iklan



FOKUS

Benarkah Kampung Batik Laweyan Angker? Inilah ceritanya


 Titik Nol Kampung Batik Laweyan atau dahulunya merupakan Pasar Laweyan di jaman Kasultanan Pajang dengan rajanya Sultan Hadiwijaya, Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam. Foto : Yani 

GUGAT news.com SURAKARTA 

Dari pemantauan GUGAT news di lapangan, artinya dari sepanjang pertemuan dengan warga kampung Laweyan yang hanya memiliki 3 Rukun Warga (RW) sehingga hanya ada sekitar 10 Rukun Tetangga (RT) ini, selalu mendapatkan jawaban "Iya angker". Itu jawaban beberapa warga saat ngobrol santai, berbincang bincang sambil ngopi di angkringan pagi di Kampung tertua di Kota Solo tersebut.

Sepertinya sah dan wajar saja, jika Kampung Batik Laweyan ini dikenal cukup angker. Bagaimana tidak, di sana dari sepanjang bagian barat hingga ujung timur yang tidak begitu panjang jaraknya, bisa ditemui beberapa makam kuno. Mulai kampung dari paling barat, dinamakan Kampung Kuanggan, Sayangan dan Kampung Keramat. Dari ketiga kampung ini, sudah ada 3 makam kuno yang pastinya angker. Makam Ketheng, Keramat dan Sayangan. Untuk Makan Sayangan kini sudah dipakai untuk Sekolah SD Sayangan.

Sedangkan Makam Keramat masih ada  dan untuk Makam Ketheng sudah mulai sedikit tergusur untuk pembangunan jembatan penghubung Kampung Kalurahan Laweyan dengan Kalurahan Pajang. Dari paling ujung Barat menuju ke timur, perempatan Sidoluhur. Dari sini menuju ke arah Utara jalan tiga negeri, ketemu lagi Makam Dowo makam kuno lagi, sedangkan ke arah selatan, ada Makam tertua di Solo, Pesarean Ndalem Ki Ageng Henis, cikal bakal lahirnya Dinasti Mataram Islam. Terakhir adalah Mataram Islam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Dari perempatan makmur ke arah timur bisa dijumpai Gang Tikus, lantaran sempit nya, sehingga hanya untuk pejalan kaki dan sepeda ontel juga motor. Sampai lah ke Titik nol Laweyan yang jaman Kerajaan Kasultanan Pajang dengan rajanya Sultan Hadiwijaya, Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam, titik nol ini merupakan pasar. Tepat dari titik nol, ke arah selatan 100 meter ada Makam Jayeng Rono, di Setono Adalah Bupati Surabaya yang dibunuh oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) II Keraton Kartasura Hadiningrat (1709) lantaran menentang raja Kartasura Dinasti Mataram Islam sebelum berdirinya Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Selesai? Lha belum. Kembali menyusuri jalan Sidoluhur ke timur setelah titik nol Laweyan. Akan ketemu lagi perempatan Klaseman yang dari perempatan ini ke arah selatan 100 meter ketemu lagi Makam Banaran, ada perbatasan dengan Kampung Banaran, Grogol, Sukoharjo dengan Laweyan, Solo. Dari perempatan Klaseman ke arah timur mentok, Masih ada kuburan kuno yang justru lokasinya berada di area Kantor Kalurahan Laweyan, makam kuno lagi. Sehingga di Kampung Batik Laweyan ini ada 

Menarik bukan? Sehingga sewajarnya kalau mereka yang tinggal di Kampung Laweyan senantiasa mengiyakan saat ditanya seputar ke angker an Kampung Laweyan. Setidsyafs 7 pemakaman kuno dan 4 masjid serta 4 mushola, surau atau langgar yang juga tergolong tua. Ada pula gang gang sempit di dalam Kampung Laweyan ini. Namun demikian, Sehingga tidaklah mengherankan lagi jika di Kampung Laweyan yang usianya lebih tua dari berdirinya Dinasti Mataram Islam, Kotagede -Kasunanan Surakarta Hadiningrat karena sepantaran dengan Kerajaan Pajang ini banyak dijumpai peninggalan sejarah.

Adalah Nanang, Triman, Ribut dan Medi, dari mereka itu GUGAT news sempat mendengarkan cerita cerita akan angkernya Kampung Batik Laweyan dari seluruh kampung nya. Kesemuanya angker, mulai dari Kampung paling Barat hingga timur. Dari Kuanggan, Sayangan, Keramat, Setono, Jimatan sampai Klasemen. "Dari kampung itu semuanya, banyak ditemukan lokasi yang cukup angker dengan beragam jenis wujud makhluk halusnya," papar Nanang, yang turut diiyakan oleh Triman, Ribut dan Medi.

Nanang mengakuinya jika pernah bertatapan langsung dengan pocongan di tengah gang Kampung Setono saat hendak berangkat ke pos ronda. Lain halnya dengan Ribut yang mengakui pernah dicekik oleh Genderuwo hampir pingsan tak bisa bernafas saat tiduran di Omah Nenek, Sayangan kulon. Demikian pula Sumedi, beberapa kali harus berpapasan dengan beragam wujud mahluk halus saat hendak mempersiapkan dagangan kulineran nya yang memang berada di samping kuburan kuno Ketheng, Keramat dan Sayangan.

"Ayo, sumonggo, silakan yang berani serta sekalian untuk melakukan uji nyali keberanian di Kampung Batik Laweyan. Bisa dipastikan lagi, setiap kampung yang ada di Kalurahan Laweyan ini, ada area tersendiri yang banyak dihuni oleh mahluk halus dengan berbagai wujud seramnya. Jangan kan pada malam hari, siang hari pun di berbagai gang sempit di Laweyan ini, mampu menjadikan bulu kuduk berdiri saat melintasi di gang tikus itu. Penasaran, silakan buktikan sendiri datang dan uji nyali di Kampung Tertua di Solo ini," tawar Triman seraya tertawa menantang. #Yani.

BACA JUGA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1











Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close