Jacob Ereste : Kemerdekaan Dan Kebangsaan Indonesia Dalam Dimensi Spiritual

Agustus 06, 2021
Jumat, 06 Agustus 2021


                   Eko Sriyanto Galgendu

Bermula dari oleh raga, olah pikir hingga olah batin akan menjadi fondasi dari kesehatan fisik, kesehatan akal dan kesehatan jasmani dan rohani yang dipandu oleh kesadaran sikap dan sifat spiritualitas, bahwa tidak ada sesuatu apapun yang sepenuhnya berada dalam genggaman kemampuan manusia.

Kekuatan-kekuatan yang ada di luar dari setiap diri manusia itu ada yang tidak mampu dijangkau oleh kekuasaan diri setiap orang, seperti apapun kemampuan dan kekuasaan yang  dimilikinya. Karena itu wajar bila ada dorongan bagi banyak orang untuk pasrah -- menyerahkan kekuasaannya -- kepada yang ada di atas. Yaitu Yang Maha Kuasa seperti yang diyakini oleh segenap warga bangsa Indonesia dengan mencantumkan pokok pemikiran dan keyakinan itu dalam UUD 1945  dan Pancasila.

Begitulah nilai-nilai kebangsaan warga bangsa Indonesia yang khas. Bahkan saat proklamasi dari kemerdekaan bangsa Indonesia hendak dilakukan, sengaja memilih untuk dilakukan pada hari Jum'at, karena diyakini sebagai hari yang terbaik dari hari-hari yang lain.

        Jhon F Kenedy bersama Soekarno

Keyakinan dalam konteks kebangsaan ini, juga tercermin dari kepercayaan pada bulan suci Ramadhan. Semua itu jelas bukan karena kebetulan semata, tapi pilihan sikap dan sifat dari spiritualitas para founding fathers yang berjuang demi dan untuk bangsa Indonesia merdeka demj dan untuk cita-cita luhur bangsa yang mandiri, berdaulat serta memiliki berkepribadian yang tangguh.

Dalam berbagai versi, Bung Karno dipercaya banyak orang mempunyai kemampuan linuih  spiritual. "Banyak orang yang mengira Bung Karno punya jimat atau amalan tertentu, hingga selalu selamat dari berbagai percobaan pembunuhan", kata Roso Daras. (Okezone, 1 Januari 2017). Sebab bukan cuma soal perlinfubgan diri, Putra Sang Fajar ini juga tak sedikit mengakui dirinya punya daya magis tertentu. Behitu juga ikhwal kharisma Bung Karno yang luar biasa itu.

Cermin keunggulan spuritual Soekarno pun terlihat dari sahabat-sahabat yang menaruh  kekaguman padanya. Seperti Fidel Castro, Ho Chi Min, Jhon F. Kennedy, Epidio Quirino, serta para tokoh kaliber dunia lainnya yang menaruh hormat dan tabik tergadap banyak hal-hal dari kelebihan linuih Bung Karno.

                         H. Agus Salim

Agama dan kebangsaan menurut Eko Sriyanto Galgendu memang tidak bisa dipisahkan. Ia akan sangat mewarnai sikap dan kegigihan hidup serta  perjuangan yang dilakukan. Demikian pula dengan Soejarno, sebagai pemimpin bangsa yang besar seperti Indonesia. Menurut Rachmat Sahid dakam bikunya Ensiklopedia Keislaman Bung Karno, keyakinan sosok Koesno Sosrodihardjo yang leboh dikenal  sebagai Prediden Indonesia pertama itu.

Keyakinan Soekarno pada Islam, menurut

Despian Nurhidayat yang meresensi Ensiklopedia Keislaman Soekarno selalu menarik untuk dibahas dari sudut pandang spuritual.

Salah satu sisi yang menarik itu ialah bagaimana hubungan Soekarno dengan Islam. 

Rahmat Sahid merangkum pidato-pidato Bung Karno dalam berbagai perayaan hari besar Islam dalam satu buku yang memperkuat fakta wawasan keislamannya.

      Tetap waspada Corona masih ada

Soekarno jujur  mengaku cukup progresif untuk memahami ajaran agama. Hingga sejak usia muda ia sudah mulai mempertanyakan wujud nyata dari Tuhan. Ia bahkan ingin bertemu dengan tuhan untuk mengetahui wujud zat yang menciptakannya.

Melalui  Al Quran, konon masih pada usia 28 tahun telah meyakini keberadaan Tuhan yang dicarinya.

 "Tuhan adalah suatu zat Mahazat yang di mana-mana, juga di hadapanku, juga di hadapanmu. Saudara-saudara, juga di belakangmu, juga di atasmu, tetapi Satu, Esa. Inilah jawaban yang aku dapat dari Alquran. Tentang Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa," ungkap Bung Karno pada acara Nuzululquran di Istana Negara, Jakarta, 12 Februari 1963. Ucapan Soekarno ini, bukan yang pertama kali diucapkan. Sebab sejak kanak-kanak, Koesno tidak mendapatkan pemahaman cukup tentang Islam. Karena itu, ia pun melakukan pencarian sendiri terhadap Tuhan dengan membaca sejumlah buku, bertanya kepada sejumlah orang yang dianggapnya memiliki pengetahuan, kemampuan dan pemahaman spiritual. Haji Agus Salim pun sempat memberi berklmentar saat Bung Karno berkunjung ke kediamannya di Bandung.

"Sungguh keras kepala anak muda itu, mudah-mudahan Allah menyadarkan pikirannya," kata Haji Agus Salim.

Ternyata kisah mereka ini, Bung Karno dan Agus Salim, sempat  bersama-sama dibuang ke Muntok, Bangka. Agus Salim yang memiliki nama asli Mashudul Haq yang memimpin Sarekat Islam, organisasi pertama yang lahir di Indonesia, menggantikan Haji Oemar Said  Tjokroaminoto yang juga sebagai guru sekaligus mertua Soekarno. 

Kegigihan Bung Karno menekuni laku spiritual juga diperoleh dari KH. Ahmad Dahlan. Maka itu ada pengakuannya ketika memahami tentang keislaman yang masih remang-remang, Pemimpin Muhammadiyah itulah ia memperoleh pengertian mengenai gerakan Islam. Bahkan sejaeah pun mencatat Bung Karno sering juga berkonsultasi dengan Habib Ali di Kwitang Jakarta yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW.

Termaduk Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Hingga akhirnya Bung Karno memiliki kemampuan untuk lebih meyakini  Al Quran merupakan kitab revolusi yang mampu untuk mengubah setiap jengkal aspek kehidupan manusia di muka bumi. 

Revolusi moral yang digerakkan Alquran pun -- realitasnya tetap relevan seperti yang digagas Presiden Joko Widono puluhan tahun (2014) sampai sekarang. Jadi revolusi mental yang digagas Presiden Joko Widodo itu sungguh tepat dan baik untuk bangsa Indonesia. Hanya saja implementasi dari gagasan revolusi mental itu seperti berbanding  terbalik dengan tindak korupsi yang justru terkesan semakin marak dan leluasa dilakukan pejabat di negeri ini.

Dalam revolusi mental versi Soekarno itu adalah upaya untuk membentuk karakter manusia baru melalui  revolusi batin yang terliput dalam laku spiritual dalam duru setiap orang. Utamanya, tentu saja bagi para pemangku kepentingan publik yang dapat mengarahkan bagi seluruh bangsa dan negara Indonedia dapat lebih baik dan lebih beradab.

Dalam konteks ini, selaras dengan apa yang dimaksud oleh GMRI dari gerakan kebangkitan kesadaran spiritual yang terkait dengan kepemimpinan spiritual adalah munculnya pioner dari sosok yang memiliki basis spiritual untuk setiap bidang dan sektor maupjn levelnya sebagai penentu kebijakan dalam lingkungan rumah tangga sampai pada tata organisasi kemasyarakatan maupun dalam tata kenegaraan. ***

Paparan ini merupakan hasil ramuan dari diskusi bersama Ketua Umum GMRI Eko Sriyanto Galgendu dalam berbagai kesempatan dan berbagai tempat yang berbeda.

                °°°°✓ 081325995968 °°°°°°



Thanks for reading Jacob Ereste : Kemerdekaan Dan Kebangsaan Indonesia Dalam Dimensi Spiritual | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS