iklan



FOKUS

Ziarah Hari' Pahlawan di Makam Giri Sapto. Memuliakan Seniman Sebagai Wira Bangsa

GUGAT news.com YOGYAKARTA 

Momentum Hari Pahlawan 10 November tahun ini mendapat makna istimewa di Makam Seniman Budayawan Giri Sapto, Imogiri, Bantul. Pada Minggu (9/11/2025), sejumlah seniman, budayawan, dan aktivis kebudayaan Yogyakarta melakukan ziarah dan penyerahan Piagam Wira Bangsa kepada keluarga tiga tokoh besar seni dan budaya Indonesia: Sapto Hoedojo, Kusbini, dan Liberty Manik.

Acara yang diinisiasi oleh Koperasi Seniman Yogyakarta (KOSETA) bersama Panitia 100 Tahun Sapta Hoedojo dan Milenial Berbudaya ini dihadiri oleh Yani Saptohoedojo, Mami Kartika Affandi, Taufik Rahzen, Sri Widati Idham Samawi, Yusman (seniman patung), serta sejumlah tokoh budaya Yogyakarta lainnya.

Ketua KOSETA, Sigit Sugito, kepada media menyebutkan bahwa ziarah kali ini memiliki makna istimewa karena bertepatan dengan Hari Pahlawan serta dilaksanakan beberapa hari setelah pemakaman Sri Susuhunan Pakubuwono XIII di makam raja-raja Imogiri.

“Ziarah seniman ke Makam Seniman Budayawan dan Aktor Pemajuan Kebudayaan Giri Sapto ini adalah upaya untuk memuliakan para tokoh yang telah berjasa besar dalam kebudayaan bangsa,” ujar Sigit.

Dalam kesempatan tersebut, Piagam Wira Bangsa diserahkan oleh perwakilan KOSETA, Taufik Rahzen, kepada ahli waris para tokoh sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan karya mereka.

Piagam pertama diberikan kepada ahli waris almarhum Sapto Hoedojo, pelukis, penggagas, sekaligus pendiri Makam Seniman Budayawan Giri Sapto Imogiri—karya monumental yang menjadi simbol penghormatan bagi insan seni.

Penghargaan berikutnya diberikan kepada keluarga almarhum Kusbini, komponis legendaris pencipta lagu Bagimu Negeri yang membangkitkan semangat nasionalisme bangsa. Sedangkan piagam ketiga diserahkan kepada ahli waris almarhum Liberty Manik, pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang menjadi penanda persatuan Indonesia.

Menurut Sigit Sugito, pemberian piagam ini merupakan manifestasi penghargaan kepada seniman dan budayawan yang telah mendedikasikan hidupnya bagi kemanusiaan dan kebangsaan.

“Kita perlu meneguhkan kembali makna kepahlawanan di bidang budaya. Mereka bukan hanya seniman, tetapi juga wira bangsa yang memperjuangkan nilai, jati diri, dan kemanusiaan Indonesia melalui karya,” tegasnya.

Ziarah yang menjadi tradisi tahunan ini sekaligus menjadi ajang refleksi bagi generasi muda untuk mengenang jasa para pendahulu dan meneladani semangatnya.

“Melalui ziarah ini, kami ingin menumbuhkan kesadaran baru bahwa karya seni adalah bagian dari perjuangan kebangsaan,” tambah Sigit.

Kegiatan diakhiri dengan doa bersama, tabur bunga, dan pembacaan puisi persembahan untuk para seniman yang telah wafat, diiringi suasana khidmat dan penuh rasa hormat. (Tor)




BACA JUGA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1











Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close