iklan



FOKUS

Harga Perak Melambung, Koleksi Lawas Kerajinan Perak Mulai Dilebur


 Priyo Salim, Pengusaha Salim Silver Jewelry saat pidato pada festival perak Kotagede 2025.

GUGAT news.com JOGJAKARTA 

Krisis bahan baku perak murni (acir) kini mencapai titik paling genting di Kotagede. Kenaikan harga perak di pasar nasional yang menembus Rp 29.100 per gram (17 Oktober 2025), naik tajam dari Rp 27.632 per gram dua hari sebelumnya, telah mengguncang seluruh ekosistem industri perak Yogyakarta. Dalam situasi ini, yang hancur bukan sekadar ekonomi, tapi juga budaya yang telah hidup ratusan tahun.

Lonjakan harga membuat para pedagang bahan baku menahan stok karena takut merugi. Akibatnya, pengrajin kehilangan akses bahan produksi. Banyak pengusaha terpaksa melebur koleksi perak lama, bahkan karya seni bernilai sejarah, demi menjaga kelangsungan kerja para karyawan.

“Banyak pengrajin yang mencairkan koleksi perak jadi bahan acir untuk melanjutkan produksi. Kalau tidak begitu, karyawan tidak bisa bekerja, pesanan tidak bisa diselesaikan,” ujar Priyo Salim, pengusaha perak Kotagede sekaligus pemilik Salim Silver Jewelry, saat berbicara di hadapan Kepala Dinas Perindustrian Kota Yogyakarta dalam forum diskusi terbatas di Eks Tom’s Silver, Jalan Ngeksigondo, Kotagede, Rabu, 23 Oktober 2025.

Menurutnya, fenomena ini adalah sinyal bahaya yang menandai bukan hanya krisis ekonomi, tapi juga kehancuran budaya. “Setiap kali kami melebur karya lama, rasanya seperti menghancurkan sejarah sendiri. Ini bukan soal uang. Ini soal jiwa budaya yang lahir di Kotagede sejak masa Senopati,” ujar Priyo dengan nada getir.

Rantai yang Terputus

Krisis bermula dari rantai pasok yang macet. Para pedagang bahan baku memilih menahan barang karena harga perak global berfluktuasi tajam dan pasokan sulit didapat. Mereka takut menjual murah hari ini lalu tak bisa membeli lagi dengan harga yang sama esok hari. “Pedagang juga tidak sepenuhnya salah,” lanjut Priyo. “Tapi akibatnya, pengrajin di bawah mereka lumpuh total. Ini lingkaran setan yang menghancurkan seluruh ekosistem budaya Kotagede.”

Dengan harga bahan baku yang kini mendekati Rp 30.000 per gram, biaya produksi perajin melonjak dua kali lipat dibanding awal tahun. Banyak pesanan terancam batal, dan bengkel-bengkel kecil mulai gulung tikar. “Pilihan paling menyakitkan adalah melebur karya sendiri. Tapi kalau tidak begitu, usaha berhenti total,” kata Priyo.

      Stand Di Festival Perak Kotagede 

Warisan yang Melebur

Seni ukir perak Kotagede bukan sekadar kerajinan, melainkan warisan peradaban. Sejak abad ke-16, para perajin di wilayah ini telah mewarisi filosofi manunggaling rasa lan karya — menyatunya rasa dan kerja dalam setiap ukiran. Kini, nilai luhur itu terancam lenyap di tengah bara tungku peleburan.

Di bengkel-bengkel tua, bros, cawan, miniatur masjid, dan perhiasan pusaka dilebur menjadi cairan logam. “Dulu setiap ukiran punya makna dan doa. Sekarang semua dilebur jadi angka,” kata Priyo lirih. Ia khawatir generasi muda Kotagede kelak tak lagi mengenal seni ukir perak yang dulu menjadi kebanggaan daerah.

Siapa Bertanggung Jawab?

Tragedi ini menyisakan pertanyaan besar: siapa yang bertanggung jawab atas hancurnya tatanan ekonomi dan budaya ini? Pemerintah yang lamban merespons gejolak harga? Atau sistem pasar yang membiarkan sektor budaya berjuang sendiri di tengah arus globalisasi?Priyo menyerukan langkah cepat pemerintah untuk mengendalikan harga bahan baku dan melindungi industri perak tradisional. “Kalau situasi ini dibiarkan, maka kita tidak hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga kehilangan peradaban,” tegasnya.

Tragedi perak Kotagede 2025 bukan sekadar kisah kenaikan harga logam mulia. Ia adalah cermin dari rapuhnya sistem yang membiarkan warisan adi luhung melebur bersama sejarahnya sendiri. Jika tak segera diselamatkan, denting palu para pengrajin Kotagede akan tinggal kenangan — dan peradaban yang dulu berkilau kini akan tenggelam dalam cairan logam di dasar tungku. (Tor)




BACA JUGA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1











Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close