Laweyan Menuju Kampung Milenia Namun Tidak Meninggalkan Heritage Sebagai Kampung Tertua Di Soloraya

Agustus 05, 2020
Rabu, 05 Agustus 2020

Dari kanan ke kiri Marsono, Kepala Kalurahan Laweyan, Ir Alfabela, arsitek bangunan heritage, Pramono Adhi Prasetyo (LPMK) Laweyan, dan Kapolsek
 Laweyan AKP Ismanto Yuwono Sip Si K di depan puluhan warga Kampung Laweyan. Senin (3/8/2020) pukul 20.30 WIB. Foto : Achmad. 
---------------------------------------------------------------
GUGAT86.com. SURAKARTA. Boleh jadi, tidak kurang dari 500 tahun lalu, Kampung Laweyan yang saat ini masuk di Kalurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Solo, dan hanya memiliki 3 RW serta 10 RT, merupakan Kampung yang saat itu hanyalah satu satunya kampung yang ada di seluruh Soloraya Disaming Kampung Pajang. Kampung Laweyan seusia Kerajaan Pajang. 500 tahun lalu yang dikenal dengan sang raja gagah berani, perkasa, Joko Tingkir.

Dalam kesempatan itu, Lurah Marsono mengaku senang sekali akan gagasan gagasan warganya yang mendapatkan dukungan dari Kapolsek Laweyan untuk kembali menghidupkan Kampung Batik Laweyan yang sudah hidup menjadi lebih Go Internasional dengan julukan Kampung heritage di Solo disamping Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. "Sumonggo niat baik untuk menjadikan Laweyan kembali menonjol heritage nya dilaksanakan," pintanya.

Sedangkan Ir Alfabela, selaku arsitek ahli bangunan bersejarah, lebih banyak memberikan gambaran gambaran sejarah kebesaran Kampung Laweyan saat itu. Selesai mengulas sejarahnya, barulah melalui disain grafis dari komputer untuk ditayangkan ke layar lebar, wujud gambar rencana bangunan rumah yang pagar tembok nya mau disegarkan warna nya. "Kita hanya mengecat setiap pagar rumahnya tanpa mengurangi nilai sejarahnya. Mungkin termasuk pintunya yang kudu ditonjolkan ornamen antiknya," jelas Alfabela.

Akan halnya Kapolsek Laweyan AKP Ismanto Yuwono Sip Si K, mengaku sangat kagum dengan keberadaan Kampung Batik Laweyan. Heritage unggulan sekaligus heritage yang harus diunggulkan. Sehingga dirasa justru di saat Pandemi Covid-19 tengah melanda penduduk dunia tanpa terkecuali Indonesia, Kampung Batik Laweyan Solo khususnya, merupakan kesempatan mewujudkan Laweyan lebih berhitage. "Sesuai Protokoler Kesehatan, justru di saat Pandemi inilah kita kerjakan. Begitu new normal mulai dibuka, sudah siap menerima kunjungan wisata," papar Kapolsek.

Sebaiknya, ditambahkan Kapolsek, secepatnya di bulan Agustus ini kita manfaatkan untuk mengeksekusi apa yang kudu disegerakan untuk dikerjakan. Masalah warna cat tembok pagar, bisa dirundingkan dengan pemilik rumah. Pengecatan pagar rumah, mungkin juga bisa sekaligus dibarengi dengan pengecatan pintu. Pastinya itu semua tetap tidak mengesampingkan apa yang menjadi kemauan pemilik rumah. " Mungkin, pengecatan bisa pula diiringi dengan pemasangan penerangan lampu jalan," harap Kapolsek.


Boleh jadi sewajarnya, manakala dalam diskusi tentunya ada yang bisa menerima ada pula yang menolak ide gagasan dari mereka para pemakalah. Bahkan tidak jarang menyimpang dari arah pembicaraan yang didiskusikan. Seperti malam itu juga, ada beberapa warga yang siap mendukung, namun ada juga dua-tiga orang warga dari puluhan yang hadir menolaknya. Pastinya dengan alasan berdasarkan hati nurani. Diantaranya, apakah justru tidak merusak heritage jika bangunan dicat dengan warna tidak sesuai aslinya?
Bagaimana dengan bangunan tembok yang ditinggikan? Dan masih banyak pertanyaan lain yang sebetulnya tidak perlu dijawab. # V1N / Yan 1.
                       ------081325995968-----


Thanks for reading Laweyan Menuju Kampung Milenia Namun Tidak Meninggalkan Heritage Sebagai Kampung Tertua Di Soloraya | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS