah dikatakan Wakil Ketua MPR sekaligus Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani. Menurutnya, jarang sekali politisi kita yang menunjukkan berterimakasih terhadap orang yang telah membesarkannya. Dalam tradisi politik kita, terimakasih adalah suatu yang langka, jarang dijumpai sepertinya ini menjadi suatu hal yang mahal. Orang yang dibesarkan partai, justru bersaing dengan partai yang membesarkannya, bersaing demi jabatan-jabatan. Adab politik kita telah dijauhi oleh pelaku politik kita.

"Ini sesuatu hal yang nyata. Maka para pemimpin kita harus kembali kepada Adab seperti yang diajarkan oleh orang tua kita, para pemimpin terdahulu kita. Hormat menghormati dan saling menghargai adalah sesuatu hal yang telah diajarkan puluhan bahkan ratusan tahun dalam tradisi kita. Tapi Akhlak atau Adab berterimakasih untuk tahu siapa yang memberi jasa saat ini sudah mulai hilang." (*)

Jakarta, Senin 6 Maret 2023















Thanks for reading Ngopeni Anak Macan : Jokowi, Muis Zulhas | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS