GUGAT news.com, SOLO
Puluhan tahun silam dikenal sebagai Hidangan Istimewa Kampung (HIK) yang berjualannya masih angkringan dan dipikul muter muter keliling dari kampung satu ke kampung lainnya. Selain makan minumannya belum selengkap seperti angkringan saat ini, hanya jahe dan teh saja, jajanan pun juga masih sangat tradisional dan terbatas. Nasi juga oseng soun, secuil sambel bandeng.
Pastinya, belum sekomplit sekarang ini. Namun demikian, HIK saat itu cukup populer dan dinanti banyak pembelinya disetiap gang gang kampung setelah selesai dikumandangkannya seruan adzan shalat berjamaah Isya. Bahkan tak jarang, penjual HIK pun biasa mangkal di depan masjid, mushola, surau atau langgar. Ini banyak dijumpai di Kampung Batik Laweyan dari dulu hingga sekarang ini.
Ada wedangan Gus Plengeh di depan Masjid Laweyan, Solo masjid tertua di Solo. Wedangan Lik Man ada di area Masjid Al Makmur. Mungkin khususnya di Kampung Batik Laweyan, ada banyak bahkan puluhan HIK, wedangan, angkringan di Kampung Batik Laweyan dan dari pagi hingga jelang dini hari. Hanya saja, HIK nya sudah modern dengan fasilitas kekinian, semacam live musik.
Adalah Bagong (59) yang akrab disapa BG itu, sudah lebih dari 7 tahun menekuni pekerjaannya sebagai pedagang HIK bermotor dengan keliling dari kampung satu ke kampung berikutnya. Hanya saja, begitu pagi hari yang dimulai keluar rumahnya di Kampung Keprabon, Banjarsari, Solo, baru ngepos di sepanjang jalur lambat Jalan Slamet Riyadi, tidak lebih dari jam 10.00 WIB dagangan sudah ludes habis terjual.
" Ya kalau masih longgar waktu dan badan tidak terasa capek, siang bakda Lohor, saya keluar lagi. Dan kembali lagi, bisa dipastikan lagi dagangan akan laku terjual hanya di sekitar Kampung Keprabon dan Kauman, tidak perlu keluar jauh. Alhamdulillah... dagangan laris manis cukup keliling tidak jauh dari rumah, Keprabon. Mungkin karena, saya jemput bola pembeli ya. Kami datang bersamaan dengan jika mereka pada kumpul kumpul di gang Kampung. Kadang hanya datang sekali saja, sudah habis di tempat itu..!" papar BG tersenyum puas.
Sepertinya, lanjut BG, di Kota Solo ini masih ada dan banyak sekali kesempatan untuk mencari rejeki dengan berjualan wedangan motor keliling kampung. Bukan tanpa alasan, lantaran di Kota Solo ini ada 5 kecamatan dan 54 Kalurahan. Mungkin kalau kampung nya bisa ratusan, karena setiap Kalurahan ada beberapa kampung. Modal cukup sepeda motor, tidak perlu yang baru dengan tambahan tatakan meja untuk makanan dan minuman. Tidak perlu meja apalagi kursi. Semuanya sudah ada di tempat tongkrongan warga kampung yang kita datangi.
Yang saya ketahui, masih menurut penuturan BG, sepertinya di Solo dengan wedangan motor ini, dirinya yang memulai saat 7 tahun silam. Kini masih bisa dihitung dengan jari, mungkin ada 1 sampai 10 saja. Karena wedangan di Solo sudah mulai milenia. Berlokasi di tempat strategis dan ada musiknya. Hal ini yang menjadikan daya tarik tersendiri. " Masih sedikitnya wedangan motor, Alhamdulillah...dagangan saya justru laris manis dengan tanpa adanya pesaing," pungkas BG tertawa. #Yani.
Thanks for reading Kini Di Solo Ada Wedangan Motor | Tags: Sosial
« Prev Post
Next Post »