Rukyatul Hilal Adalah Jalan Tengah

April 20, 2023
Kamis, 20 April 2023


               Dr MS Kalono SH MSi

GUGAT news.com

Bismillahirrahmanirrahim

Rukyatul Hilal adalah Jalan Tengah

Oleh: DR. MS Kalono, S.H., M.Si.

Seperti sudah menjadi siklus tahunan, di setiap akhir Ramadhan dunia maya maupun dunia rasan-rasan di berbagai komunitas hingga di rumah tangga dipenuhi perdebatan tentang kapan akhir Ramadhan atau kapan jatuhnya tanggal 1 Syawwal? Tidak terkecuali Ramadhan tahun ini, tahun 1444 Hijriah, dipenuhi perdebatan kapan jatuhnya akhir Ramadhan, hari Kamis atau hari Jum’at? Jatuhnya tanggal 1 Syawwal pada hari Jum’at atau Sabtu?

Yang sangat memprihatinkan, perdebatan ini diikuti dengan klaim identitas bahwa jika mengikuti Muhammadiyah berarti beraliran _Hisab_ , sedangkan jika mengikuti Nahdlatul Ulama berarti aliran _Rukyah_ . Yang mengikuti Hisab memiliki pemikiran modern, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan mampu mengikuti perkembangan teknologi. Sementara yang mengikuti Rukyah adalah orang yang masih bertahan ketradisionalannya, karena tidak mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Tepat Untuk Haji 

Perdebatan yang meluas di umat Islam ini bermula dari keterangan pers pada Senin (6/2/2023), PP Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 Syawwal 1444 H jatuh pada hari Jum’at 21 April 2023. Keterangan tersebut berdasarkan Surat Edaran yang diterbitkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang keluar pada 29 Jumadilawal 1444 H bertepatan 23 Desember 2022 M. 

Surat Edaran tersebut  merujuk pada hasil Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang dipedomani selama ini oleh Muhammadiyah menyebutkan bahwa:

1. Pada hari Kamis Legi, 29 Ramadan 1444 H bertepatan dengan 20 April 2023 M, ijtimak jelang Syawwal 1444 H terjadi pada pukul 11:15:06 WIB.

2. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (f = -07° 48” LS dan l = 110° 21” BT) = +01° 47” 5’² (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam itu Bulan berada di atas ufuk.


3. Tanggal 1 Syawal 1444 H jatuh pada hari Jumat Pahing, 21 April 2023 M.

Sementara itu Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU)

pada tanggal 14 April 2023 memberikan keterangan yang pada pokoknya adalah:

1. Ijtima (konjungsi) terjadi pada Kamis Legi 20 April 2023 M pukul 11:16:38 WIB.

2. Ketinggian hilal di titik markaz Jakarta sebesar 1 derajat 55 menit 43 detik dengan elongasi 3 derajat 18 menit 23 detik dan lama hilal di atas ufuk 9 menit 29 detik. 

3. Posisi hilal pada 29 Ramadhan 1444 H di Indonesia belum memenuhi kriteria imkan rukyah (visibilitas hilal atau kemungkinan hilal teramati)

Nahdlatul Ulama, yakni 3 derajat untuk ketinggian hilal mar'inya dan 6,4 derajat untuk elongasi hakikinya (jarak antara bulan dan matahari). Selanjutnya penentuan tanggal 1 Syawal 1444 H bagi Nahdlatul Ulama adalah berdasarkan Ikhbar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yanng akan disampaikan pada Kamis (20/4/2023) malam.

Kali Pepe Land Destinasi Wisata di Desa Banaran Gagaksipat Ngemplak Boyolali 

Dari dua keterangan organisasi tersebut dapat diperoleh fakta:

1. Kedua organsasi menggunakan sama-sama menggunakan metode Hisab. Hasil Hisab untuk posisi hilal pada saat matahari terbenam sebagai pertanda berakhirnya tanggal 29 Ramadhan keduanya sangat mirip, yakni:

a. Muhammadiyah memperoleh hasil hisab ketinggian hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (f = -07° 48¢ LS dan l = 110° 21¢ BT) = +01° 47” 58’.

b. Nahdlotul Ulama memperoleh hasil hisab ketinggian hilal pada saat Matahari terbenam di titik markaz Jakarta sebesar 10 55” 43’ dengan elongasi 3 derajat 18 menit 23 detik dan lama hilal di atas ufuk 9 menit 29 detik.

Hal membuktikan bahwa narasi yang memframing Nahdlatul Ulama dalam menentukan tanggal 1 Syawwal hanya mengandalkan rukyat secara tradisional adalah tidak benar.

