Didi Prasetyo ( Didi Kempot )
Mengenang Didi Kempot
GUGAT86.com. Surakarta. Didi Kempot di dimasa remajanya nakal sebagai anak bandel, pemberani, dan nekat.
"Saya mulai mengamen ketika masih kelas 3 SMP. Saya ngamennya sembunyi-sembunyi, takut ketahuan Bapak,. Awalnya mengamen hanya sekedar tes mental," ujar Didi.
Gitar pertama yang Didi miliki merupakan buah kebandelannya. "Ketika kelas 2 SMA, sepeda pemberian Bapak saya jual untuk membeli gitar," ungkap Didi lagi.
Berbekal gitar seharga 4000 rupiah itulah Didi mengembara sebagai pengamen, dan Jakarta menjadi tujuannya. Bagi Didi, seperti juga yang ada dalam benak banyak orang, nampaknya Jakarta masih menjadi primadona untuk mewujudkan mimpi.
Sebagai anak Ranto Gudel alias Mbah Ranto, pelawak yang saat itu sedang jaya-jayanya, sebenarnya kehidupan Didi Kempot berkecukupan. Tetapi keinginan yang besar untuk mandiri, mengalahkan kenginan ayahnya agar Didi sukses di sekolah. Berbekal nasehat ayahnya yang berbunyi, "Masa depanmu tergantung kamu sendiri," berangkatlah Didi ke Jakarta.
Mengamen dan Mencipta Lagu.
Ketika pertama kali Didi menginjakan kaki di Jakarta, Mamik Srimulat, yang adalah kakak Kandung Didi, sudah cukup dikenal sebagai pelawak yang sukses. Namun hal itu tidak membuat Didi mau enak-enakan tinggal bersama kakaknya. Malah ia memilih tinggal bersama kawan-kawannya dengan mengontrak sebuah rumah yang mepet dengan sebuah kandang kambing.
"Saya ingin seperti Mas Mamik yang memulai karir dari nol," ungkap Didi.
Bakat seni memang mengalir di darahnya. Didi pun mulai mahir mencipta lagu.
"Lagu-lagu yang saya ciptakan tadinya hanya saya nyanyikan sendiri saat mengamen," ungkap Didi sambil tersenyum.
Karena lagu-lagu ciptaan Didi enak dan mudah dinyanyikan, lama kelamaan banyak pengamen jalanan yang sering membawakannya. Dari situ Didi mulai dikenal oleh banyak orang. Sampai suatu ketika, kelompok Lenong Bocah mengajaknya untuk rekaman di TV. "Meski honornya tidak seberapa tetapi bangganya itu lho, luar biasa," jelas Didi.
"Suatu saat Mas Mamik mengabarkan, saya akan dipertemukan dengan Mas Pompi, musikus yang mantan anggota No Koes. Sebelum berangkat, saya mandi di rumah Mas Mamik dan ganti pakaian. Wah, saya geli sendiri. Meski dipantas-pantaskan dengan baju bagus miliknya Mas Mamik, tetap saja saya bertampang pengamen," ungkap Didi sambil terkekeh.
"Kami bertemu Mas Pompi di studionya di kawasan Depok Lama. Saya pun dites dengan menyanyikan lagu-lagu karangan saya sendiri. Ternyata lulus," imbuhnya.
Didi pun diajak rekaman dengan lagu andalan We Cen Yu.
"Itu bukan lagu Mandarin, tapi singkatan Kowe Pancen Ayu (kamu memang cantik)," ungkap Didi. Dan We Cen Yu akhirnya mampu secara perlahan merubah kehidupan Didi.
Ketika menerima bayaran, Didi kaget luar biasa. Saat itu ia total menerima Rp 1,2 juta. "Wah, saya bingung melihat uang sebanyak itu. Maklum biasanya cuma dapat recehan," ungkap Didi.
Uang itu oleh Didi dibawa pulang ke Solo, lalu dibelikan nisan untuk almarhumah neneknya. "Beliaulah yang membesarkan saya sampai remaja," jelas Didi.
Setiap Tahun ke Suriname
Suatu saat, tanpa diduga musisi Is Haryanto menawarinya show ke Suriname. Tanpa berpikir soal honor, tawaran itu langsung ia terima. Pengalaman baru langsung didapat.
"Seumur-umur baru saat itu saya naik pesawat," ungkap Didi,
"Yang namanya pakai sabuk pengaman saya tidak bisa. Ke toilet juga enggak tahu caranya membuka pintu."
Show pertama Didi sangat sukses. Lagu We Cen Yu sangat digemari masyarakat Suriname. Selanjutnya, hampir tiap tahun Didi show ke Suriname. Waktunya pun cukup panjang. Ia berada di sana bisa sekitar 4 bulan.
Kesempatan selama di sana Didi manfaatkan untuk menciptakan lagu. Didi pun berhasil masuk dapur rekaman di Suriname.
"Sampai sekarang sudah 16 album yang saya hasilkan di sana," ungkap Didi.
Sebuah pencapaian yang luar biasa. Saking seringnya lagu-lagunya diputar di Radio Bangsa Jawa, Didi pernah dinobatkan sebagai artis Teladan Pop Jawa. Bahkan, Presiden Suriname juga pernah memberi penghargaan Gold Man untuk Didi.
Jalan hidup Didi Kempot memberi pelajaran kepada kita, bahwa mimpi bisa diraih melalui perjuangan, keseriusan, dan hanya sedikit keberuntungan.
Selamat jalan Didi Kempot......
Mengenang Didi Kempot
GUGAT86.com. Surakarta. Didi Kempot di dimasa remajanya nakal sebagai anak bandel, pemberani, dan nekat.
"Saya mulai mengamen ketika masih kelas 3 SMP. Saya ngamennya sembunyi-sembunyi, takut ketahuan Bapak,. Awalnya mengamen hanya sekedar tes mental," ujar Didi.
Gitar pertama yang Didi miliki merupakan buah kebandelannya. "Ketika kelas 2 SMA, sepeda pemberian Bapak saya jual untuk membeli gitar," ungkap Didi lagi.
Berbekal gitar seharga 4000 rupiah itulah Didi mengembara sebagai pengamen, dan Jakarta menjadi tujuannya. Bagi Didi, seperti juga yang ada dalam benak banyak orang, nampaknya Jakarta masih menjadi primadona untuk mewujudkan mimpi.
Sebagai anak Ranto Gudel alias Mbah Ranto, pelawak yang saat itu sedang jaya-jayanya, sebenarnya kehidupan Didi Kempot berkecukupan. Tetapi keinginan yang besar untuk mandiri, mengalahkan kenginan ayahnya agar Didi sukses di sekolah. Berbekal nasehat ayahnya yang berbunyi, "Masa depanmu tergantung kamu sendiri," berangkatlah Didi ke Jakarta.
Mengamen dan Mencipta Lagu.
Ketika pertama kali Didi menginjakan kaki di Jakarta, Mamik Srimulat, yang adalah kakak Kandung Didi, sudah cukup dikenal sebagai pelawak yang sukses. Namun hal itu tidak membuat Didi mau enak-enakan tinggal bersama kakaknya. Malah ia memilih tinggal bersama kawan-kawannya dengan mengontrak sebuah rumah yang mepet dengan sebuah kandang kambing.
"Saya ingin seperti Mas Mamik yang memulai karir dari nol," ungkap Didi.
Bakat seni memang mengalir di darahnya. Didi pun mulai mahir mencipta lagu.
"Lagu-lagu yang saya ciptakan tadinya hanya saya nyanyikan sendiri saat mengamen," ungkap Didi sambil tersenyum.
Karena lagu-lagu ciptaan Didi enak dan mudah dinyanyikan, lama kelamaan banyak pengamen jalanan yang sering membawakannya. Dari situ Didi mulai dikenal oleh banyak orang. Sampai suatu ketika, kelompok Lenong Bocah mengajaknya untuk rekaman di TV. "Meski honornya tidak seberapa tetapi bangganya itu lho, luar biasa," jelas Didi.
"Suatu saat Mas Mamik mengabarkan, saya akan dipertemukan dengan Mas Pompi, musikus yang mantan anggota No Koes. Sebelum berangkat, saya mandi di rumah Mas Mamik dan ganti pakaian. Wah, saya geli sendiri. Meski dipantas-pantaskan dengan baju bagus miliknya Mas Mamik, tetap saja saya bertampang pengamen," ungkap Didi sambil terkekeh.
"Kami bertemu Mas Pompi di studionya di kawasan Depok Lama. Saya pun dites dengan menyanyikan lagu-lagu karangan saya sendiri. Ternyata lulus," imbuhnya.
Didi pun diajak rekaman dengan lagu andalan We Cen Yu.
"Itu bukan lagu Mandarin, tapi singkatan Kowe Pancen Ayu (kamu memang cantik)," ungkap Didi. Dan We Cen Yu akhirnya mampu secara perlahan merubah kehidupan Didi.
Ketika menerima bayaran, Didi kaget luar biasa. Saat itu ia total menerima Rp 1,2 juta. "Wah, saya bingung melihat uang sebanyak itu. Maklum biasanya cuma dapat recehan," ungkap Didi.
Uang itu oleh Didi dibawa pulang ke Solo, lalu dibelikan nisan untuk almarhumah neneknya. "Beliaulah yang membesarkan saya sampai remaja," jelas Didi.
Setiap Tahun ke Suriname
Suatu saat, tanpa diduga musisi Is Haryanto menawarinya show ke Suriname. Tanpa berpikir soal honor, tawaran itu langsung ia terima. Pengalaman baru langsung didapat.
"Seumur-umur baru saat itu saya naik pesawat," ungkap Didi,
"Yang namanya pakai sabuk pengaman saya tidak bisa. Ke toilet juga enggak tahu caranya membuka pintu."
Show pertama Didi sangat sukses. Lagu We Cen Yu sangat digemari masyarakat Suriname. Selanjutnya, hampir tiap tahun Didi show ke Suriname. Waktunya pun cukup panjang. Ia berada di sana bisa sekitar 4 bulan.
Kesempatan selama di sana Didi manfaatkan untuk menciptakan lagu. Didi pun berhasil masuk dapur rekaman di Suriname.
"Sampai sekarang sudah 16 album yang saya hasilkan di sana," ungkap Didi.
Sebuah pencapaian yang luar biasa. Saking seringnya lagu-lagunya diputar di Radio Bangsa Jawa, Didi pernah dinobatkan sebagai artis Teladan Pop Jawa. Bahkan, Presiden Suriname juga pernah memberi penghargaan Gold Man untuk Didi.
Jalan hidup Didi Kempot memberi pelajaran kepada kita, bahwa mimpi bisa diraih melalui perjuangan, keseriusan, dan hanya sedikit keberuntungan.
Selamat jalan Didi Kempot......
Thanks for reading Mengenang Sang Maestro Campur Sari Didi Kempot | Tags: Budaya
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »