iklan



FOKUS

Imam Yudotomo, Sosialisme dan Pendidikan Politik Rakyat

 
Dari kiri: Ahmad Taufan Damanik (Ketua Komnas HAM 2017-2022), Ons Untoro (moderator), Abidin Fikri (Anggota DPR RI PDIP)


GUGAT news.com YOGJAKARTA 

Gagasan lama kembali menemukan ruang hidupnya di Ruang Literasi Kaliurang, Jumat (19/12/2025). Buku Sosial Demokrasi karya almarhum Imam Yudotomo didiskusikan bukan sekadar sebagai arsip pemikiran, melainkan sebagai jejak hidup seorang sosialis yang konsisten merawat demokrasi dan keadilan sosial.

Diskusi yang dimoderatori Ons Untoro menghadirkan dua pembicara: Ahmad Taufan Damanik (Ketua Komnas HAM 2017-2022) dan Abidin Fikri Anggota DPR RI dari  Fraksi PDIP). Keduanya menegaskan bahwa Imam adalah pemikir yang menyatukan ideologi, pendidikan politik, dan gerakan sosial.

Ahmad Taufan Damanik menuturkan, Imam sangat mencintai generasi muda. Sosialisme yang diajarkannya bukan slogan, melainkan jalan etis untuk melawan penindasan dan ketidakadilan. “Sosialisme Imam itu menjunjung HAM dan demokrasi,” kata Taufan. Ia mengenang dialog ketika menyebut tulisan Imam sangat Marxis. Jawaban Imam singkat namun tegas: “Sebelum jadi sosialis, harus Marxis.”

Namun Marxisme itu tidak berhenti pada teks. Imam selalu menekankan pendidikan politik rakyat. Ia bahkan menyusun kurikulum politik agar rakyat mampu membaca kontradiksi sosial sebagai energi perubahan. Dialektika, menurut Imam, harus berpijak pada realitas. Ideologi adalah pijakan hidup—tak boleh hilang, dan pikiran tak boleh berhenti.


Bagi Abidin Fikri, kekuatan Imam terletak pada sikap Egaliter. “Mas Imam tidak pernah dijajah oleh pemikiran,” ujarnya. Egalitarianisme itu mendorong dialog, perdebatan ideologis, dan praktik demokrasi. Imam tidak hanya berdiskusi, tetapi turun dalam demonstrasi, pendidikan politik, dan pendampingan gerakan sosial.

Abidin menilai mazhab pemikiran Imam di Yogyakarta perlu terus dirawat sebagai sumber gerakan sosial-demokrat. Sosial-demokrasi, dalam pandangan Imam, bukan feodalisme, melainkan perlawanan terhadap ketimpangan. Meski sadar Indonesia berjalan di jalur kapitalisme, Imam tak pernah berhenti menyerukan jalan sosialisme sebagai orientasi moral dan politik.

Imam Yudotomo (1941–2015) dikenal sebagai aktivis sosialis yang konsisten memperjuangkan keadilan sosial melalui jalur sosial-demokrasi, terinspirasi pemikiran Sutan Sjahrir. Ia juga menerjemahkan karya Thomas Meyer tentang sosial-demokrasi, menjembatani teori dan praktik dalam konteks Indonesia. Di tengah krisis ekologis dan ketimpangan ekonomi, gagasan Imam terasa kembali relevan. Bukan sebagai dogma, melainkan sebagai ajakan berpikir kritis dan bertindak etis. Seperti pesan hidupnya: ideologi adalah kompas, dan pikiran yang hidup adalah syarat perubahan sosial. (Tor)



BACA JUGA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1











Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close