iklan



FOKUS

Gusti Puger Sayangkan Perobohan Kopel Taman Sriwedari


 Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

GUGAT news.com SOLO 

Ditemui di Ndalem Kapugeran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat belum lama ini, KGPH Puger mengaku sangat menyesalkan, menyayangkan dengan adanya perobohan kopel atau semacam gazebo ruang peristirahatan  raja dan keluarganya yang ada di Taman Sriwedari, tepatnya berada di tengah segaran kolam air berukuran besar yang saat itu dibangun oleh Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. "Robohnya Kopel kami!"

" Saya tidak tahu kenapa saat hendak melakukan renovasi segaran Taman Sriwedari, tanpa kudu berpikir panjang lagi langsung merobohkan bangunan Kopel rata dengan tanah bahkan dengan air kolam segaran?  Mungkinkah saat itu sebelumnya sudah berkonsultasi dengan Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) atau setidaknya Walikota memanggil Dinas Pariwisata untuk berkoordinasi ya? Tanpa kecuali koordinasi dengan ahli waris, bagaimana sebaiknya untuk renovasi peninggalan Sinuhun PB X yang baik?" tanya KGPH Puger.

Ditambahkan Gusti Puger, panggilan akrab KGPH Puger, dirinya mengaku merasa terkejut manakala tengah bermain ke Taman Sriwedari yang hendak memberikan makanan sayuran kangkung kepada puluhan rusa di Taman Sriwedari begitu melihat langsung robohnya Kopel, tempat raja dan keluarganya beristirahat sambil menikmati indahnya gemericik suara air kolam segaran sekaligus semilirnya angin dari pepohonan rindang. "Lha kok kopel nya roboh," gumam Gusti Puger lirih.

Masih menurut penuturan Gusti Puger, saat itu oleh Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, selain Kopel dipergunakan untuk lokasi peristirahatan Sinuhun dan keluarga guna menikmati indahnya suasana Taman Sriwedari serta merta untuk menikmati alunan musik yang ada di arah tenggara dari Kopel. Banyak sekali area hiburan di Taman Sriwedari ini dibuat oleh Sinuhun PB X, tanpa terkecuali kebon binatang. Kini kesemuanya tinggal kenangan yang telah hilang wujudnya.

" Tidaklah mungkin bangunan Kopel di tengah segaran kolam air di Taman Sriwedari itu bisa dikembalikan. Ya sudah mau apa lagi, sudah roboh rata dengan tanah dan air kolam. Bukannya robohnya surau kami melainkan robohnya Kopel Sinuhun PB X. Ya sudah mau apa lagi? Hanya saja yang menjadikan pertanyaan, apakah Pemkot Surakarta atau instansi lainnya jika melakukan renovasi, revitalisasi itu harus meruntuhkan bangunan Cagar Budaya? Ini Saya pribadi yang tak bisa menerima itu. Ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur," pungkas KGPH Puger menahan rasa sedih. #Yani.

BACA JUGA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1











Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close