2. Yang menyebabkan potensi perbedaan adalah kriteria imkan rukyah, yakni visibilitas hilal atau kemungkinan hilal teramati pada saat matahari terbenam pada saat berakhir bulan (tanggal 29 Qomariah). 

a. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa jika menurut hisab mereka hilal sudah berada di atas ufuk, berapapun besarnya berarti hilal sudah berwujud (wujudul hilal), tidak harus dapat teramati dengan mata telanjang. Banyak orang menyebutnya melihat dengan teknologi atau ilmu pengetahuan.

b. Nahdlatul Ulama memberikan kriteria kemungkinan hilal dapat teramati adalah 3 derajat untuk ketinggian hilal mar'inya dan 6,4 derajat untuk elongasi hakikinya. Kriteria ini berdasarkan riset panjang para ahli falak (astronomi). Mereka mengkomparasikan hasil hisab dan hasil rukyah di hampir setiap akhir bulan Qomariah, sehingga ketemulah angka kriteria tersebut. Namun demikian para ahli falak tersebut dengan rendah hati memilih diksi imkan (kemungkinan), bukan pasti.

3. Keduanya dihitung dengan ilmu pasti, ilmu matematika, namun hasilnya tidak pasti atau berbeda.

Ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan waktu, sholat ada waktunya, puasa ada waktunya, hari raya ada waktunya. Semua sistem waktu digunakan, yakni sistem Syamsiah dan Qomariah. Oleh karenanya para Ulama Salaf dalam rangka memudahkan ibadah mereka menyusun kitab-kitab ilmu falak meski dengan sistem penghitungan yang rumit, sehingga  pada masanya menghasilkan para Ulama sekaligus ahli matematika dan astronomi. Terdapat puluhan madzhab hisab yang sekarang masih menjadi kajian di pesantren-pesantren. Masing-masing kitab tersebut memiliki data yang membuat kagum penulis, berapa lama para ulama tersebut melakukan riset sehingga menghasilkan data –data yang hingga kini masih dapat kita pergunakan di hampir seluruh belahan bumi. 

Kita sering melihat jadwal waktu sholat yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah atau ormas Islam. Pada bagian bawah senantiasa ditulis waktu ikhtiyat (kehati-hatian) + 2 menit adalah salah satu bentuk kahati-hatian para penyusun jadwal tersebut, dimana dalam melakukan hisab tidak jarang melakukan pembulatan-pembulatan angka sehingga akan berpengaruh pada hasil lebih kurang. Maka sangat kita pahami para ahli hisab yang menghitung hilal awal bulan juga sangat berhati-hati dengan penuh tawadlu’ bahwa apa yang dihasilkan bukanlah sebuah kepastian. Sehingga mereka membuka diri untuk dilakukan pengujian.

Jika terjadi dua perhitungan atau lebih yang berbeda, dua klaim kebenaran yang berbeda maka dalam tradisi ilmiah perlu dilakukan pengujian untuk mendapatkan hasil yang paling akurat. Membuktikan secara empiris merupakan jawaban akurat. Itulah rukyatul hilal. Sunnah Nabi Sholallahu ‘alaihi wa sallam penentuan awal bulan adalah rukyatul hilal. 

إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ

Artinya: Apabila kalian melihatnya (hilal Ramadan), maka berpuasalah, dan jika kalian melihatnya (hilal bulan baru), maka berbukalah. Tetapi jika mendung (tertutup awan) maka estimasikanlah (menjadi 30 hari). (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Sunnah rukyatul hilal masih sangat relevan hingga saat ini untuk menjadi penengah puluhan hasil perhitungan yang dihitung dengan ilmu pasti namun hasilnya tidak pasti karena menghasilkan hasil yang berbeda atau tidak pasti.

Meski menghasilkan ketidak pastian para ulama ahli hisab berpendapat ilmu hisab dari berbagai madzhab sangat dibutuhkan untuk membantu agar rukyah hilal awal bulan Qomariah menjadi lebih mudah, bukan untuk saling bertengkar dan membanggakan hasil perhitungan berbeda.

Marilah perbedaan kita sikapi dengan hati ikhlas sebagai ibadah karena Allah sesuai dengan bimbingan Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wassalam, dengan begitu insya Allah akan kita temui perbedaan adalah rahmah, bukan mencabik-cabik di tahun politik.

Wallahu a’lam bishowab.

Surakarta, 29 Ramadhan 1444 H














Thanks for reading Rukyatul Hilal Adalah Jalan Tengah | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS