Pasar Tradisional Gawok peninggalan Sinuhun Paku Buwono (PB) II Keraton Kartasura, PB VI Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dimuliakan oleh Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto : Yani.
GUGAT news.com SUKOHARJO
Kepada GUGAT news yang menjumpai di rumahnya Ndalem Kapugeran Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, beliau Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, menerangkan jika Pasar Rakyat Gawok yang kini ada di Desa Geneng, Gawok, Gatak, Sukoharjo memang secara urutan sejarahnya di mulai dari Sinuhun PB II Keraton Kartasura Hadiningrat, tahun 1600 an dan masih di Kartasura belum pindah ke Surakarta Hadiningrat.
"Gawok diambil dari bahasa Jawa yang artinya kagum, penuh rasa keheranan. Saat itu PB II begitu menyaksikan ada ramainya suasana pasar, beliau GAWOK, terkagum. Saat itu beliau melihat sambil duduk bersila di atas bongkahan batu besar di samping sendang. Kini sendang nya sudah diurug, ditutup untuk perluasan pasar. Batunya hingga kini masih ada dan ditumbuhi pohon beringin," tutur GPH Puger mengawali tuturan sejarah Pasar Rakyat Gawok.
Waktu itu, lanjut Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, pasar dibuka pada setiap harinya, disebabkan kondisi Keraton Kartasura senantiasa terjadi kekacauan, Pasar dibuka hanya saat jatuh hari pasaran PON. Semakin ramainya, dibukalah saat pasaran LEGI. Terus berkembang, dibuka setiap hari MINGGU. Jadi dibuka PON, LEGI dan MINGGU. Yang paling ramai pada Minggu Pon.
Sekitar tahun 1825-1830, kondisi Pasar Rakyat Gawok rusak, porak poranda dipakai sarana area pertempuran Pangeran Diponegoro yang dibantu sekaligus didukung oleh Sinuhun PB VI Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat melawan VOC Belanda. Sebagai buktinya kalau Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak pernah pro Belanda. Selanjutnya oleh Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Pasar Rakyat Gawok mulailah dimuliakan, dibangun begitu bertahtanya PB X di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1866-1939).
Oleh beliau Sinuhun PB X, Pasar Rakyat Gawok dikenal sebagai Pasar Lanang atau laki-laki. Masalahnya, baik pedagang, pengunjung dan pembeli saat itu hampir kesemuanya laki laki. Pasalnya, yang didatangkan berupa peralatan pertanian, sabit, cangkul dan peralatan dapur, pisau. Peternakan unggas, bebek, mentok, angsa dan ayam. Perkebunan, dahulunya PB X banyak memiliki pabrik gula, tembakau dan Nila, pewarna kain.
Sehingga saat itu Pasar Rakyat Gawok dijaluki sebagai pasar Lanang. Dan hingga sekarang ini, sirkulasi perdagangan yang ada di Pasar Rakyat Gawok sekalipun sudah beragam sekali warna warni barang dagangannya, namun masih bertahan pula adanya perdagangan unggas, sabit dan cangkul serta bibit tanaman.
"Unggas Bebek, mentok dan angsa termasuk anakan dan telurnya masih sangat terkenal kualitas terbaiknya. Termasuk sabit dan cangkul, bahkan masih bertahan adanya pande besi, tidak terkecuali tanaman berkualitas bagus ada di Pasar Rakyat Gawok disamping dagangan yang saat ini juga dijual barang milenia, termasuk kuliner kekinian juga ada," pungkas GPH Puger sambil tersenyum. #Yani.
Thanks for reading Gusti Puger : Pasar Tradisional Gawok Sinuhun PB II, PB VI dan PB X | Tags: Peristiwa Sosial
« Prev Post
Next Post »