Dua Nama Satu Pusara Kyai Sala Dan Ki Gede Sala

Juni 04, 2022
Sabtu, 04 Juni 2022


 KGPH Puger, Budayawan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto : Yan 1

GUGAT news.com SOLO

Adalah Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, budayawan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga merupakan salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga adik kandung Sinuhun Paku Buwono XIII, kepada GUGAT news.com yang bertemu di lokasi makam tokoh bersejarah dengan berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Lampung Mloyokusuman, Baluwarti, Pasar Kliwon.

Diungkapkan oleh beliau Gusti Puger, panggilan akrab KGPH Puger ini, jika dirinya perlu untuk meluruskan adanya masalah kecil yang berkaitan dengan sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Satu pusara memiliki dua nama. Kyai Sala dan Ki Gede Sala. "Kalau ditilik dari tulisan aksara Jawa di pusara tertulis Kyai Sala, sedangkan di bawahnya bawahnya tertulis sebagai Ki Gede Sala. Lantas mana yang benar?" tanya Gusti Puger.

Pusara bertuliskan huruf Jawa disebutkan sebagai Kiai Sala. Foto : Yan 1

Artinya, masih menurut penuturan Gusti Puger, berdasarkan sejarah yang benar pusara yang ada di Kampung Mloyokusuman ini merupakan makam jasad Ki Gede Sala bukan Kiai Sala. Bukan tanpa alasan jika disebutkan demikian. Pasalnya, Kiai Sala hidup semasa Kerajaan Pajang, sekitar250 tahun setelah itu baru ada Ki Gede Sala yang berkaitan dengan berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, 1754 setelah Boyong Kedaton kepindahan dari Keraton Kartasura Hadiningrat ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Ditambahkan Gusti Puger, saat jaman keemasan Keraton Kasultanan Pajang sekitar abad 15, ada insiden di Keraton Pajang yang berjarak sekitar 6 km dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sekarang ini ke arah Barat. Peristiwa pembunuhan oleh Sultan Hadiwijaya Raja Keraton Kasultanan Pajang terhadap salah satu Putra dari Tumenggung Mayang, orang kepercayaan Mas Karebet atau Jaka Tingkir, sebutan Sultan Hadiwijaya. "Dibunuh lantaran berbuat dzolim dengan salah satu Putri Ndalem Sultan Hadiwijaya. Menembus masuk keraton dan berzina dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Sekar Kedhaton. Tak pelak, begitu tertangkap, tamatlah riwayat Raden Pabelan, putra Tumenggung Mayang," urai Gusti Puger.

Sedangkan di bawahnya dengan tertulis sebagai Ki Gede Sala. Foto : Yan 1

Malam itu, lanjut Gusti Puger, dilarung lah jasad jenazah Raden Pabelan dari Pajang hingga ditemukan oleh Kiai Sala yang jenazah nya nyangkut atau nyangkrah di sungai dekat Bengawan Solo. Beberapa kali jenazahnya di dorong oleh Kiai Sala agar turut aliran arus sungai menuju ke Sungai Bengawan Solo, namun selalu gagal dan kembali nyangkrah. Akhirnya, bermimpi lah Kiai Sala ditemui sosok jenazah tak bernama itu agar dimakamkan seperti umumnya pemakaman jenazah manusia. 

Lantaran tidak diketahui namanya, disebut lah sebagai pemakaman bathang atau bangkai. Seiring perkembangan jaman, di lokasi pemakaman tersebut dikenal sebagai Kampung Batangan. Dan ternyata setelah diketahui, jasad tersebut merupakan jasad Raden Pabelan yang dilarung oleh beliau Sultan Hadiwijaya Raja Keraton Kasultanan Pajang pada saat itu. "Unik, keberadaan Makam Raden Pabelan ini berada di tengah-tengah Pusat Perbelanjaan Beteng Mall Solo bukan di area pemakaman umum," jelas Gusti Puger, sambil tersenyum.

Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19

Kembali ke makam Ki Gede Sala, tegas Gusti Puger, setelah peristiwa Raden Pabelan dimakamkan, mulai menghilang lah nama besar Kiai Sala dari sejarah Kerajaan Pajang yang tiada diketahui keberadaannya. Barulah sekitar tahun 1745, muncul nama Ki Gede Sala. "Sehingga menurut saya, makam yang ada di Kampung Mloyokusuman ini merupakan pemakaman jasad Ki Gede Sala bukan Kyai Sala. Muncul bersamaan dengan berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Dinasti Mataram Islam terakhir atau ke lima," jelasnya.

Selesai dari pemberontakan Mas Garendi atau Gegeran Pecinan di Keraton Kartasura Hadiningrat 1743, pindah lah, boyong Kedaton Keraton Kartasura Hadiningrat Sinuhun Paku Buwono II ke keraton yang baru saja didirikan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat 1745. Tanah bekas rawa rawa milik Ki Gede Sala, dibelilah Sinuhun PB II yang kemudian dibangun keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat hingga sekarang ini. Artinya, keberadaan Ki Gede Sala jelas bersamaan dengan adanya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pastinya, Kiai Sala sudah hilang riwayat sejarah kehidupannya. #Yan 1.





Thanks for reading Dua Nama Satu Pusara Kyai Sala Dan Ki Gede Sala | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS