Cita Satu Abad PII, Takdir Kader Memimpin Negeri

Juli 06, 2021
Selasa, 06 Juli 2021


 GUGATnews.com. 

Rafani Tuahuns, SH.

(Ketua Umum PB PII 2021-2023)

Pelajar Islam Indonesia (PII) telah melewati jalan sejarah panjang. Pertama, ia melewati satu Jalan Kebangkitan. Hal ini bermula dari keresahan yang sama di tengah perpecahan antara pelajar umum dan pelajar santri, ditambah distraksi antara sekolah umum dan pesantren. Turut pula menjadi ancaman bagi masa depan Bangsa Indonesia yang baru saja merdeka, ancaman sekularisme dan liberalisme. Atas keresahan-keresahan tersebut, bangkitlah para pelajar untuk berhimpun dalam satu wadah gerakan PII. 

Dua tahun pertama masa kebangkitan pelajar Islam ini kemudian diwarnai Agresi Militer Belanda. Kader-kader PII saat itu lantas meletakkan pena dan mengangkat senjata, berjuang untuk Indonesia pada agresi tersebut. Fase Kebangkitan ini terbukti membuat para pelajar bangkit sebagai satu entitas pelajar yang berjuang untuk umat dan bangsanya.

Kedua, Jalan Militansi. Para Kader PII yang telah bangkit dan berkumpul dalam satu wadah perjuangan ternyata mendapat tantangan gelombang berikutnya. Berada di bawah Pemerintahan Orde Lama, PII mesti berhadap-hadapan langsung dengan PKI. Begitu juga pada masa orde baru, PII harus behadapan dengan pemberlakuan asas tunggal oleh rezim Orde Baru.

Jalan sejarah yang dilalui PII di tengah dua rezim yang masih sangat kuat otoritasnya, saat itu justru semakin membangun militansi pejuangan kader. Meski darah dan nyawa menjadi taruhan hingga harus bergerak di bawah tanah, Kader-kader PII terus meneguhkan langkah melewati berbagai gelombang  tersebut. 

Selanjutnya, Pasca Orde Baru, dimana rezim telah berganti, reformasi terbilang, kebebasan berserikat dan berkumpul dijamin oleh Konstitusi. PII mendapat ruang yang lebih nyaman untuk menjalankan misi perjuangannya. Sejak 1998 hingga kini 2021, disebut era reformasi, dimana PII jauh lebih tenang dan bisa lebih fokus pada pembangunan kelembagaan dan kaderisasi untuk menjaga api perjuangan kader tetap menyala. Perihal itu ditandai dengan diberlakukannya Ta'dib sejak 1998 sebagai satu sistem kaderisasi PII. Fase ketiga ini disebut sebagai Jalan Pembangunan.

Jalan panjang Peta Sejarah Perjuangan PII telah dilalui, berbagai tantangan telah dihadapi. Kini hadir satu tantangan besar yang teramat mengkhawatirkan. Sudah lebih dari setahun sejak Maret 2020, badai besar kriris global berlarut akibat Covid-19 terus menghantam dan mengancam seluruh dimensi kehidupan umat manusia. Terlebih khusus mengancam masa depan PII. Jika PII tidak mampu menghadapi badai besar ini, maka ia akan ikut tergilas.

PII harus mampu menjawab kegugupan kaderisasi di tengah pandemi. PII harus mampu menjawab kebingungan kelembagaan di tengah segala pembatasan sosial. Di ladang dakwahnya, PII juga harus bisa menjawab keresahan pelajar di tengah gagapnya sistem pendidikan serta berbagai ketimpangan yang terjadi. PII juga harus memastikan diri mampu menjawab tantangan masa depannya sendiri dan umat yang dibina. Jika tidak, ia akan tenggelam. 

Maka dari itu, PII butuh kompas baru. Peta Jalan baru untuk memberi arah dan optimisme. Di tengah kegugupan, kegagapan, dan kekhawatiran atas gelombang kriris ini, PII Bergerak Berjamaah menjadi pilihan utama melakukan agenda kolektif dan lompatan-lompatan kemajuan.

PII Bergerak Berjamaah lahir dari satu penghayatan panjang. Ia menjadi peta baru untuk keluar dari rumitnya krisis global ini. Badai yang dihadapi terlalu besar, sementara mesin kapal yang kita gunakan terlampau kecil. Kecil jika kita hadapi sendirian. Akan tetapi, mesin kapal perjuangan ini menjadi jauh lebih besar jika kita hadapi dalam satu kejamaahan yang kokoh dan rapi.

PII Bergerak Berjamaah adalah kompas masa depan gerakan. Di depan mata ada satu momentum besar yang akan kita hadapi bersama, yakni Satu Abad PII. PII memasuki usia yang ke 100 pada tahun 2047.

Cita Satu Abad PII; Takdir Kader Memimpin Negeri merupakan mimpi besar para kader yang hari ini membersamai kapal perjuangan PII diusia 74 tahun. 26 tahun lagi, cita Kader Memimpin Negeri harus terwujud.

Wedangan Plengeh Kampung Batik Laweyan

Mimpi besar, ambisi besar, dan cita-cita panjang. Sudah saatnya pada 26 tahun yang akan datang, kader-kader PII yang hari ini belatih menjadi penentu masa depan bangsanya. Maka momentum 100 tahun PII adalah momentum terbaik untuk memastikan kader-kader unggul PII menjadi pengambil keputusan tertinggi di Republik ini.

Dua hal penting harus menjadi agenda kolektif nasional. Sekolah sebagai percepatan konsolidasi sumber daya manusia dan Baitul Mal sebagai agenda konsolidasi sumber daya ekonomi.

PII melalui Falsafah Gerakan dalam bab Sistem Perjuangan Islam pada bagian marhalah (tingkatan) perjuangannya meyakini bahwa kaidah perubahan itu bergerak dari bawah. Tingkatan itu dimulai dengan membentuk dan mempersiapkan calon ibu berkualitas sebagai marhalah pertama dan calon ayah berkualitas sebagai marhalah kedua, tentu untuk membangun entitas keluarga dengan kualitas terbaik. Kemudian pada marhalah ketiga, PII harus mempersiapkan sekolah dengan sistem yang sesuai dengan prinsip Islam sebelum lanjut pada marhalah ke empat, masyarakat  dan lingkungan, serta marhalah kelima, kebudayaan umum masyarakat sebagai pondasi peradaban.

Agenda marhalah ketiga sejatinya menjadi agenda prioritas nasional. PII harus menghadirkan satu institusi baru yang mampu menjaga nafas kaderisasinya jauh lebih panjang dan jauh lebih matang. Sebab saat diaspora kader ke ruang-ruang struktur sosial butuh percepatan, butuh energi besar, butuh kapasitas yang jauh lebih tinggi. Ini menjadi ekosistem kaderisasi yang jauh lebih komperhensif, dan harus digerakkan hari ini secara berjamaah. 

Agenda kolektif nasional berikutnya yang wajib dilakukan adalah Konsolidasi Ekonomi melalui Baitul Mal. Jika ingin melakukan percepatan pembangunan kaderisasi, maka Baitul Mal adalah kunci. Sekolah yang menjadi agenda mempersiapkan generasi pemimpin negeri 2047 akan siap, jika kekuatan ekonomi tersedia. 

Meskipun berubah kuning Corona masih ada

Landasan ini kemudian bukan lagi menjadi bahan diskursus wacana, tetapi semestinya langsung menjadi tanggung jawab bersama untuk mengambil langkah cepat. Kita belajar dari hijrah Rasulullah SAW bersama sahabat ke Madinah untuk mengonsolidasikan kekuatan umat dengan membangun struktur sosial. Benteng utama gerakan tersebut adalah Rasulullah SAW memastikan logistik ekonomi umat saat itu jauh lebih kuat. Sejarah membuktikan pembentukan Baitul Mal dilakukan oleh Rasulullah SAW setelah perang badar. Ini menjadi kunci kelangsungan pembangunan sumber daya manusia dan sturktur sosial di Madinah.

Dua agenda kolektif nasional ini harus menjadi komitmen bersama. Sekolah dan Baitul Mal, konsolidasi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Ekonomi, menjadi dua prioritas agenda Bergerak Berjamaah di 10 tahun pertama.

Pelajar adalah perawi masa depan. Ia akan menjadi pelukis sejarah yang akan datang. Jika lahir generasi pelajar yang unggul, sejarah masa depan umat dan bangsa akan gemilang. Jika tidak, ia akan tenggelam dan tergantikan.#Cheryk.

               °°°°°✓081325995968°°°°°


Thanks for reading Cita Satu Abad PII, Takdir Kader Memimpin Negeri | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS